Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Smelter RKEF Rampung, Harita Nikel Raih Laba Bersih Rp 1,6 T pada Kuartal I 2025
30 April 2025 17:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mencetak laba bersih Rp 1,66 triliun sepanjang kuartal I 2025.
ADVERTISEMENT
Setelah merampungkan smelter pembangunan smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pada Januari 2025.
Perusahaan yang beroperasi di Halmahera Selatan, Maluku Utara ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 7,13 triliun, laba kotor Rp 2,10 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,66 triliun.
Penurunan harga nikel sepanjang dua tahun terakhir membuat industri nikel berada dalam kondisi belum terlalu baik. Data S&P Global menyebutkan harga nikel pada 2025 mencapai USD 15.078 per metrik ton, titik terendah sejak 2020.
Sepanjang 2024, harga rata-rata tercatat sebesar USD 15.328 per metrik ton atau turun 7,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin D. Liwan menyatakan kondisi industri nikel saat ini membuat pelaku usaha melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak efisiensi operasi, tak terkecuali Harita Nickel.
ADVERTISEMENT
"Perusahaan terus melanjutkan pengetatan biaya operasional untuk semua bisnis unit dan fokus pada upaya menjaga kesehatan keuangan Perusahaan secara jangka panjang," kayanya dalam keterangan resmi, Rabu (30/4).
Harita Nickel melanjutkan upaya efisiensi operasi dengan merampungkan pembangunan smelter feronikel (FeNi) PT Karunia Permai Sentosa (KPS) pada Januari 2025. Fase pertama smelter ini mencapai kapasitas penuh pada Maret 2025 dan berkontribusi pada penjualan dari lini RKEF Harita Nickel yang secara total mencapai 43.873 ton kandungan nikel dalam FeNi pada kuartal I 2025.
Dari lini bisnis pertambangan, Harita Nickel melakukan penjualan bijih nikel total sebesar 5.49 juta wmt (wet metric ton) kepada perusahaan afiliasi pada kuartal I 2025.
Sementara dari lini High Pressure Acid Leaching (HPAL) pada periode yang sama tercatat sebesar 30.263 ton kandungan nikel, yang terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 19.837 ton dan Nikel Sulfat (NiSo4) sebanyak 10.426 ton.
ADVERTISEMENT
Strategi operasi lain yang dilakukan adalah dengan dimulainya pekerjaan konstruksi pabrik yang memproduksi kapur tohor atau quicklime, sebagai bahan pendukung proses HPAL dan akan meningkatkan efisiensi biaya bahan baku pendukung.
Tantangan besar juga masih menggayuti industri nikel Indonesia, mulai dari dinamika geopolitik global, keseimbangan produksi, hingga standarisasi lingkungan yang ketat. Menyadari hal ini, selain efisiensi, Harita Nickel juga menerapkan strategi keberlanjutan.
Audit ini akan menjadi yang pertama di Asia untuk perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi. Sebelumnya perusahaan juga telah menyelesaikan Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiatives (RMI).
Direktur Keberlanjutan Harita Nickel Lim Sian Choo menambahkan Harita Nickel juga telah menyelesaikan Landscape Level Nature Risk Assessment (LNRA) yang memperkuat pengelolaan lingkungan dan memastikan pendekatan yang transparan dalam pengembangan berkelanjutan di konsesi baru.
ADVERTISEMENT
"Perusahaan berhasil melakukan peningkatan penggunaan energi berkelanjutan sebesar 29.8 persen dibandingkan tahun 2023," jelasnya.