Solar Ice Maker Diresmikan di NTT, Bisa Hasilkan 1 Ton Balok Es per Hari

31 Oktober 2022 17:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Ditjen EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna memaikan sasando saat meresmikan fasilitas Solar Ice Maker di Sulamu, NTT, Senin (31/10). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Ditjen EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna memaikan sasando saat meresmikan fasilitas Solar Ice Maker di Sulamu, NTT, Senin (31/10). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM meresmikan fasilitas pembuat es bertenaga surya atau solar ice maker (SIM) di Sulamu, Kupang, NTT, Senin (31/10). Pembangunan SIM merupakan hasil kerja sama Kementerian ESDM dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui proyek Strategic Exploration of Economic Mitigation Potentials through Renewables (ExploRE).
ADVERTISEMENT
Country Director GIZ Indonesia Martin Hansen menjelaskan proyek ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan sistem pendingin di Indonesia. Sebab banyak produksi ikan dari wilayah terpencil Indonesia yang terbuang karena tidak ada sistem pendingin untuk mengawetkan.
Di Sulamu misalnya, pasokan es tidak memadai bagi komunitas nelayan lokal. Sementara fasilitas pabrik es dan penyimpanan dingin berada di Pelabuhan Oeba yang jaraknya 85 kilometer perjalanan darat atau sekitar 1 jam perjalanan laut.
"Indonesia adalah negara maritim terbesar dan mungkin 2 atau 3 penghasil ikan terbesar di dunia, tapi sayangnya banyak sekali ikan yang terbuang karena daerah pesisir Indonesia itu masih sangat terpencil jadi mereka tidak ada akses dengan listrik ataupun gas. Di Sulamu sendiri bahkan kadang-kadang sampai kehilangan 15 persen, kerugian, dari ikan yang terbuang itu," kata Hansen.
ADVERTISEMENT
Maka itu pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Indonesia menciptakan pembuat es dengan berbasis tenaga surya. Proyek ini mulai berjalan pada 2017 di mulai dari pengembangan teknologinya. Setahun kemudian dilakukan pengujian di Pasuruan, Jawa Timur.
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Ditjen EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna memberikan sambutan saat peresmian fasilitas Solar Ice Maker di Sulamu, NTT, Senin (31/10). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
Setelah dilakukan optimalisasi teknologi pada 2019, fasilitas SIM mulai dibangun pada 2020 di Sulamu. Pembangunan ini sempat tersendat karena pandemi COVID-19, tapi akhirnya bisa selesai dan mulai beroperasi 22 Mei 2022.
"Teknologi ini didukung dengan energi sebesar 25 kWp bahkan ada sisa energi yang tersimpan di baterai. Juga didukung sistem pendinginan yang sangat ramah lingkungan dan ini untuk memproduksi sekitar 1 ton es setiap harinya," kata Hansen.
Ia mengeklaim dengan kemampuan tersebut SIM bisa mencukupi 60 persen kebutuhan sistem pendingin di Sulamu.
ADVERTISEMENT
"Saya percaya bahwa fasilitas ini juga bisa mendukung kita untuk bisa mengatasi masalah seperti energi yang tidak terbarukan," ujar Hansen.

Membantu Nelayan

Fasilitas solar ice maker (SIM) di Sulamu, Kupang, NTT, Senin (31/10). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
Gubernur NTT Viktor Laiskodat dalam sambutan yang dibacakan Bupati Kupang Korinus Masneno mengatakan kehadiran fasilitas pembuat es balok itu akan membantu nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapan mereka. Apalagi mesin tersebut menggunakan sumber tenaga matahari.
SIM memiliki target nelayan kecil dengan kapasitas perahu 1-3 GT. Harganya juga disebut kompetitif dibanding suplai es balok di Kupang.
"Mesin pembuat es ini sangat membantu khsusunya bagi para nelayan dalam memproduksi es batu sebagai bahan pengawet hasil tangkapan ikan. Karena mesin ini lebih ekonomis dibandingin dengan mesin diesel," kata Viktor.
"Ditambah dengan berlimpahnya cahaya matahari di Provinsi NTT tentunya akan memaksimalkan mesin pembuat es tenaga surya ini," tambah Viktor.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Ditjen EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna berpesan kepada nelayan untuk menjaga kualitas produknya dengan kehadiran SIM.
Fasilitas solar ice maker (SIM) di Sulamu, Kupang, NTT, Senin (31/10). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
"Mudah-mudahan dengan adanya teknologi ini kita bisa kembangkan dan jaga kualitas produk kita. Kita juga bisa ekspor ke depannya," kata Feby.
Dengan begitu nelayan bisa lebih sejahtera. Di sisi lain SIM juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Juga bisa menyediakan energi bersih dan ramah lingkungan dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan sehingga pernyataan yang selama ini digaungkan no one live behind itu benar-benar bisa kita wujudkan," tegas Feby.
Feby berharap SIM tidak hanya ada di Sulamu. Tapi juga dapat dibangun di wilayah terpencil lainnya untuk membantu masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat harapkan teknologi solar ice maker ini tidak hanya berhenti di sini tapi dapat direplikasi, kemudian juga di sebarluaskan serta tentu RnD (reserch and development) teknologi ini juga kita dorong terus untuk mendukung upaya transisi energi yang berbasis masyarakat," pungkas Feby.