Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Sri Lanka di Ambang Bangkrut: BBM Hanya Sisa untuk 1 Hari, Berapa Harganya?
7 Juli 2022 20:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Akibat stok BBM yang menipis, antrean kendaraan di sejumlah pom bensin mengular hingga berkilometer. Itu pun sebagian SPBU sudah kehabisan stok BBM selama beberapa hari terakhir.
"Pengiriman bensin berikutnya diprediksi antara tanggal 22 dan 23 Juli. Kami telah menghubungi pemasok lain, tetapi kami tidak dapat mengkonfirmasi pasokan baru sebelum tanggal 22 Juli," kata Menteri Energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera, dikutip dari AFP, Kamis (7/7).
Selama ini kualitas bensin terendah yang dijual di Sri Lanka adalah RON 92 atau setara Pertamax. Pemerintah pada Minggu (26/6) baru menaikkan harga bensin maupun solar, yang diperdagangkan oleh BUMN migas mereka yakni Ceylon Petroleum Corporation (CPC).
CPC menaikkan harga bensin merek Lanka Petrol 92 jadi 470 rupee atau setara Rp 19.600 per liter. Sementara bensin merek Lanka Petrol 95 atau setara Pertamax Turbo di Indonesia naik jadi 550 rupee atau setara Rp 23.000 per liter.
ADVERTISEMENT
Tak hanya bensin, CPC juga menaikkan harga BBM diesel atau jenis solar merek Lanka Auto Diesel, jadi seharga 460 rupee atau setara Rp 19.200 per liter. Sementara Lanka Super Diesel atau setara Dexlite naik jadi 520 rupee atau setara Rp 21.700 per liter.
Tak Ada Dana untuk Biayai Impor
Seretnya pasokan BBM , terjadi karena pemerintah Sri Lanka tak punya anggaran untuk membiayai impor. Cadangan devisa mereka negatif, sebagai buntut salah urus berbagai kebijakan ekonomi.
Hal itu bermula saat Pemerintahan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, memangkas pajak sebagai kebijakan politik populis. Untuk menutupi defisit anggaran, pemerintah juga memilih mencetak uang baru yang membuat inflasi melambung.
Pemerintah Sri Lanka punya utang jatuh tempo di 2022 ini sebesar USD 7 miliar. Tapi karena tak ada uang, pembayaran diminta ditunda hingga 2026. Total utang Pemerintah Sri Lanka saat ini sudah mencapai USD 51 miliar.
ADVERTISEMENT
Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu pun melambung dari 91 persen pada 2018, jadi 119 persen pada 2021. Pada 2022 ini, angkanya diprediksi lebih tinggi lagi. Krisis ekonomi kali ini merupakan yang terburuk, sejak Sri Lanka merdeka pada 1948.