Sri Mulyani: Ekonomi RI Sulit Pulih Karena Hanya Andalkan Sektor Perbankan

3 Agustus 2021 11:25 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi sulit tercapai sebab sektor keuangan di Indonesia masih sangat tergantung pada kinerja perbankan. Sementara sektor yang lain seperti pasar modal, asuransi hingga dana pensiun, penetrasinya masih terlalu dangkal.
ADVERTISEMENT
"Dengan dominasi sektor perbankan, ini berarti kita sangat tergantung funarable pada kesehatan dan kinerja perbankan," ujar Sri Mulyani dalam Webinar Like It, Selasa (3/8).
Dengan hanya mengandalkan sektor perbankan, Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi menjadi lebih berat. Sebab di masa pandemi COVID-19 saat ini, perbankan dituntut melakukan restrukturisasi kepada nasabahnya.
Hal ini membuat pertumbuhan kredit melambat, bahkan negatif. Sedangkan salah satu indikator ekonomi mulai pulih adalah kredit bisa tumbuh signifikan.
"Ini berarti kredit growth kita negatif. Akan sangat sulit memulihkan ekonomi sebelum sektor keuangan juga memulihkan kredit growth-nya,” ujarnya.
Bahkan menurut Sri Mulyani, meskipun pemerintah menaikkan anggaran untuk penanggulangan pandemi, pemulihan ekonomi akan tetap sulit dicapai.
Apalagi jika saat ini pertumbuhan kredit tercatat negatif, maka pemulihan ekonomi menjadi lebih lambat karena hanya mengandalkan satu mesin pertumbuhan saja, yaitu pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Kita harap perbankan terus secara bertahap mengembalikan fungsi intermediasi terutama dari sisi kredit channeling," ujarnya.
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
Namun di sisi lain, Sri Mulyani mengakui kondisi ini menjadi refleksi bagi pemerintah untuk memperdalam sektor keuangan dan tidak hanya bergantung pada perbankan saja. Menurut dia, indikator aset sektor keuangan terhadap GDP Indonesia masih rendah.
Hal tersebut terjadi di semua sektor seperti aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, aset industri asuransi, hingga dana pensiun rasio terhadap GPD masih rendah. Bahkan Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
"Ini harus kita sikapi dengan oh ternyata kita perlu dan masih memiliki pekerjaan rumah untuk memperdalam sektor keuangan. Kita harus menemukan cara untuk meningkatkan pasar keuangan dan literasinya. Karena orang tidak akan bisa terjun tanpa memiliki basic literasi dan pemahaman," ujarnya.
ADVERTISEMENT