Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, pelemahan nilai tukar peso Argentina terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Sebab, gejolak tersebut lebih dikarenakan faktor internal yang dampaknya cenderung terbatas pada negara itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menjelaskan, pelemahan mata uang peso merupakan respons pasar atas kekalahan calon presiden petahana, Mauricio Macri, pada pemilihan pendahuluan yang berlangsung pada Minggu (11/8). Poling awalnya menunjukkan, voting terhadap Macri tidak terlalu besar.
"Ini berhubungan dengan ekspektasi market mengenai arah policy ke depan, sehingga peso alami koreksi sangat dalam," tuturnya ketika ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).
Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani bilang, akar permasalahan gejolak peso berawal dari kondisi politik dalam negeri. Apabila memunculkan dinamika pada pasar, akan cenderung tertutup pada negara itu saja. Ia pun menjelaskan kondisi serupa juga terjadi saat dolar Hong Kong yang bergejolak karena protes warga terhadap rencana undang-undang ekstradisi ke China.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menilai penularan pelemahan mata uang akan terjadi apabila ada kesamaan antarnegara. Apakah itu dari sisi kerapuhan ekonomi, eksposur terhadap nilai tukar yang berhubungan dengan besaran jumlah utang luar negeri, dan sebagainya.
"Kita berharap itu tak terjadi," ucapnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, pemerintah juga sudah mengeluarkan berbagai tahap antisipasi sejak krisis keuangan global tahun 2008. Regulator sudah mencoba merumuskan kebijakan guna menghadapi kerawanan dari sektor keuangan.
Hanya saja, Sri Mulyani mengakui, sentimen psikologis tidak dapat dicegah. Gejolak peso Argentina dan dolar Hong Kong dapat memberikan dampak pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Dampak ini juga dirasakan ketika lira Turki melemah beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Tapi, ia menegaskan, pemerintah Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sesuai hasil rapat bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat bahwa peningkatan dinamika global sebagai landasan penentuan kebijakan berikutnya.
Di sisi lain, KSSK juga memperhatikan pergeseran dari perang dagang (trade war) antara Amerika Serikat dan China menuju ke perang mata uang (currency war).
"Ini akan menimbulkan dampak yang jauh lebih besar kepada sentimen dan psikologis," ucap Sri Mulyani.
KSSK sudah meminta kepada tiap institusi untuk terus melihat dari sisi ketahanan neraca dari masing-masing sektor keuangan, baik itu perbankan maupun non-perbankan.
Tidak kalah penting, Sri Mulyani mengatakan, KSSK merespons melalui policy mix atau bauran kebijakan. Tujuannya, menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sembari menghadapi tekanan global.
ADVERTISEMENT