Sri Mulyani soal Harga Minyak Anjlok: Beban Pertamina Berkurang
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penurunan harga minyak itu akan memberikan dampak positif. Adapun dalam APBN 2020, asumsi harga minyak mentah sebesar USD 63 per barel.
"Pertama, kalau dari dunia, langkah harga minyak turun di tengah kondisi ekonomi tertekan mungkin ini menjadi salah satu bentuk positif, dalam artian menjadi stimulasi, tidak membebani," ujar Sri Mulyani di kantornya, Jakarta, Senin (9/3).
Dia melanjutkan, selama ini Indonesia menjadi salah satu negara importir minyak terbesar di Asia Tenggara. Sehingga dengan turunnya harga minyak ini diharapkan beban PT Pertamina (Persero) bisa berkurang.
"Untuk Indonesia, kita tentu lihat dari berbagai aspek. Kalau selama ini impor minyak kita cukup besar berarti penurunan harga minyak ini menjadi sesuatu yang menjadikan penurunan beban Pertamina mengimpor. Itu saya harap nanti akan terlihat dalam neraca Pertamina," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, berapa penurunan bebannya tersebut masih akan dilihat dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini pun akan tergantung dari situasi di Arab Saudi dan Rusia sebagai negara produsen minyak.
"Dari sisi apakah akan dalam jangka waktu pendek, yaitu hitungan bulan atau dalam jangka panjang kuartal atau semester, itu masih akan dilihat bagaimana reaksi rusia terhadap langkah Saudi," katanya.
Harga minyak dunia anjlok di tengah kekhawatiran produsen utama global yang tidak akan memangkas produksi, meskipun permintaan terus menurun akibat mewabahnya virus corona.
Menyusul Rusia yang menolak penurunan produksi, Arab Saudi melakukan langkah serupa. Sebelumnya Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mendorong penurunan produksi untuk tetap mempertahankan harga minyak di level yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
Produksi yang lebih tinggi dan pemotongan harga oleh Aramco, kemungkinan akan mendorong harga minyak dunia turun lebih lanjut. Hal ini akan merugikan negara-negara importir minyak, terutama di Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.
Produsen OPEC lainnya, seperti Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab, diperkirakan akan mengikuti jejak Arab Saudi dengan penurunan harga minyak dan peningkatan produksi mulai April.