Sri Mulyani Waspada, Perubahan Iklim Bisa Turunkan PDB hingga 10 Persen di 2025

6 September 2024 16:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan TA 2025 di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan TA 2025 di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai skenario terburuk perubahan iklim bisa menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 10 persen di tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menuturkan, pemerintah Indonesia sangat berhati-hati terhadap inflasi dari harga pangan yang berkaitan dengan perubahan iklim. Sebab perubahan iklim memengaruhi hasil panen terutama bahan pokok seperti beras.
Selain itu, Menkeu juga mewaspadai terhadap potensi penurunan aktivitas produksi, terutama di sektor manufaktur, karena isu lingkungan global terutama yang berdampak pada negara ekonomi terbesar di dunia.
"Sebuah studi menunjukkan bahwa skenario terburuk dari perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan PDB hingga 10 persen pada tahun 2025. Angka ini cukup besar," tegasnya saat Indonesia International Sustainability Forum 2024, Jumat (6/9).
Sri Mulyani menuturkan, pemerintah mengerahkan usaha yang besar untuk mencoba meningkatkan PDB sebesar 3 persen seperti pada tahun 2024 dan 2025. Upaya tersebut kemudian dibayangi ancaman perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
"Jadi, menghilangkan atau mengurangi 10 persen dari PDB tentu saja merupakan konsekuensi yang sangat besar, tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi terutama pada perjuangan kita melawan kemiskinan dan juga menciptakan lapangan kerja, terutama bagi generasi muda," jelas dia.
Kenaikan suhu, menurut dia, akan meningkatkan frekuensi keparahan bencana alam dan akan mengancam pembangunan infrastruktur yang proyeknya butuh pendanaan jumbo, termasuk dalam hal ini sektor perumahan.
Selain itu, Sri Mulyani menyoroti dampak ekonomi dari perubahan iklim juga dapat memicu ketidakstabilan sosial-politik, di mana biasanya masyarakat miskin akan lebih banyak menanggung akibatnya sehingga dapat menciptakan kesenjangan sosial dan lebih banyak ketegangan politik.
Menkeu menyebutkan, berdasarkan indeks risiko iklim wilayah ASEAN, Asian Development Bank (ADB) memperkirakan PDB ASEAN dapat menurun sebesar 11 persen pada akhir abad ini. Adapun kawasan ASEAN merupakan kawasan yang dinamis dan berkembang, dengan kontribusi 7 persen dari emisi global.
ADVERTISEMENT
"Negara ASEAN terdiri dari 10 negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda, namun pada saat yang sama juga memiliki kemampuan untuk mengurangi emisi CO2. Jadi, teruslah berkembang, teruslah maju, tetapi pengurangan CO2 adalah suatu keharusan," tandasnya.