Sri Mulyani Waspadai Perang Dagang karena Bisa Hambat Pertumbuhan RI

20 Mei 2019 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ancaman perang dagang masih dimungkinkan bergejolak di tahun mendatang. Hal itulah, yang jadi salah satu hambatan pertumbuhan ekonomi RI yang hanya dipatok 5,3-5,6 persen.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan dinamika global maupun domestik masih menjadi tantangan yang perlu diwaspadai di tahun depan.
"Upaya peningkatan kinerja perekonomian nasional tersebut tidak mudah, baik akibat dinamika tantangan global maupun domestik, dan juga persoalan struktural fundamental yang memerlukan konsistensi kebijakan jangka panjang," ujarnya dalam penyampaian Asumsi Makro RAPBN 2020 di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (20/5).
Sri Mulyani menerangkan, perang dagang memang bukan hal baru bagi Indonesia. Secara umum, hal itu terbukti dari adanya perang dagang antara AS dan China, isu geopolitik, dinamika Brexit, serta krisis ekonomi di Turki dan Argentina, yang bisa meningkatkan persepsi resiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Imbasnya seolah bisa ditebak, menurutnya seperti adanya gejolak nilai tukar rupiah hingga pertumbuhan global yang lemah yang disertai oleh perubahan harga-harga komoditas.
Menteri Keuangan Sri Mulyani usai mengusulkan Asumsi Makro RAPBN 2020 di hadapan DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (20/5). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
"Memasuki tahun 2019, dinamika global berubah secara cepat dengan eskalasi perang dagang dan kondisi persaingan geopolitik AS dan RRT yang meningkat tajam, yang menimbulkan kenaikan resiko pada pertumbuhan ekonomi global dan pelemahan dagang internasional," papar dia.
ADVERTISEMENT
Berkenaan itu, Ia melanjutkan kinerja ekonomi Indonesia di awal tahun 2019 ini masih positif. Arus modal pun, kata dia, telah mulai mengalir masuk kembali ke Indonesia, seiring dengan jeda kenaikan suku bunga di AS. Di sisi lain, stabilitas ekonomi Indonesia disertai momentum pertumbuhan yang positif menjadi daya tarik arus modal ke dalam negeri.
Meski begitu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menekankan seiring masih bergantungnya ekonomi RI terhadap impor sementara ekspor masih jadi kendala, maka dampak perang dagang harus tetap diwaspadai.
"Pemerintah harus tetap fokus menjaga pemulihan investasi dan ekspor dengan tetap menjaga pertumbuhan konsumsi melalui perbaikan daya beli, stabilitas harga, dan penguatan kepercayaan konsumen," pungkasnya.