Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ancaman perang dagang masih dimungkinkan bergejolak di tahun mendatang. Hal itulah, yang jadi salah satu hambatan pertumbuhan ekonomi RI yang hanya dipatok 5,3-5,6 persen.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan dinamika global maupun domestik masih menjadi tantangan yang perlu diwaspadai di tahun depan.
"Upaya peningkatan kinerja perekonomian nasional tersebut tidak mudah, baik akibat dinamika tantangan global maupun domestik, dan juga persoalan struktural fundamental yang memerlukan konsistensi kebijakan jangka panjang," ujarnya dalam penyampaian Asumsi Makro RAPBN 2020 di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (20/5).
Sri Mulyani menerangkan, perang dagang memang bukan hal baru bagi Indonesia. Secara umum, hal itu terbukti dari adanya perang dagang antara AS dan China, isu geopolitik, dinamika Brexit, serta krisis ekonomi di Turki dan Argentina, yang bisa meningkatkan persepsi resiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Imbasnya seolah bisa ditebak, menurutnya seperti adanya gejolak nilai tukar rupiah hingga pertumbuhan global yang lemah yang disertai oleh perubahan harga-harga komoditas.
"Memasuki tahun 2019, dinamika global berubah secara cepat dengan eskalasi perang dagang dan kondisi persaingan geopolitik AS dan RRT yang meningkat tajam, yang menimbulkan kenaikan resiko pada pertumbuhan ekonomi global dan pelemahan dagang internasional," papar dia.
ADVERTISEMENT
Berkenaan itu, Ia melanjutkan kinerja ekonomi Indonesia di awal tahun 2019 ini masih positif. Arus modal pun, kata dia, telah mulai mengalir masuk kembali ke Indonesia, seiring dengan jeda kenaikan suku bunga di AS. Di sisi lain, stabilitas ekonomi Indonesia disertai momentum pertumbuhan yang positif menjadi daya tarik arus modal ke dalam negeri.
Meski begitu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menekankan seiring masih bergantungnya ekonomi RI terhadap impor sementara ekspor masih jadi kendala, maka dampak perang dagang harus tetap diwaspadai.
"Pemerintah harus tetap fokus menjaga pemulihan investasi dan ekspor dengan tetap menjaga pertumbuhan konsumsi melalui perbaikan daya beli, stabilitas harga, dan penguatan kepercayaan konsumen," pungkasnya.