Sripeni, Wajah Baru di Pucuk Pimpinan PLN yang Diadang Blackout

6 Agustus 2019 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Plt Dirut PLN Sripeni Inten berjalan masuk ruang pertemuan saat mendatangi Kantor Pusat PLN. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Plt Dirut PLN Sripeni Inten berjalan masuk ruang pertemuan saat mendatangi Kantor Pusat PLN. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Sepertinya tak pernah terbayangkan oleh Sripeni Inten Cahyani, akan bertatap muka langsung dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, hanya tiga hari setelah pelantikannya sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN.
ADVERTISEMENT
Sripeni Inten Cahyani, memang wajah baru di pucuk pimpinan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Perempuan kelahiran Pati, Jawa Tengah, 51 tahun lalu itu baru saja dilantik sebagai Plt. Dirut PLN oleh Kementerian BUMN, pada Jumat (2/8).
Tak berselang lama, hanya dua hari setelah dia dilantik, mati listrik massal alias blackout mengadang tugas awalnya di perusahaan setrum negara. Jakarta padam. Demikian juga Banten, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pemadaman berlangsung delapan jam. Di beberapa wilayah lebih lama, bahkan hingga berganti hari.
Kejadian itulah yang mendorong Jokowi mendatangi Kantor Pusat PT PLN, untuk menemui jajaran direksi yang dipimpin Sripeni. Jokowi justru tidak memilih memanggil mereka ke Istana Kepresidenan, layaknya atasan memanggil bawahan.
ADVERTISEMENT
Jokowi datang didampingi Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menkominfo Rudiantara, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Menteri BUMN Rini Soemarno, yang membawahi PLN sebagai BUMN kelistrikan, tak ikut serta karena sedang berhaji.
Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke kantor pusat PLN, Senin (5/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Senin (5/8) menjadi momentum pertemuan tatap muka langsung antara Sripeni dengan jokowi. Sayangnya pertemuan yang berlangsung pagi hari itu, tidak dalam suasana ceria. Bahkan Jokowi datang dengan wajah tanpa senyum.
Ekspresi itu ditunjukkan sejak pertama menginjakkan kakinya di Kantor Pusat PLN, begitu turun dari mobil. Uluran tangan Sripeni dan jajaran direksi PLN yang menyambut kedatangannya, disambut dengan ekspresi datar.
"Pagi hari ini saya datang ke PLN. Pertama saya ingin mendengar langsung peristiwa pemadaman total (hari) Minggu kemarin. Dan dalam sebuah manajemen besar seperti PLN, mestinya menurut saya, ada tata kelola risiko yang dihadapi dengan manajemen besar tentu saja ada contingency plan, ada back up plan," kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
Soal penyebab mati listrik massal, sebelumnya Executive Vice President Corporate Communication PT PLN, I Made Suprateka, mengungkap dua penyebab terputusnya aliran listrik. Pertama, gangguan pada transmisi SUTET 500 kV antara Pemalang-Ungaran. Kedua, gangguan pada gas turbin 1-6 di PLTGU Cilegon.
Tapi apa yang jadi pangkal persoalan semua gangguan itu? PLN sendiri masih harus menyelidikinya.
"Jadi kalau bicara sistem tegangan, ini bervariasi ya. Dalam tegangan ekstra tinggi kan melintasi sekian area. Kami dalam proses investigasi. Ini memang banyak (kemungkinan) karena jaringan 500 kV terbuka," kata Sripeni kepada wartawan seusai pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (5/8).
Quote Sripeni Inten Cahyani. Foto: Sabryna Putri Muviola/ kumparan.
Selepas pertemuan dengan Jokowi, manajemen PLN masih dua kali memberikan keterangan pers resmi kepada para wartawan. Siang dan petang hari. Tapi Sripeni seharian itu tak lagi terlihat. Seorang staf PLN menyebut, bos-nya kurang enak badan.
ADVERTISEMENT
'Junior' di Jajaran Direksi PLN
Menghadapi masalah blackout hingga didatangi langsung oleh Presiden, tentu bukan beban yang ringan. Apalagi bagi seorang pucuk pimpinan yang baru menjabat dua hari di PLN. Kemunculan sosok Sripeni di jajaran direksi PLN sendiri, juga belum lama. Sehingga bisa dibilang, dia paling junior di antara jajaran direksi PLN saat ini.
Sebelumnya muncul spekulasi, adanya sabotase yang menyebabkan pemadaman listrik massal tersebut. Tapi hal itu dibantah lulusan Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro dan Magister Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Jakarta, itu.
"Ini murni teknis. Berkaitan dengan hal-hal teknis. Tidak lihat satu hal pun yang sifatnya politis," kata dia dalam konferensi pers di PLN Gandul, Cinere, Depok, Jawa Barat, Minggu (4/8).
Sripeni Inten Cahyani (kiri) diangkat sebagai Plt. Dirut PT PLN pada Jumat (2/8). Dia bersalaman dengan Deputi Kementerian BUMN Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha, Aloysius Kiik Rio, yang merangkap Komisaris PT PLN. Foto: Kementerian BUMN
Baru dua bulan lalu, Sripeni diangkat sebagai Direktur Pengadaan 1. Tepatnya pada 29 Mei 2019. Bersamaan dengan pengunduran diri Sofyan Basir dari jabatannya sebagai Dirut PLN. RUPS saat itu juga juga mengangkat Djoko R Abumanan, sebagai Plt. Dirut menggantikan Muhammad Ali yang menjabat Plt. Dirut selama sebulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Tapi di lingkungan korporasi kelistrikan, Sripeni sudah berkarier lama di anak perusahaan PLN yakni PT Indonesia Power. Puncak kariernya sebagai direktur utama. Sebelum itu, dia menjabat berbagai posisi strategis.
Yakni sebagai Direktur Keuangan Indonesia Power, Eksekutif Utama Bidang Keuangan Indonesia Power yang ditugaskaryakan sebagai Senior Spesialis Keuangan Divisi Keuangan Korporat PLN, dan Kepala Divisi Pendanaan dan Asuransi Indonesia Power.
Blackout di separuh Pulau Jawa. Foto: Basith Subastian/kumparan
Sripeni juga pernah mendapat penugasan sebagai Sekretaris Dewan Komisaris PT Cogindo Daya Bersama, aktif di Sekretariat Working Group 1 Generation & Renewable Energy HAPUA (Head of ASEAN Power Utilities, Authorities).
Untuk BUMN besar dengan peran vital seperti PLN, memang seharusnya posisi direktur utama definitif tak dibiarkan kosong terlalu lama. Sejak Sofyan Basir terbelit kasus hukum di KPK, hingga ditetapkan sebagai tersangka pada 23 April 2019, orang nomor satu di PLN dijabat seorang pelaksana tugas.
ADVERTISEMENT
Salah seorang komisaris di perusahaan setrum itu membisikkan, sebenarnya calon direktur utama sudah mengerucut pada dua nama. “Tapi tarik menariknya terlalu kuat,” katanya kepada kumparan.