Sritex Bermula di Pasar Klewer, Seragam Militernya Kini Merambah Dunia

22 Februari 2019 16:00 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seragam Militer Jerman. Foto: AFP/Patrik Stollarz
zoom-in-whitePerbesar
Seragam Militer Jerman. Foto: AFP/Patrik Stollarz
ADVERTISEMENT
PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex merupakan salah satu produsen tekstil terbesar di Indonesia. Berawal dari lapak batik Pasar Klewer, di Solo, Jawa Tengah pada 1966, kini Sritex sudah merambah hingga mancanegara. Salah satu produk andalan Sritex adalah seragam militer.
ADVERTISEMENT
Tak hanya untuk militer Indonesia, produk Sritex juga digunakan oleh pasukan militer 33 negara, termasuk Jerman. Chief Executive Officer (CEO) Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, mengisahkan untuk sampai di posisi saat ini, perjalanan Sritex tidak mudah. Apalagi untuk mendapat kepercayaan dari mancanegara, butuh proses yang tidak singkat.
“(Masuk ke Jerman) Tahun 1994, satu tahun prosesnya. Satu tahun sertifikasi. Total dua tahun. Audit dan sertifikasi dua tahun,” ungkap Iwan dalam wawancara untuk program The CEO kumparan, di kantornya di Energy Building, Jakarta, Senin (12/2).
Mendapatkan kepercayaan sebagai produsen seragam militer untuk Jerman, memudahkan langkah usaha keluarga itu, untuk merambah pasar di negara-negara lain. Dengan menawarkan produk yang serupa yakni seragam militer, Sritex pun menebar jala bisnisnya ke berbagai negara. Total kini ada 33 negara yang jadi pelanggan tetap dan mempercayakan seragam militer mereka kepada Sritex.
ADVERTISEMENT
“Setelah masuk ke Jerman, ke yang lain lebih mudah. Lebih dapat endorsement, lah. Di Jerman, Sritex jadi salah satu main supplier,” ujarnya.
Dirut PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut Iwan, pasar seragam militer tersebut cukup besar. Porsinya menyumbang sekitar 20 persen dari keseluruhan pendapatan perusahaan. Iwan menambahkan, tujuan memproduksi seragam militer berawal dari keinginan Sritex, untuk bisa memperkaya jenis produk alias diversifikasi.
Dia berpendapat, jika seseorang mempunyai suatu manufacturing based, maka orang tersebut butuh konsistensi. Yaitu memastikan bahwa ada satu produk yang harus terus ada. Salah satu jenis produk tekstil yang masuk kategori tersebut, ujarnya, adalah seragam militer.
“Makanya kita cari order seragam untuk stok, lebih konsisten. Karena jualannya ke pemerintah. Kenapa harus military? Karena R&D di military lebih maju, biasanya akan diterapkan ke fashion. Istilahnya kami nyuri start,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah menjadi supplier bagi 33 negara, Iwan mengaku pihaknya tak lantas berpuas diri. Iwan mengatakan Sritex masih menjajaki negara-negara potensial lainnya untuk memasok pembuatan seragam militer.
“Mungkin kalau sukses nanti (memasok) Kamerun dan Filipina,” tandasnya.