Startup Ramai-ramai PHK, Apa Sebenarnya yang Terjadi?

19 November 2022 11:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi PHK.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi PHK. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sejumlah perusahaan rintisan atau startup kompak memutuskan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada para karyawannya. Tercatat sudah ribuan pekerja di sektor ini yang telah resmi menjadi pengangguran.
ADVERTISEMENT
Jumat kemarin, (18/11), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Ruangguru mengumumkan melakukan PHK. Mereka mengungkapkan alasan PHK tersebut karena ada penyesuaian bisnis.
Ekonom Indef Dzulfian Syafrian, mengatakan fenomena ini alamiah mengingat tahun depan ekonomi akan semakin sulit. Dia menyebut konsumsi tahun ini berkurang drastis, sehingga produktivitas perusahaan turun sehingga harus melakukan perampingan.
"52 persen ekonomi nasional kita dari agregat konsumsi, kemudian ekspor. Kedua aktivitas ekonomi itu sedang lesu-lesunya, maka produktivitas turun. Sehingga perusahaan startup mau tidak mau harus PHK agar terus berjalan operasionalnya, sambil meraup untung," ujar Dzulfian kepada kumparan, Jumat (18/11).
Sementara Koordinator BPJS Watch, Timboel Siregar, mengatakan ancaman inflasi hanyalah salah satu faktor dari badai pelepasan karyawan yang banyak menimpa perusahaan baru-baru ini. Ia mengatakan pengurangan karyawan di industri startup sudah menjadi sifat industrinya.
GoTo resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4). Foto: Dok. GoTo
Namun, ia menggarisbawahi ancaman resesi berpotensi menjadi faktor utama yang dapat memperparah badai PHK di tahun depan. Timboel mengatakan semua tergantung kesiapan pemerintah dalam menghadapi ancaman resesi tahun depan.
ADVERTISEMENT
"Dalam industri startup memang sudah alamiah perampingan karyawan, itu cara mereka bersaing dengan kompetitor secara penghasilan. Belum lagi kita ada faktor geopolitik eksternal, tapi memang kita inflasi masih taraf baik di 5 persen," kata Timboel.
Menurut dia, resesi bisa menjadi faktor utama pada tahun 2023. Meski begitu, dia menilai kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain yang mengalami inflasi hingga 2 digit seperti Inggris dan Rusia.
"Tetapi apakah akan bertahan? Nah, itu tergantung antisipasi pemerintah, bantalan apa yang disiapkan?" tambahnya.
Timboel menyarankan pemerintah dapat mengalokasikan APBN yang tersisa tahun ini untuk Bantuan Subsidi Upah (BSU). Hal ini agar masyarakat yang terdampak kenaikan inflasi mendapat bantuan mengamankan kondisi finansialnya.
"Itu Rp 1 triliun kan belum dipakai, disalurkan lah ke BSU tahun depan, jadi ada bantalan. Memang kemarin (BSU sejumlah) Rp 600 ribu mungkin tidak membantu mereka seutuhnya, tapi mengurangi lah mungkin dari 10 yang mestinya terdampak inflasi, jadi tinggal 6 contohnya," tuturnya.
Kelas online gratis Ruangguru. Foto: Instragram / @ruangguru
Adapun sebelumnya, GoTo mengumumkan melakukan PHK terhadap 1.300 orang karyawannya, atau sekitar 12 persen dari total karyawan tetap. Pihak GoTo mengatakan tantangan makro ekonomi global berdampak bagi para pelaku usaha di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
"Karenanya, perusahaan harus mengakselerasi upaya untuk menjadi bisnis yang mandiri secara finansial dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan antara lain dengan memfokuskan diri pada layanan inti, yaitu on-demand, e-commerce dan financial technology," tulis manajemen GoTo, Jumat (18/11).
Sementara PT Ruang Raya Indonesia alias Ruangguru, tidak merinci berapa banyak karyawan yang terdampak. Manajemen hanya menyebutkan jumlah ratusan karyawan. Keputusan PHK diakui terpaksa diambil mengingat situasi pasar global yang memburuk.
"Hari ini Ruangguru melakukan PHK dengan sebagian pegawai Ruangguru. Terdapat ratusan pegawai Ruangguru yang terdampak dari pemutusan hubungan kerja ini," kata External Communications Associate Manager Ruangguru, Gwendolyn Betsy.