Strategi Kepemimpinan Bank Saqu Mentransformasi Perbankan Lewat Digitalisasi

20 Desember 2023 14:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The CEO bersama Leo Koesmanto, Presiden Bank Jasa Jakarta. Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
The CEO bersama Leo Koesmanto, Presiden Bank Jasa Jakarta. Dok. kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Percepatan digitalisasi membawa banyak perubahan di berbagai sektor, termasuk keuangan. Ya, digitalisasi membuat kebiasaan masyarakat dalam mengelola dan melakukan transaksi keuangan ikut berubah.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), transaksi digital banking di Indonesia tumbuh hingga 158 persen dalam 5 tahun terakhir. Salah satu faktor yang memperkuatnya adalah semakin meningkatnya generasi yang melek teknologi, di antaranya peningkatan penggunaan internet.
Bahkan Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Butet Linda, mengatakan, 77 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna internet. Hal ini menjadi modal bagi Indonesia untuk menjajaki era digitalisasi yang lebih menyeluruh.
Senada dengan itu, Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta (BJJ), Leo Koesmanto meyakini bahwa digitalisasi industri perbankan dapat menjadi upaya untuk memajukan Indonesia.
Komitmen ini pun diwujudkan melalui peluncuran Bank Saqu, sebuah layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta yang menjadi teman seperjuangan generasi produktif di Indonesia yang berjiwa solopreneur.
Tak hanya ingin memperkuat ekosistem jasa keuangan Grup Astra, Bank Saqu menjadi solusi mempermudah seluruh kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan yang dinamis dengan akses mudah, cepat, dan aman, dengan dukungan kecanggihan teknologi dari WeLab.
Selain itu, menurut studi “Solopreneur: Potensi Kekuatan Baru Ekonomi Indonesia” yang dilakukan pada 2023 oleh Segara Institute 2023, memperkirakan bahwa akan ada sekitar 117 juta solopreneur di Indonesia pada tahun 2030. Artinya, 1 dari 3 orang Indonesia akan menjadi solopreneur.
Studi ini juga memperkirakan bahwa kontribusi solopreneur kepada produk domestik bruto (PDB) adalah sebesar 36 persen pada 2030. Di sisi lain, terungkap bahwa mereka seringkali menghadapi tantangan seperti pendapatan yang tidak konsisten dan sulitnya mengelola keuangan.
“Melalui Bank Saqu, kita ingin menjadi bagian perusahaan yang ikut mendukung bangsa Indonesia. Kemudian kita ingin menjadi bank yang within reach, anytime, anywhere, enggak perlu datang ke cabang, ada di saku kita, jadi dekat. Layanan kami diciptakan untuk mendefinisikan kembali bagaimana solopreneur harus mengelola uang mereka, baik secara pribadi maupun bisnis. Dengan beberapa kantong berbeda (Saku) dalam satu aplikasi perbankan, para solopreneur dapat mengelola keuangan mereka secara strategis, mengalokasikan sumber daya, dan turut merasakan bisnis mereka berkembang” Leo mengungkapkan.
Lantas, bagaimana upaya Leo Koesmanto mewujudkan visi membangun bangsa melalui transformasi perbankan? Lalu, bagaimana gaya kepemimpinan dan pengalaman apa yang diterapkan Leo Koesmanto untuk mewujudkan visi membangun bangsa melalui perbankan digital?
Tonton wawancara lengkapnya dalam program The CEO kumparan.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio