Sumbang Kerugian ke Hero Supermarket, 26 Gerai Giant Ditutup

13 Januari 2019 17:27 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group) menutup 26 gerai Giant di seluruh wilayah Jawa dan Sumatera karena perusahaan mengalami kerugian akibat lesunya bisnis makanan.
ADVERTISEMENT
Menurut Corporate Affairs GM Hero Supermarket, Tony Mampuk, bisnis makanan selama sembilan bulan pertama 2018 sangat menantang. Hampir seluruh toko mengalami kerugian dan beban biaya operasional yang tinggi.
"Per September 2018 penjualan bisnis makanan (Giant dan Hero) turun 6 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan bisnis makanan mengalami kerugian operasional Rp 163 miliar, lebih diburuk dibanding periode sama tahun sebelumnya," kata Tony kepada kumparan, Minggu (13/1).
Walaupun, dia melanjutkan, secara konsolidasi setelah digabungkan dengan bisnis non-makanan (Guardian dan IKEA) perusahaan masih mendapatkan keuntungan.
Kegiatan promo di gerai Giant yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk. (Foto: Dok. Hero.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan promo di gerai Giant yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk. (Foto: Dok. Hero.co.id)
Mengutip data keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara konsolidasi HERO mencatat kenaikan laba bersih tahun berjalan pada kuartal III 2018 sebesar Rp 86,181 miliar. Angka ini meningkat 22,41 persen dibandingkan kuartal III 2017 senilai Rp 70,402 miliar.
ADVERTISEMENT
"Tapi secara fundamental bisnis makanan kami merugi dan mau tidak mau harus dilakukan efisiensi yang salah bentuknya adalah mengurangi beban operasional terhadap toko-toko yang merugi," ujarnya.
Tony mengakui Secara umum bisnis ritel masih dalam tekanan. Tak hanya dari online, persaingan yang semakin ketat dan adanya perubahan pola konsumsi di masyarakat juga jadi penyebab kelesuan.
"Selain itu tantangannya juga semakin berat dengan banyaknya regulasi-regulasi yang harus dipenuhi belum lagi perizinan. Ini semua mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dan mempengaruhi profitabilitas bisnis ritel," katanya.