Survei BPS: 84 Persen UMKM Pendapatannya Anjlok Selama Pandemi

15 September 2020 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei Dampak COVID-19 Terhadap Pelaku Usaha. Survei digelar pada 10 hingga 26 Juli 2020 dan diikuti oleh 34.559 responden, terdiri dari 6.821 usaha mikro besar (UMB), 25.256 usaha mikro kecil (UMK) dan 2.482 pertanian.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memukul dunia usaha dan menyebabkan penurunan pendapatan.
"COVID-19 ini betul-betul memukul dunia usaha. Baik UMK maupun UMB," ungkap Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9).
Suhariyanto merinci, dari total responden survei, sebanyak 84 persen UMKM mengaku pendapatannya turun selama pandemi. Sedangkan 13 persen sisanya berpendapatan tetap dan 2 persen lainnya berpendapatan meningkat.
Lalu sebanyak 82 persen UMB pendapatannya cenderung menurun sejak ada pandemi. Sementara 14 persen lainnya pendapatan tetap dan 2 persen sisanya berpendapatan naik.
Survei itu juga menunjukkan dari sisi UMK, sebanyak 59,8 persen masih melakukan operasi normal, sementara 24,2 persen melakukan pengurangan kapasitas.
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto menyampaikan konpres PDB kuartal III 2019 di Gedung BPS, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Kemudian 10,1 persen memutuskan berhenti beroperasi, sekitar 5,4 persen menerapkan work from home dan 0,5 persen lainnya melebihi kapasitas.
ADVERTISEMENT
Dari sisi UMB, sebanyak 49,4 persen tetap beroperasi normal, lalu 28,8 persen melakukan pengurangan kapasitas, sekitar 5 persen berhenti beroperasi, sebanyak 16,3 persen menerapkan work from home dan 0,5 persen lainnya melebihi kapasitas.
"Masih ada pelaku usaha yang melaporkan kegiatan bisnisnya melebihi kapasitas, misalnya industri mamin (makanan dan minuman) yang berupa frozen food, jamu, minuman, penjualan masker, penjualan sepeda dan juga jasa layanan internet dan internet provider," ujarnya.
Menurut dia, meski presentasi kecil, yaitu 0,5 persen, namun ada pelaku usaha yang mengaku mendapatkan keuntungan lebih di masa pandemi.
"Tetapi di tengah COVID mereka bergerak dan justru mendapatkan keuntungan lebih dibanding masa normal," tandasnya.