Survei Kemenhub: Mayoritas Pengemudi Ojol Pernah Jadi Pegawai BUMN & Wiraswasta

8 Oktober 2022 20:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengemudi ojek online membawa penumpang di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (29/8/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengemudi ojek online membawa penumpang di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (29/8/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) 2022 mencatat sopir ojek online atau driver ojol saat ini paling banyak bukan berasal dari pengangguran, tapi pernah bekerja sebagai pegawai kantoran dan wiraswasta.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 2.016 responden mitra ojol pada 13-20 September 2022 via media survei online dengan sampling kurang 5 persen di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, terlihat 81,31 persen responden menjadikan ojol sebagai pekerjaan utama dan 18,69 persen sebagai pekerjaan sampingan.
Menariknya, dari 81,31 persen responden, pekerjaan utama mereka sebelumnya paling banyak wiraswasta (36,12 persen) dan pegawai BUMN dan swasta (34,3 persen). Sementara yang sebelumnya pengangguran (16,09 persen), disusul pelajar/mahasiwa (5,42 persen), ibu rumah tangga (0,82 persen), dan lainnya (17,24 persen).
Survei Kemenhub soal Ojek Online 2022. Foto: Dok. MTI
Persentase driver ojol yang sebelumnya pengangguran di tahun ini lebih rendah dibandingkan survei 2019. Saat itu, ada 18 persen responden yang sebelumnya pengangguran menjadikan driver ojol sebagai pekerjaan utama. Selebihnya, masih didominasi oleh wiraswasta (44 persen), pegawai BUMN/swasta (31 persen), pelajar/mahasiswa (6 persen), ibu rumah tangga (1 persen).
ADVERTISEMENT
"Ada anggapan pemerintah yang keliru selama ini, bahwa bisnis transportasi daring telah membuka lapangan pekerjaan baru. Nyatanya, hasil survei Balitbang Kementerian Perhubungan tahun 2019, menyebutkan pekerjaan sebelum menjadi pengemudi ojek daring tanpa pekerjaan (pengangguran) 18 persen. Tahun 2022, Kembali dilakukan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, hasilnya tanpa pekerjaan (pengangguran) 16,09 persen," kata Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno dalam keterangan, Sabtu (8/10).
Survei Kemenhub soal Ojek Online 2022. Foto: Dok. MTI
Pengemudi didominasi oleh pria (81 persen) dengan usia terbanyak 20-30 tahun (40,63 persen serta lama bergabung menjadi pengemudi ojek online terbanyak kurang dari 1 tahun (39,38 persen). Status sebagai pekerjaan utama 54 persen dan sebagai pekerjaan sampingan 46 persen.
ADVERTISEMENT
Dari sisi aplikasi, para driver ojol yang diwawancara, paling banyak menggunakan aplikator Gojek (62,62 persen) dan Grab (31,38 persen). Sedangkan aplikasi lainnya (6,01 persen).

Penumpang Ojol Turun Usai Tarif Naik

Survei tersebut juga memuat tentang jumlah penumpang yang mengalami penurunan usai pemerintah mengumumkan kenaikan tarif ojol belum lama ini. Hal ini berpengaruh pada pendapatan mereka.
Pendapatan per hari pengemudi hampir sama dengan biaya operasionalnya. Terbanyak rata-rata pendapatan per hari Rp 50 ribu-Rp 100 ribu (50,10 persen) dan biaya operasional per hari terbanyak kisaran Rp 50 ribu-Rp 100 ribu (44,10 persen).
Hannah Al Rasyid saat berfoto dengan driver GOJEK.. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Banyaknya pesanan sebelum pemberlakuan tarif baru 5-10 kali (46,88 persen) dan sesudah pemberlakuan tarif kurang dari 5 kali (55,65 persen)," tulis survei tersebut.
ADVERTISEMENT
Pengemudi mengaku jarang mendapatkan bonus (52,08 persen) dari aplikator dan sebagian besar menyatakan tidak pernah (37,40 persen) mendapatkan bonus dari aplikator. Sementara untuk mendapatkan tip dari penumpang juga jarang (75,79 persen).
Dengan adanya pemberlakuan tarif baru, sebagian pengguna jasa ojek online mengurangi penggunaan dan tak sedikit yang berpindah ke angkutan lain. Secara umum, terlihat masyarakat belum memahami rincian biaya jasa (tarif) ojek online yang dikenakan. Penyesuaian (kenaikan) tarif ojek online yang hampir bersamaan dengan kenaikan harga BBM cukup dirasakan oleh masyarakat. Namun sebagian masyarakat memahami bahwa kenaikan tarif bertujuan untuk kesejahteraan pengemudi.
Suasana demo Ojek Online di depan Gedung DPR RI, Jumat (28/2). Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Beberapa masukan dari masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan para pengemudi ojek online di antaranya mengenai penyesuaian tarif, pengadaan bonus/reward, peningkatan pelayanan, penurunan potongan aplikator, dan penurunan harga BBM. Pengeluaran pengemudi lebih besar daripada penghasilannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini merupakan salah satu dampak dari penyesuaian (kenaikan) tarif yang jumlah pesanan (order) cenderung menurun, sehingga berdampak pada penghasilan pengemudi.
Aspek keselamatan belum menjadi perhatian utama dari pengemudi ojek online. Hal ini terlihat dari waktu operasi pengemudi yang belum memperhatikan aspek kelelahan yang akan berpengaruh terhadap keselamatan terlihat dari jam kerja yang didominasi 6-12 jam/hari (42,85 persen).