Survei Sederhana: Seberapa Relevan Materi Pelatihan Kartu Prakerja?

26 April 2020 14:17 WIB
comment
25
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja. Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja. Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Nada suara Safrudin di ujung telepon terdengar tidak antusias menjawab pertanyaan. Sabtu (25/4) malam, kumparan menghubungi pria yang sehari-hari bekerja menarik ojek online itu.
Semula, kami bertanya seberapa relevan baginya pelatihan untuk mempersiapkan dana darurat bagi seorang pengemudi ojek online. Materi itu salah satu yang ditawarkan Skill Academy besutan Ruangguru—platform digital mitra pemerintah yang menyelenggarakan pelatihan untuk program Kartu Prakerja.
Undin, sapaan akrab Safruddin, cuma menjawab enteng. "Kalau pendapatannya tetap, sih, okelah, bisa nabung misalkan sehari Rp 10 ribu," katanya.
Penghasilan sebagai ojek online, menurut Udin, tidak pernah menentu. Suatu hari pendapatan bisa berlebih, lalu anjlok di hari lain.
Bila penghasilan cekak, mau tidak mau, dia harus harus merogoh kelebihan penghasilan di hari sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Otomatis tabungan kemarin dipakai buat kebutuhan sehari-hari," ia berujar.
Pengemudi ojek online menunggu orderan di Jakarta. Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Kepadanya, kumparan lalu menanyakan seberapa penting pelatihan bahasa Inggris dasar. Materi itu juga masuk dalam paket pelatihan Prakerja dari Skill Academy untuk pengemudi ojek online.
Bagi Udin, bagus saja bila pengemudi ojek online menguasai bahasa Inggris dasar. Tapi kebutuhan itu di lapangan tidak terlalu mendesak.
"Kan penumpang enggak selalu orang asing," kata dia. Lagi pula, komunikasi penumpang dan penumpang sebenarnya bisa diminimalisasi. Sebab, semua pemesanan ojek online menggunakan aplikasi dari telepon pintar.
Selama ini pun, ia tak pernah kerepotan melayani konsumen asing dengan kemampuan bahasa Inggrisnya yang minim.
Hampir semua platform rekanan Kartu Prakerja menawarkan pelatihan spesifik untuk ojek online. Skill Academy malah sampai menyediakan paket berisi enam materi pelatihan khusus untuk ojek online.
Bila ditotal, biaya untuk mengakses keenam materi itu mencapai Rp 1 juta. Jumlah itu termasuk versi murah setelah karena diberi diskon besar-besaran oleh platform. Jika mengacu ke harga normal, nilai keseluruhan paket tersebut mencapai Rp 4.135.000.
Selain materi soal pengelolaan keuangan dan bahasa Inggris dasar, ada materi lain seperti Manajemen Waktu Agar Lebih Produktif, Teknik Mengelola Stress Agar Kerja Produktif, hingga Menguasai Teknik Pelayanan Terbaik.
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja. Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Udin menilai, banyak materi yang sebenarnya tidak nyambung dengan kebutuhannya sebagai pengemudi ojek online. Soal mengelola stres, menurut dia, mental kebanyakan pengemudi ojek online sudah tahan banting.
"Prinsip kerja itu dibikin enak, bukan cari yang enak. Itu faktor psikologi biar kerja enjoy. Pelatihannya (jadi) enggak kepake," kata Udin.
Daripada diberi pelatihan, Udin memilih diberi bantuan langsung tunai. Sudah dua pekan belakangan dia sama sekali tak mendapat order.
Untuk hidup di Jakarta, Udin terpaksa mengandalkan bantuan teman-temannya yang masih punya penghasilan. Udin sempat mendaftar program Kartu Prakerja. Namun, pengajuannya ditolak.
Ia bukan mengharapkan mendapat pelatihan, melainkan insentif Rp 600 ribu per bulan dari program Kartu Prakerja. Dia sedang butuh uang tunai.
Selain paket ojek online, kumparan juga mencoba menanyakan relevansi paket pelatihan menjadi barista. Alasannya sederhana saja, pelatihan semacam ini juga banyak dijajakan semua platform digital mitra program Kartu Prakerja.
Kami mengambil contoh paket pelatihan Barista yang ditawarkan Sekolahmu. Platform tersebut menyediakan pelatihan kopi barista bersertifikat.
Biaya pendaftaran pelatihan dibanderol Rp 500.000. Pelatihan disajikan dalam bentuk video, e-book, dan layanan diskusi. Selain itu, ada kuis untuk beberapa kelas.
Materi yang diajarkan: pengenalan akan industri kopi serta tantangannya, apa pekerjaan barista, mengenal jenis kopi, proses pembuatan kopi, sampai teknik penyeduhan kopi.
Kami menghubungi Jodi Hermawan, seorang barista muda yang berpengalaman bekerja di dua waralaba kedai kopi besar. Bulan lalu, dia baru saja berhenti bekerja karena dirumahkan.
Kami menanyakan pertanyaan mirip dengan yang ditanyakan kepada Udin: seberapa relevan materi program pelatihan Prakerja di dunia nyata? Dengan pengalamannya sebagai barista, Jodi menjawab: mubazir.
Meracik kopi. Foto: Pixabay
Jodi mengatakan, banyak materi relevan untuk menjadi barista melimpah ruah secara gratis di internet. Pelatihan semacam itu bisa diakses di YouTube hingga buku-buku elektronik.
Kepada kumparan, Jodi juga menceritakan suatu hal yang mungkin belum diketahui banyak orang: kebanyakan kafe justru mencari orang yang sama sekali belum punya pengetahuan teknik terlalu banyak untuk menjadi barista.
"Justru mereka yang mau nge-build barista. Nanti lo diarahin seperti apa jadi barista," kata Jodi. Tujuannya, lanjut dia, untuk mencetak barista yang sesuai dengan karakter kedai tersebut.
Kembali ke soal pelatihan daring menjadi barista. Jodi mengatakan, kerja barista kebanyakan adalah kerja yang membutuhkan pelatihan teknis.
Hal seperti itu tidak bisa dilatih dengan metode jarak jauh alias online. Ia mencontohkan penyeduhan dan penyajian kopi, yang hasilnya akan berbeda tergantung pada bahan dan alat yang digunakan.
"Materi-materi kayak gitu, pas ketemu alat pasti beda. Karena variabelnya banyak. Terus alatnya juga beda-beda," papar Jodi.
Pelatihan yang lebih efektif biasanya diberikan beberapa kedai kopi. Mereka membuka kelas di mana peserta bisa langsung menerapkan teknik dengan alat-alat yang spesifik.
Jodi mengatakan, materi mengenai pengenalan tantangan industri kopi mungkin tergolong yang paling mudah dipahami dengan metode pembelajaran online. Tapi, itu pun hanya berguna bagi mereka yang ingin membuka kedai kopi sendiri.
Menurut Jodi, ada masalah lain: dari mana modalnya untuk membuka kedai sendiri? Padahal, Kartu Prakerja hanya memberikan insentif Rp 2,4 juta yang dicairkan bertahan selama empat bulan. Nominal itu tak cukup untuk membangun kedai kopi.
Udin dan Jodi kompak menyatakan lebih membutuhkan bantuan langsung tunai ketimbang pelatihan online di masa pandemi seperti sekarang. Masalahnya, kebutuhan hidup harian lebih mendesak di saat pandemi.
Kartu Prakerja (putih biru). Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
Kartu Prakerja sebenarnya merupakan janji kampanye Presiden Joko Widodo pada masa kampanye Pemilu 2019 lalu. Program itu awalnya diperuntukan bagi peningkatan kemampuan warga demi menghadapi dunia kerja.
Namun, program itu sedikit bergeser di masa pandemi pandemi COVID-19. Prakerja kemudian diperluas tak hanya diperuntukan bagi angkatan kerja yang belum punya pengalaman.
Setelah muncul gelombang PHK akibat pandemi, pemerintah putar otak. Pekerja yang terkena PHK pun akhirnya masuk kriteria penerima Kartu Prakerja. Para peserta akan mendapat insentif total Rp 3.550.000 dan biaya ikut pelatihan online Rp 1 juta.
Pemerintah menggandeng delapan mitra penyalur materi pelatihan, yakni Ruangguru, Tokopedia, Mau Belajar Apa, Bukalapak, Pintaria, Pijar Mahir, Sekolahmu, serta Sistem Informasi Ketenaga Kerjaan (Sisnaker) Kementerian Tenaga Kerja.
Namun, kebijakan Kartu Pekerja untuk pekerja korban PHK ini dinilai tidak tepat. Peneliti INDEF Bhima Yudhistira menjelaskan, ekonomi warga terdampak wabah membutuhkan jaring pengaman sosial guna menyambung hidup.
Menurutnya, membuat pelatihan justru tak akan efisien, karena warga harus mengeluarkan tambahan dana untuk penunjang pelatihan. Bantuan bisa diberikan dalam bentuk sembako atau uang kontan.
Bhima mengusulkan, untuk menghadapi gelombang PHK selama pandemi COVID-19, Kartu Prakerja diganti dengan bantuan langsung tunai.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.