Targetkan Tuan Rumah di 2036, RI Perlu Tahu Bengkaknya Biaya Olimpiade Tokyo

2 Agustus 2021 11:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rapat Anggota Luar Biasa NOC Indonesia.
 Foto: NOC Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Rapat Anggota Luar Biasa NOC Indonesia. Foto: NOC Indonesia
ADVERTISEMENT
Indonesia menargetkan jadi tuan rumah Olimpiade 2036 setelah gagal dalam bidding Olimpiade 2032. Satu hal yang perlu diketahui, banyak tuan rumah penyelenggara Olimpiade babak belur dalam menomboki biaya penyelenggaraan, ketimbang meraup untung.
ADVERTISEMENT
Hal ini terutama dialami penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, yang berlangsung di masa pandemi. Hal ini membuat jadwal penyelenggaraan bergeser setahun, dari seharusnya 24 Juli-9 Agustus 2021.
"Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 saja menelan biaya USD 2,8 miliar (Setara Rp 40 triliun). Dua pertiganya dibayar dari pajak warga Jepang. Pembengkakan biaya itu terjadi hanya dari dampak penundaan penyelenggaraan saja," tulis media terkemuka Jepang, Nikkei, dikutip Senin (2/8).
Pembengkakan biaya penyelenggaraan juga terjadi, karena berkurangnya potensi pendapatan. Kondisi pandemi membuat pertandingan-pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020 digelar tanpa penonton, sehingga panitia tak memperoleh penerimaan dari penjualan tiket.
Saat Olimpiade Tokyo 2020 mulai digelar, jumlah penduduk Jepang yang telah divaksinasi baru sebanyak 22 persen. Sementara kasus baru COVID-19 secara harian, mencapai 3.000 kasus per hari. Sewajarnya penyelenggara sangat ketat dalam mencegah penularan virus COVID-19.
Kembang api pada pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, 23 Juli 2021. Foto: Leah Millis/REUTERS
Hal ini berdampak pada biaya penyelenggaraan yang membengkak dan penerimaan yang menyusut. Forbes melaporkan, pembengkakan biaya penyelenggaraan olimpiade sudah menjadi hal lazim, bahkan sebelum masa pandemi sekalipun.
ADVERTISEMENT

Tak Ada Pandemi pun Biaya Olimpiade Membengkak

Ketika pada 2013, diputuskan Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade 2020, panitia memperkirakan biaya penyelenggaraan mencapai USD 7,3 miliar atau setara Rp 105,5 triliun. Tapi pada Desember 2019, saat diputuskan penyelenggaraan ditunda ke 2021, proyeksi biayanya membengkak jadi USD 12,6 miliar (Rp 182,15 triliun).
Proyeksi pembengkakan biaya sebagai dampak pandemi, ternyata belum berhenti. Media terkemuka Jepang, Nikkei dan Asahi terkahir memproyeksikan biaya penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 sebesar USD 28 miliar (Rp 404,7 triliun). Jumlah itu setara 14 persen belanja APBN 2021 yang mencapai Rp 2.750 triliun.
"Banyak kota-kota di dunia mengambil pelajaran, peliknya masalah biaya penyelenggaraan sebagai tuan rumah olimpiade selama bertahun-tahun. Beberapa kota telah belajar dari kesalahan masa lalu itu," tulis Forbes.
ADVERTISEMENT
Hamburg adalah contoh penting, di mana tawaran jadi tuan rumah Olimpiade 2015 ditolak oleh penduduknya. Mereka beralasan pendanaan acara olah raga multi cabang itu sebagai pemborosan.
Penelitian University of Oxford pada tahun 2016 dan situs web Play The Game, mengungkapkan Olimpiade Montreal 1976 sebagai yang termahal karena biayanya mencapai 720 persen dari rencana. Sementara biaya Olimpiade Barcelona 1992 mencapai 266 persen dari perkiraan anggaran semula.