Tarif LRT Jabodebek Rp 15.000 Usulan KAI Dinilai Kemahalan

13 Februari 2023 14:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek infrastruktur Depo LRT (Light Rail Transit) Jabodebek di Jatimulya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022). Foto: Fakhri Hermansyah/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek infrastruktur Depo LRT (Light Rail Transit) Jabodebek di Jatimulya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022). Foto: Fakhri Hermansyah/Antara Foto
ADVERTISEMENT
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memastikan LRT Jabodebek akan operasional pada Juli 2023. KAI mengaku proyek sudah rampung 89,11 persen. Meski begitu, tarif tiketnya belum juga diputuskan.
ADVERTISEMENT
Pihak LRT Jabodebek mengaku masih mengkaji tarif dasar LRT Jabodebek, namun manajemen telah memberi usulan rata-rata tarif LRT Jabodebek berkisar di Rp 15.000. Harga tiket ini rencananya diberlakukan berdasarkan secara progresif berdasarkan jarak, layaknya KRL Commuter Line.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi, Deddy Herlambang, menyebut harga tarif usulan terlampau mahal. Ia menyebut jika tarif LRT dibanderol di Rp 15.000, kemungkinan besar masyarakat tidak akan berminat menggunakan moda transportasi tersebut.
Infografik Jalur LRT Jabodebek. Foto: kumparan
Deddy menyarankan agar tarif LRT disesuaikan, di bawah Rp 10.000, sehingga bisa terjangkau, terutama masyarakat di pinggiran Jakarta.
“Untuk tahap awal, Rp 15.000 terlalu mahal. Satu semester kalau bisa di bawah Rp 10.000, kalau dari awal harga tarif (LRT) Jabodebek mahal, nanti minim peminat,” kata Deddy ketika dihubungi kumparan, Senin (13/2).
ADVERTISEMENT
Deddy menyebut pihak LRT memang harus siap mengalami kerugian di awal, baru nanti berangsur-angsur menaikkan harga. Hal ini perlu dilakukan agar minat menggunakan LRT tinggi pada peluncuran.
“Memang targetnya masyarakat menengah ke atas, jadi Rp 15.000 mungkin masih lebih murah dibanding tol, tapi kalau mereka tidak mau pindah (dari kendaraan pribadi) gimana? Makanya harus bidik segmen bawah, seperti buruh atau yang gajinya UMR atau UMP, itu calon market terbesar,” tambahnya.
Dia mengingatkan jangan sampai LRT Jabodebek bernasib sama dengan LRT Palembang, yang pendapatannya tahun lalu terlampau jauh dari biaya operasional.
“Pendapatan LRT Palembang itu sampai tahun 2022 cuma Rp 15 miliar per tahun, sementara operasionalnya per tahun capai Rp 90 miliar. Kan sayang, mau disubsidi sampai kapan? Jangan sampai (LRT) Jabodebek seperti itu,” tegasnya.
ADVERTISEMENT