Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Produksi perikanan tambak (marikultur) menjadi salah satu komoditas yang memiliki potensi ekspor nasional. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan usaha sub-sektor kelautan tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Probowo, di sela kunjungannya di Kepulauan Riau beberapa waktu lalu.
"Usaha perikanan di Kepulauan Riau dan juga Riau saya harap terus berkembang dan tidak kalah dari provinsi lainnya di Indonesia," katanya dalam pernyataan resmi, Selasa (10/12).
Pada kesempatan tersebut, Edhy juga melakukan penebaran (restocking) benih ikan nemo sebanyak 500 ekor, benih banggai sebanyak 200 ekor, dan benih kakap putih sebanyak 3000 ekor. Menteri KKP juga memanen ikan kakap putih sebanyak 250 – 300 kg.
"Ini merupakan upaya KKP untuk mengembalikan ketersediaan ikan serta untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan perairan umum daratan maupun lautan," ujar Edhy Prabowo.
Dia menambahkan, Batam di Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi yang sangat besar di sektor perikanan laut. Kepulauan Riau mempunyai luas laut hampir 61 persen dan daratannya 39 persen.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau ada usulan dan program di daerah silahkan usulkan ke kami bisa lewat Dirjen Perikanan Budidaya. Kalau memang sangat serius dan berkomitmen, kami akan prioritaskan,” imbau Menteri Edhy.
Menurutnya, Presiden telah memberikan amanat kepada Menteri KKP, salah satunya penguatan sektor perikanan budidaya. Presiden juga telah meminta Menteri KKP segera melakukan penguatan dan meningkatkan realisasi dana KUR untuk masyarakat. Sehingga para nelayan dan pembudidaya dapat memanfaatkan dana tersebut sebagai modal usaha.
“Saya sudah minta kepada Ditjen Perikanan Budidaya untuk mengkoordinasi dan mengidentifikasi kelompok pembudidaya yang ingin memanfaatkan dana KUR. Apalagi dana ini tanpa agunan atau jaminan sehingga dapat digunakan, dengan bunga yang relatif ringan yaitu 1,1 persen,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Edhy juga mengapresiasi kerjasama yang disepakati antara Ditjen Perikanan Budidaya dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Kerja sama itu untuk pengembangan sentra kawasan bawal bintang dan kakap putih, di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Hal ini menurutnya, menunjukkan keseriusan dan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan bisnis yang sesuai dengan karakteristik daerah.
Untuk mendukung hal itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, akan melakukan pendampingan teknologi perikanan budidaya dengan pola segmentasi, serta penguatan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Selat Panjang sebagai sentra produksi larva dan benih ikan laut.
“Ini menjadi bukti keseriusan KKP dan pemerintahan Provinsi Riau dalam pengembangan sentra kawasan bawal bintang dan kakap putih di Kepulauan Meranti. Tujuannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan bisnis yang sesuai dengan karakteristik daerah,” terang Slamet.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, industrialisasi akuakultur harus terus ditingkatkan karena memiliki potensi nilai ekonomi yang luar biasa besar, dalam mendongkrak perekonomian nasional. Selain itu juga meningkatkan struktur ekonomi masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebutuhan bahan baku dari hasil produksi budidaya laut di Provinsi Riau, terus meningkat rata-rata 3 – 5 ton per bulan atau mencapai 40 – 60 ton per tahun. Khususnya komoditas bawal bintang, kakap putih dan kerapu.
“Ini menjadi peluang besar untuk menggenjot produksinya,” ucap Slamet.
Indonesia sendiri masih memiliki peluang besar dalam mengembangkan akuakultur laut. Ini dapat dilihat dari potensi lahan perikanan budidaya laut seluas 12,1 juta hektar. Sejauh ini pemanfaatannya baru 325.825 hektar atau 2,7 persen.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan kerja di Batam ini, KKP menyalurkan bantuan berupa benih ikan kakap putih sebanyak 140.000 ekor senilai lebih dari Rp 128 juta dan benih bawal bintang sebanyak 35.500 ekor senilai Rp 42 juta.
Bantuan ini diberikan kepada 7 kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) di Kabupaten Karimun dan Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, dan Kabupaten Kepulauan Meranti.