Tinggalkan Dolar AS, Transaksi RI-Jepang Pakai Uang Lokal Naik 10 Kali Lipat

11 November 2021 18:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mata uang Yen dan Rupiah. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata uang Yen dan Rupiah. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia mencatat kenaikan signifikan dalam transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS), antara pelaku usaha di Indonesia dan Jepang.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali LCS antara Indonesia-Jepang diterapkan pada tahun 2020, nilai transaksi per bulannya baru setara USD 9,8 juta. Namun hingga September 2021, nilai transaksi naik 10 kali lipat menjadi setara USD 109,4 juta per bulannya.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, mengatakan percepatan penerapan LCS dengan mitra dagang utama dilakukan sebagai upaya mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), khususnya di sektor ekpor-impor dan investasi.
Menurut Destry, Jepang tercatat sebagai mitra dagang terbesar ke-2 bagi Indonesia dari sisi ekspor dan ke-3 dari sisi negara impor. Dengan adanya kerja sama LCS, volume dan nilai perdagangan hingga investasi kedua negara diharapkan dapat terus meningkat.
"Hubungan perdagangan dan investasi Jepang terus mengalami peningkatan. Ini kita bisa optimalkan melalui LCS Indonesia dengan Jepang," kata Destry pada acara Webinar LCS Indonesia-Jepang dengan tema “Merajut Asa Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Local Currency Settlement" pada Rabu (10/11).
ADVERTISEMENT
Saat ini, kerja sama LCS telah terjalin dengan 4 negara mitra dagang terbesar di Indonesia, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, dan China. Keempat negara tersebut dipilih karena nilai transaksi perdagangan dan investasi langsung yang tinggi.
Penyelesaian transaksi ekspor rata-rata pada tahun 2015 hingga 2020 sebesar 94 persen untuk ekspor, dan 83 persen untuk impor menggunakan mata uang dolar AS.
Ke depan, Destry mengatakan ketergantungan terhadap satu mata uang bisa dikurangi melalui penerapan LCS. "Kita coba untuk tidak ketergantungan terhadap satu mata uang tertentu. Kita coba diversifikasi agar risikonya menjadi managable," tambahnya.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, mengapresiasi andil BI dalam surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2021, yang mencatat sebesar USD 4,37 miliar.
ADVERTISEMENT
Penerapan LCS, kata Jerry, sangat membantu pertumbuhan kinerja ekspor di tengah pandemi, termasuk kinerja perdagangan ke Jepang.
"Ini hal positif untuk bersama-sama meningkatkan neraca perdagangan. Karena Sektor perdagangan terkait sektor keuangan," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Donny Hutabarat, menambahkan LCS merupakan bagian dari Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025. LCS menjadi program kerja dari 3 inisiatif utama BPPU 2025, khususnya pada inisiatif peningkatan transmisi kebijakan moneter.
Secara teknis, transaksi LCS seperti Indonesia dan Jepang, difasilitasi mitra Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) yang ditunjuk oleh bank sentral kedua negara.
Bank yang ditunjuk ini membantu proses menyelesaikan transaksi perdagangan hingga investasi dengan mata uang lokal. Jadi nantinya transaksi bisa langsung menggunakan Rupiah dan Yen tanpa perlu dikonversi ke mata uang dolar.
ADVERTISEMENT
"Melalui Bank ACCD, transaksi didorong direct, tidak memakai cross currency rate," ujarnya.
Donny menambahkan, pihaknya membuka peluang bagi bank di Indonesia untuk bergabung ke dalam Bank ACCD yang mendukung penerapan LCS. Ke depan, BI mendorong agar transaksi LCS juga menjadi lebih efisien dengan adanya benchmark pricing.