Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Saham Facebook dan Twitter rontok dalam perdagangan di Wall Street Jumat (26/6), akibat kebijakan Unilever yang menghentikan iklan di platform media sosial. Saham FB dan Twitter ditutup anjlok masing-masing 8,32 persen dan 7,40 persen.
ADVERTISEMENT
Unilever menyatakan akan menarik iklan dari platform media sosial, untuk semester II tahun 2020 ini.
“Sebagai wujud tanggung jawab kami atas kondisi masyarakat AS yang terpolarisasi, kami telah memutuskan sejak sekarang hingga setidaknya akhir tahun, tidak akan beriklan di platform media sosial Facebook, Instagram dan Twitter di AS," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.
Menghadapi Pemilu Presiden AS tahun ini, masyarakat sangat terpolarisasi antara penentang dan pendukung kandidat incumbent, Donald Trump. Unilever menyatakan akan terus memantau dan akan meninjau kembali keputusan menyetop iklan di media sosial, jika situasi dianggap sudah kondusif.
“Atas kondisi polarisasi saat ini dan Pilpres AS yang akan kita hadapi, perlu ada penegakan hukum atas pidato-pidato dan pernyataan yang mengumbar kebencian," kata Executive Vice President Unilever untuk Media Global, Luis Di Como, dalam wawancara dengan The Wall Street Journal.
ADVERTISEMENT
Data intelijen periklanan Pathmatics mengungkapkan, pada 2019 lalu Unilever merupakan pengiklan terbesar ke-30 di Facebook , dengan total belanja USD 42 juta. Tak heran jika kebijakan Unilever menyetop iklan langsung membuat saham FB anjlok.
Dikutip dari CNN Business, selain Unilever telah ada sejumlah merek global ternama lainnya yang telah mengumumkan boikot Facebook, yakni dengan menangguhkan iklan untuk bulan Juli, atau setidaknya hingga akhir Juli. Menyusul Unilever , Procter & Gamble (P&G) yang merupakan pengiklan terbesar di dunia, dilaporkan akan menarik iklan dari platform yang mendistribusi konten berisi kebencian dan diskriminasi.
Baik P&G maupun Facebook tak memberi tanggapan atas permintaan konfirmasi dari CNN.
Dalam sebuah pernyataan, Vice President Twitter for Global Client Solutions, Sarah Personette, mengatakan perusahaan berkomitmen untuk membangun platform yang aman yang juga memperkuat aspirasi dari kaum minoritas dan kelompok yang terpinggirkan.
ADVERTISEMENT
"Kami menghormati keputusan mitra kami dan akan terus bekerja dan berkomunikasi secara dekat dengan mereka selama waktu ini," kata Personette.