Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Unilever Indonesia dan GIZ Dukung Bisnis Kelola Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular
17 Februari 2025 13:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kolaborasi melibatkan lima perusahaan pengelolaan sampah lokal yang tersebar di Medan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Surabaya, dan Jakarta. Inisiatif ini diharapkan membuat skala usaha pengelolaan sampah lokal tersebut terus meningkat dan menciptakan lebih banyak peluang kerja ramah lingkungan.
Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia, Maya Tamimi, menyatakan, proyek SULE-WM menjadi upaya perusahaan dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah yang lebih inklusif. Maya optimistis kolaborasi proyek ini dapat meningkatkan kapasitas UMKM dalam menciptakan solusi pengelolaan sampah yang berdampak luas bagi masyarakat dan lingkungan.
Ini karena proyek SULE-WM akan memberikan dukungan berupa pelatihan, mentoring, serta pendanaan implementasi dengan total Rp 1 miliar kepada UMKM yang berfokus pada solusi inovatif dalam daur ulang dan pengelolaan sampah.
“Proyek SULE-WM menjadi bagian dari upaya kami dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah yang lebih inklusif, di mana inovasi lokal dapat berkembang dan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat. Kami optimis bahwa dengan kolaborasi yang erat, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam skala yang lebih luas untuk lingkungan yang lebih hijau dan lestari,” kata Maya.
Hal ini sesuai fokus Unilever terhadap agenda keberlanjutan mulai dari isu iklim, alam, plastik, dan mata pencaharian. Pada pilar plastik, Unilever bertekad mengurangi penggunaan plastik baru paling lambat 2025, mempercepat penggunaan plastik daur ulang dan meningkatkan keterdaurulangan/recyclability pada kemasan.
Fokus ini juga telah diwujudkan perusahaan dengan melakukan berbagai inisiatif dari hulu ke hilir selama bertahun-tahun, dari inovasi desain sampai upaya pengumpulan dan pemrosesan sampah kemasan plastik.
Pada 2024, Unilever Indonesia juga telah mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang digunakan untuk menjual produknya.Perusahaan berhasil mengumpulkan dan memproses 90 ribu ton dari jaringan daur ulang di Bank Sampah, TPS3R, pelapak serta upaya waste to energy, Refuse Derived Fuel (RDF) hasil kerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Plt Koordinator Direktorat Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular Kementerian Lingkungan Hidup atau Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH), Wistinoviani Adnin, mengapresiasi kolaborasi antara Unilever Indonesia dan GIZ Indonesia.
Melalui proyek ini, sebanyak 3.000 ton sampah plastik ditargetkan dapat terkumpul sehingga dapat menghasilkan penghematan sebesar 5.070 ton CO2 ekuivalen. Menurutnya, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan sampah yang membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif dari sisi hulu ke hilir melalui kerja sama dan kolaborasi.
"Sehingga dampak yang dihasilkan akan lebih besar. Kami mengapresiasi inisiasi yang dilakukan oleh GIZ Indonesia dan Unilever Indonesia yang berkontribusi dalam pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular. Dengan adanya proyek SULE-WM, menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sampah membutuhkan peran multisektor karena merupakan proses sirkular dalam membangun tatanan sosial ekonomi yang berkelanjutan," ujar Wistinoviani.
Private Sector Development Advisor & Project Coordinator for Public-Private Partnership (develoPPP) GIZ Indonesia, ASEAN & Timor-Leste, Roy Andy Panjaitan, menyebut salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah adalah mengubah paradigma masyarakat dan pelaku usaha untuk melihat sampah sebagai sumber daya.
“Melalui proyek SULE-WM, GIZ Indonesia mendukung pengelolaan sampah yang bertanggung jawab di Indonesia melalui pengembangan model bisnis yang berkelanjutan bagi UMKM, serta menciptakan solusi berbasis inovasi yang dapat diterapkan secara luas," ungkap Roy.
Proyek SULE-WM akan berlangsung selama 21 bulan dan terdiri dari beberapa fase program. Pertama, need assessment kepada 5 perusahaan pengelola sampah lokal yakni Perkumpulan Arta Jaya (Medan), Persada Langgeng Makmur (DI Yogyakarta & Jawa Tengah), Bali Recycle Center (Bali), Lohjinawi Logistic (Surabaya), dan Azzahra Multi Solusindo (Jakarta Selatan).
Selanjutnya fase mentoring dan pitching untuk memilih 3 perusahaan terbaik untuk dapat lanjut ke fase berikutnya yakni implementasi hingga impact exhibition dan business matchmaking di akhir program.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio