Utang untuk Kereta Cepat Rp 6,9 T, RI Masih Tunggu Setoran Ekuitas China

19 Februari 2024 19:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Halim. Foto: KCIC
zoom-in-whitePerbesar
Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Halim. Foto: KCIC
ADVERTISEMENT
Pemerintah memastikan utang dari China Development Bank (CDB) untuk pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh cair sebesar Rp 6,9 triliun.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan seluruh cost overrun Whoosh sebesar USD 1,2 miliar atau Rp 18,2 triliun sudah tertutupi dengan utang tersebut dan setoran ekuitas konsorsium.
Komite KCJB telah menyepakati angka pembengkakan biaya proyek tersebut dipenuhi oleh 25 persen ekuitas konsorsium China dan Indonesia, 75 persen sisanya berasal dari pinjaman atau utang.
Selain itu, Indonesia dan China juga bersepakat pembagian porsi pinjaman untuk pembengkakan biaya ini yaitu 60 persen oleh pihak konsorsium Indonesia, dan 40 persen konsorsium China.
"Jadi kalau cost overrun sudah tertutupi. Ini kan sebenarnya pinjaman dari CDB ini untuk ke KAI, untuk injeksi, nantinya sebagai bentuk pinjaman pemegang saham kepada PT KCIC," jelasnya saat ditemui di Hotel Putri Duyung Ancol, Senin (19/2).
ADVERTISEMENT
Meski begitu, utang yang sudah cair itu lebih rendah dari kesepakatan awal. Tiko, sapaan akrab Kartika, sempat menyebutkan total pinjaman yang diajukan oleh konsorsium Indonesia kepada CDB senilai USD 550 juta atau sekitar Rp 8,3 triliun alias masih kurang Rp 2 triliun.
Inspiring insight dari Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara, Kartika Wirjoatmodjo kepada seluruh karyawan TelkomGroup pada kegiatan Telkom Click 2024: Elevating Your Future yang diselenggarakan di Telkom Landmark Tower pada Rabu (17/01). Foto: dok. Telkom
Namun, Tiko memastikan sisa pembengkakan biaya tersebut ditambal dari setoran ekuitas konsorsium China, dalam hal ini Beijing Yawan HSR Co Ltd. Pihaknya masih menunggu setoran itu cair.
Adapun PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terdiri dari konsorsium China diwakili oleh Beijing Yawan dengan porsi saham 40 persen, dan konsorsium Indonesia terdiri lima perusahaan konsorsium lokal yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dengan porsi saham 60 persen.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini kemarin sudah cair, kita lagi proses menurunkan. Itu cukup, jadi nanti kita memang tinggal tunggu setoran ekuitas dari pihak Beijing Yawan saja. Jadi sudah cukup terpenuhi sebenarnya," ungkap Tiko.
Dengan demikian, pembengkakan biaya yang menjadi PT KAI (Persero) hanya pinjaman CDB senilai Rp 6,9 triliun dan ekuitas menggunakan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang sudah cair tahun lalu sebesar Rp 3,2 triliun.
Sebelumnya, KAI resmi menandatangani perjanjian fasilitas dengan CDB untuk pembiayaan cost overrun KCJB. Dana tersebut diterima KAI pada 7 Februari yang lalu.
Atraksi barongsai menghibur penumpang di Stasiun Kereta Cepat Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Mengutip informasi keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI) pencairan terbagi menjadi dua tahap. Pertama, untuk Fasilitas A sebesar USD 230.995.000 atau sekitar Rp 3,60 triliun (kurs Rp 15.600).
ADVERTISEMENT
Kemudian untuk Fasilitas B sebesar RMB ekuivalen dengan USD 217.080.000 atau setara dengan Rp 3,38 triliun. Jika diakumulasikan, total dana yang diterima KAI sekitar Rp 6,98 triliun.
"Pencairan tersebut langsung diteruskan ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) pada tanggal 7 Februari 2024," tulis keterangan tersebut, dikutip Selasa (13/2).