Vale Resmi Gandeng Xinhai & Tisco Garap Smelter Bahodopi Rp 31 T, Produksi 2025

6 September 2022 19:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pabrik pengolahan Nikel milik PT Vale Indonesia (INCO) di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pabrik pengolahan Nikel milik PT Vale Indonesia (INCO) di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) resmi menandatangani perjanjian kerja sama pembangunan proyek smelter nikel di Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah. Ada dua mitra yang digandeng yaitu Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
ADVERTISEMENT
Perjanjian tersebut ditandatangani ketiga pihak di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (6/9). Proyek pabrik smelter nikel ini ditargetkan bisa berproduksi pada 2025.
Direktur Utama PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan pihaknya berkomitmen membangun proyek tersebut secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini terlihat dari pemakaian gas alam yang rendah emisi karbon.
Penandatanganan perjanjian kerjasama proyek Blok Bahodopi PT Vale Indonesia bersana Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (6/9). Foto: Vale Indonesia
Febriany mengungkap estimasi belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik atau setara Rp 31,08 triliun (kurs Rp 14.800 per dolar AS). Investasi itu termasuk USD 300 juta untuk kebutuhan gas alam cair (LNG).
Dia pun memprediksi, pabrik tersebut akan memproduksi produk hilirisasi bijih nikel (nickel ore) yaitu feronikel (besi nikel) sebanyak 73.000-80.000 metrik ton per tahun.
ADVERTISEMENT
"Kami juga bersepakat persemaian yang besar sampai 10 juta pohon masing-masing di Bahodopi dan Pomalaa, sesuai tujuan Vale untuk memperbaiki kualitas hidup," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta Pusat, Selasa (6/9).
Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy. Foto: Instagram/@ptvaleindonesia
Sementara itu, Ketua Xinhai Technology Wang Wenlong mengatakan proyek ini merupakan pabrik feronikel pertama di Indonesia yang dihasilkan melalui tenaga gas alam yg diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sekitar 2 juta ton per tahun.
"Proyek ini akan melibatkan 11.000 lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia selama masa konstruksi dan 3.700 pekerjaan selama masa operasi," tuturnya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Keuangan PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menjelaskan dalam kerja sama tersebut nantinya pihak Xinhai dan Tisco akan membuat perusahaan patungan (joint venture) yang berbasis di Singapura.
ADVERTISEMENT
"Secara kepemilikan saham Vale 49 persen sementara partner 51 persen. Tisco dan Xinhai akan bentuk joint venture di Singapura. Perusahan itu yang akan masuk di Bahodopi 51 persen, nilai investasi jd tanggung jawab partner," jelasnya.
Selain itu, Bernardus mengungkapkan pembiayaan proyek tersebut akan terbagi menjadi 70 persen dari pinjaman bank, dan 30 persen dari ekuitas atau modal perusahaan.
"Final product berupa feronikel kemudian offtaker para pemegang saham sendiri. Dalam 5 tahun pertama offtaker 100 persen diambil partner, setelah 5 tahun Vale memiliki hak untuk ambil 49 persen dari total produk," tutur dia.
Aktivitas tambang nikel di PT Vale Indonesia di kawasan Harapan East, Blok Sorowako. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Dia melanjutkan, kebutuhan LNG untuk smelter tersebut sudah melalui studi kelayakan (feasibility study) dan sedang dikembangkan dengan kapasitas 22 juta MMBTU (million british thermal units) bersama SKK Migas yang akan menunjuk beberapa mitra.
ADVERTISEMENT
"Untuk diskusi lanjut apakah di akhir 2025 atau 2026 apakah ada yang siap untuk suplai yang memungkinkan, kalau ada gap kita akan datang ke pemerintah apa mungkin sementara impor dulu. Kita akan konsultasi dengan pemerintah," tandasnya.