Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Wacana Stasiun di Kopo Dinilai Bikin Kecepatan Whoosh Melambat, Ini Kata KAI
28 Desember 2023 14:17 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Direktur Utama PT KAI (Persero), Didiek Hartantyo, buka suara terkait wacana penambahan stasiun kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh di Kopo, Kota Bandung yang dinilai akan menambah waktu tempuh alias memperlambat kecepatan.
ADVERTISEMENT
Didiek menuturkan, KAI masih menunggu kajian pemerintah terkait stasiun KCJB baru di Kopo yang diusulkan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko tersebut.
"Kita tunggu saja, ini kan baru isu dari Pak KSP ya. Kementerian Perhubungan dan BUMN kan belum respons. Kita tunggu kajian bapak-bapak di atas dulu," ujarnya saat ditemui Balai Yasa Manggarai, Kamis (28/12).
Adapun Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai wacana penambahan stasiun kereta cepat Whoosh di Kopo, akan membuat waktu tempuh perjalanan KA tersebut menjadi bertambah.
Penambahan stasiun tersebut dinilai akan membuat laju Whoosh menjadi lebih lambat karena ada tambahan pemberhentian dan aktivitas turun naik penumpang.
Terlebih, posisi Stasiun Kopo ini nantinya akan berdekatan dengan dua stasiun Whoosh yang kini sudah beroperasi, yaitu Stasiun Padalarang dan Tegalluar.
Menurut Didiek, pemerintah memang seharusnya melakukan tata kelola dengan baik, sebab kecepatan KCJB yang mencapai 350 km/jam tersebut membutuhkan jarak yang optimal.
ADVERTISEMENT
"Silakan nanti ditata kelola dengan governance ya, supaya kereta itu beroperasi cepat, stasiun itu kalau bisa jaraknya jangan terlalu dekat. Kan beda sama KRL, 2 kilo berhenti 2 kilo berhenti, kan kecepatannya 80 km per jam," jelas Didiek.
Dia menambahkan, jarak antara Jakarta ke Padalarang kira-kira 100 km. Hingga kini, KCJB pun belum berhenti di Stasiun Karawang, namun jika sudah menurutnya juga akan menurunkan nilai dari kereta cepat itu sendiri.
"Tapi kalau 350 km per jam butuh jaraknya panjang, misalnya Jakarta-Bandung Padalarang 100 km, kalau berhenti di Karawang 350 km/jam enggak kecapai, value kereta cepatnya enggak akan didapat," pungkas Didiek.