Wawancara Presdir SeaBank: Rahasia di Balik Cetak Laba dan Kejar Keberlanjutan

16 Desember 2022 11:59 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampilan depan aplikasi SeaBank yang simple dan dilengkapi banyak fitur yang berguna bagi nasabah. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan depan aplikasi SeaBank yang simple dan dilengkapi banyak fitur yang berguna bagi nasabah. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi membawa kehidupan masyarakat dunia memasuki era baru yang sering disebut revolusi industri 4.0, hal ini juga membuat perubahan signifikan pada industri perbankan. Berbagai bank digital hadir dengan membawa inovasi layanan yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi keuangan. Salah satunya adalah PT Bank Seabank Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah satu tahun beroperasi, SeaBank berkembang secara cepat. Bank yang merupakan bagian Sea Limited (NYSE: SEA) ini telah berhasil melipatgandakan laba bersih hingga aset sepanjang tahun 2022.
Ketika masih bernama PT Bank Kesejahteraan Ekonomi atau BKE, kerugian perusahaan mencapai Rp 593,37 miliar pada 2020. Setelah diakuisisi Sea Group dan berganti nama menjadi SeaBank pada awal 2021, kerugian itu turun menjadi Rp315,33 miliar.
Kinerja keuangan SeaBank terus menunjukkan perbaikan tahun ini. Sampai dengan Oktober 2022, SeaBank berhasil mencetak laba bersih Rp22,71 miliar. Aset perusahaan juga melonjak hingga 184 persen secara tahunan menjadi Rp23,79 triliun dengan kualitas kredit yang tetap terjaga.
Dalam wawancara khusus dengan kumparan, Presiden Direktur SeaBank Indonesia, Sasmaya Tuhuleley, menceritakan strategi dan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam penetrasi bank digital Indonesia. Berikut wawancara selengkapnya:
ADVERTISEMENT
Pertanyaan (P): Bagaimana strategi yang dilakukan SeaBank dari sebelumnya rugi kini berbalik menjadi untung?
Jawaban (J): Kuncinya transformasi menjadi bank digital. Kami melakukan transformasi menjadi digital untuk meningkatkan daya saing. Tapi, hal penting lain yang bisa membuat SeaBank tumbuh dengan cepat adalah berbagai inovasi baik produk dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.
Kedua, SeaBank merupakan bagian dari Sea Group, yang di dalamnya ada Shopee. Kita tahu Shopee adalah e-commerce yang mempunyai banyak user. Jadi bank digital kalau mau berkembang harus bersinergi dengan ekosistem. Hal itu yang membantu kami dalam mencapai pertumbuhan.
Contohnya jika menabung di salah satu bank, mungkin tabungan dengan jumlah satu juta tidak dapat bunga, terus ada potongan biaya administrasi. Atau jika uang jumlahnya sedikit dan dipakai setiap bulan, akhir bulan dia tidak dapat bunga. Nah, kami mendesain produk yang menarik bagi mereka, yaitu dengan memberikan bunga secara harian. Ini real, kami kasih bunga secara harian dan kami bayar setiap hari juga. Jadi orang-orang merasa uangnya dihargai. Selain memberikan bunga harian, kami juga membebaskan biaya administrasi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat itu kerap ragu untuk menabung di bank karena duitnya akan berkurang, jadi kami mencari cara bagaimana masyarakat yang merasa kurang diuntungkan menjadi tertarik menabung. Selain itu masalah transfer kerap menjadi kendala, karena setiap transfer antar bank nasabah harus membayar biaya, nah biaya itu juga kami bebaskan.
Jadi SeaBank berharap layanan kami bisa mengubah perilaku masyarakat jadi giat menabung karena ada reward-nya seperti bunga harian, bebas biaya admin dan transfer. Sehingga visi kami melayani masyarakat underserved (size tabungan relatif kecil) di perbankan bisa terus dilakukan.
Kunci berikutnya yang kami lakukan adalah dengan menyediakan aplikasi yang very simple dan ringan. Semua HP smartphone yang sederhana pun bisa digunakan untuk mengakses SeaBank, yang penting ada internet.
ADVERTISEMENT
Dengan itu semua, kesetiaan nasabah ke kami akan meningkat dan otomatis banyak yang mau menjadi nasabah kami. Hal tersebut membuat kami setelah bertransformasi menjadi bank digital bisa bertumbuh dengan cepat dan sehat. Karena tidak hanya cepat, tapi profitable dan sehat. Sehat itu artinya seperti NPL (Non Performing Loan) terjaga, CAR (Capital Adequacy Ratio) mencukupi, Cost Income Ratio rendah sehingga kami efisien.
Sasmaya Tuhuleley, Presiden Direktur SeaBank Indonesia. Foto: kumparan
P: Tentu tidak mudah untuk mencapai kinerja perusahaan yang kini tumbuh cukup pesat. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh manajemen?
J: Digital bank ini kan baru ya, belum lama. Kaum milenial mungkin familiar, tapi masyarakat yang senior mungkin belum terlalu percaya. Tantangan terbesar kami adalah bagaimana masyarakat bisa trust dengan bank digital, karena mereka tidak perlu bertemu dengan kantor cabang, kantor fisik, ataupun customer service. Semua proses bisa dilakukan lewat aplikasi.
ADVERTISEMENT
Jadi trust ini yang harus dibangun. Caranya gimana? Kami bangun sistem yang reliable. Jadi secara teknologi harus aman, kemudian produknya berkualitas. Kami juga di bawah supervisi pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), otomatis tidak ada bedanya dengan bank non-digital. Seberapa aman bank digital? Ya seaman bank non-digital. Karena kami menyadari trust menjadi tantangan, makanya dari awal kami membangun security technology.
Kedua, tantangannya adalah kompetisi. Kami harus benar-benar siap untuk bersaing. Tapi jangan lupa, market underserved itu cukup besar, mungkin sebagian besar dari penduduk Indonesia. Nah inilah yang disasar bank digital. Jadi semua akan mengarah ke sana (bank digital), sehingga secara otomatis persaingan akan ketat. Tapi karena market ini besar dan kami memiliki ekosistem yang spesifik, saya rasa tidak akan begitu kesulitan.
ADVERTISEMENT
Kemudian kita harus mendorong masyarakat menjadi terbiasa dan percaya dengan bank digital, dengan cara memberikan pengalaman perbankan yang mudah dan aman.
***
Berbagai kelebihan SeaBank, bebas biaya admin, bunga cair setiap hari, hingga diawasi OJK. Foto: Dok. Istimewa
Seperti diketahui, SeaBank merupakan bagian dari Sea Group. Selain dari sisi teknologi yang ditonjolkan, sebagai bank digital SeaBank memiliki keunggulan karena merupakan bagian dari ekosistem e-commerce Shopee.
SeaBank memilih untuk menyasar segmen masyarakat di daerah-daerah yang belum terlayani oleh bank. Langkah tersebut juga dinilai menjadi peluang bagi SeaBank karena sebagai bank digital, SeaBank bisa melakukan penetrasi yang lebih luas.
Sasmaya kemudian menjelaskan pilihan bisnis SeaBank yang sangat tidak mudah, dengan menyasar masyarakat atau pelaku usaha kecil yang belum terlayani oleh perbankan di tengah persaingan ketat industri bank digital.
ADVERTISEMENT
****
P: Apa Langkah SeaBank agar bisa menjadi market leader di industri bank digital?
J: SeaBank memiliki visi misi untuk melayani mereka yang unbankable dan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Siapa segmen ini? Di antaranya adalah orang-orang ritel dan UKM yang mungkin belum terlalu advance.
Kuncinya adalah komitmen. Sebuah bank yang bisa bersaing di era seperti ini, adalah mereka yang memberikan kemudahan kepada nasabah. Itu kata kunci. Begitu kita memberikan kemudahan pada nasabah, mereka otomatis mau berbagi, loyal pada kita.
SeaBank punya nilai unik sendiri karena kami tidak mendesain sesuatu itu hanya berdasarkan keinginan kami atau berdasarkan kompetitor melakukan apa. Tapi dasarnya adalah nasabah, what they want, apa yang diinginkan nasabah. Kami pelajari nasabah itu tidak mau ke bank karena mahal, semakin kecil uang semakin kecil persentase, kami selesaikan hambatan-hambatan itu. SeaBank tidak menetapkan saldo minimum, mau nol juga tidak apa-apa. Biaya admin tidak ada, biaya transfer tidak ada.
ADVERTISEMENT
Kemudian kita juga memberi sesuatu yang unik, mungkin satu-satunya bank yang memberikan bunga secara harian dan dibukukan setiap jam 12 malam, bunga juga bersaing, untuk tabungan 5 persen dan deposito 7 persen, hingga bebas biaya transfer dan administrasi bulanan.
Selain itu, customer service kami juga melayani nasabah selama 24 jam dalam 7 hari. Kami memiliki costumer service yang sudah siap, apakah mau via chat atau via email bisa. Chat bisa lewat aplikasi atau bicara langsung dengan petugas kita.
P: Seperti apa shareholder SeaBank melihat pasar industri perbankan di dalam negeri?
J: Industri perbankan di Indonesia memang unik, bank cukup banyak tapi didominasi oleh beberapa bank besar. Bank yang kecil-kecil susah bersaing karena zaman dulu jika mau mau besar harus punya modal besar untuk membuka cabang di seluruh kota, infrastruktur IT, kapasitas itu hanya dimiliki bank besar.
ADVERTISEMENT
Tapi dengan adanya teknologi digital dan internet, memungkinkan bank kecil itu bersaing dengan bertransformasi. Seperti SeaBank yang bertransformasi dari bank non-digital kecil BKE (Bank Kesejahteraan Ekonomi), kemudian menjadi bank digital. Hal itu memungkinkan untuk tingkat persaingan yang sama. Kami bisa penetrasi ke seluruh Indonesia tanpa membuka cabang.
Selain itu akses internet, pemerintah sudah berkomitmen seluruh Indonesia ini terlayani dengan jaringan 4G. Pemerintah akan membangun ekonomi digital menjangkau seluruh masyarakat Indonesia dengan teknologi sehingga mereka bisa mempunyai akses ke perbankan. Selama ada jaringan internet dan smartphone pasti bisa terlayani. Kalau SeaBank smartphonenya nggak usah yang canggih-canggih, yang sederhana juga sudah bisa akses. Jadi teknologi digital bakal membuat bank bisa menjangkau masyarakat hingga di pelosok agar bisa terlayani.
ADVERTISEMENT
P: Bagaimana dengan keamanan dan perlindungan data nasabah?
J: Pertama yang kami lakukan adalah membuat sistem teknologi yang aman untuk meminimalisir kejahatan bank. Teknologi kami berlapis. Contohnya untuk menarik dana ada pin, kata sandi tertentu, ada OTP, bahkan ada autentikasi wajah.
Misal anda punya rekening di SeaBank, bisanya transfer hanya satu juta lalu tiba-tiba transfer misal Rp 50 juta, sistem kita akan membuat autentikasi wajah. Itu untuk memastikan keamanan uang yang disimpan nasabah di SeaBank. Selain itu kami juga dalam proses membuat sertifikasi ISO27001, ini standar untuk membangun dan memelihara standar informasi.
Tapi fraud ini kan bukan hanya terjadi dari sisi banknya, banyak fraud itu terjadi di nasabah. Itu yang disebut social engineering, makanya sebagai bank tentu kami harus mengedukasi mereka. Kami punya tim yang sangat solid, melalui medsos kami edukasi keamanan data terhadap nasabah.
ADVERTISEMENT
***
SeaBank memastikan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dengan prinsip kehati-hatian. Foto: Dok. Istimewa
Kondisi ekonomi global yang masih bergejolak dan penuh dengan ketidakpastian membuat negara-negara di dunia melakukan pengetatan moneter. Tren kenaikan suku bunga bahkan diprediksi akan terjadi hingga tahun depan.
Kondisi itu juga yang membuat lembaga keuangan global seperti World Bank dan IMF mewanti-wanti jika tahun depan kondisi masih sulit, bahkan diprediksi akan terjadi resesi di negara-negara maju, yang tentunya akan berdampak pada negara berkembang.
P: Banyak yang memprediksi kondisi ekonomi global di 2023 akan gelap, bahkan terancam mengalami resesi. Tentu itu berdampak pada sektor keuangan dan perbankan. Bagaimana Anda melihat kondisi tersebut?
J: Kita tahu negara-negara besar sedang mengalami kesulitan ekonomi luar biasa. Kondisi tersebut memaksa mereka menaikkan suku bunga. Ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat, bahkan mungkin resesi.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut tentu berdampak bagi perbankan. Tahun depan bank harus waspada. Dia harus melakukan apa? Manajemen risikonya harus lebih baik. Misalnya pencadangan kredit macet itu harus lebih besar. Jangan untuk mencari laba, pencadangan malah diperkecil. Kemudian penguatan permodalan sebagai bumper kalau terjadi krisis dalam sebuah bank dia punya permodalan kuat untuk menopang itu. Kemudian ketiga adalah dengan menjaga likuiditas.
Langkah-langkah tersebut yang kami lakukan di SeaBank. Kami memastikan tata kelola manajemen risiko berlangsung dengan baik. Ini tercermin dari kebijakan prosedur yang kami buat itu benar-benar harus bisa melindungi bank jika krisis.
Kemudian kami juga memperkuat permodalan, terutama menjaga likuiditas agar tetap aman.
P: Bank Indonesia terus menaikkan suku bunga dan diprediksi akan berlanjut hingga tahun depan, Bagaimana langkah yang dilakukan SeaBank dengan tren pengetatan moneter ini?
ADVERTISEMENT
J: Setiap pengetatan moneter pasti akan berdampak pada perbankan, terutama biaya dana pasti akan naik. Kedua pasti permintaan kredit menurun, karena jika suku bunga tinggi bunga kredit dinaikkan dan otomatis permintaan kredit turun.
Tapi SeaBank punya bisnis model yang unik dan kuat. Jadi bisnis model kami adalah kolaborasi dengan ekosistem, segmennya masyarakat yang besar, kecil-kecil kreditnya. Ini membuat posisi kami lebih kuat. Di internal kami fokus pada perencanaan strategi yang komprehensif dan menyeluruh yang bisa mengantisipasi apabila terjadi krisis
Kemudian kami dari waktu ke waktu memantau kinerja bisnis, kualitas kredit, hal-hal berkaitan dengan efisiensi. Sehingga jika terjadi goncangan krisis kami sudah siap.
P: Apa target SeaBank pada tahun depan?
J: Kami terus berkomitmen mendorong financial inclusion melalui layanan perbankan digital dengan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Pastinya juga memastikan pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan menjaga prinsip kehati-hatian (prudent principle) lewat proses GCG dan manajemen risiko yang kuat.
ADVERTISEMENT
Kemudian inovasi sebagai kata kunci dari bank digital karena harus terus bisa memenuhi kebutuhan nasabah. Tahun depan kami akan melengkapi fitur-fitur perbankan, kami berharap dengan melengkapi kebutuhan ini nasabah bakal semakin loyal.
Kita juga akan tetap berkomitmen untuk melayani ritel dan UKM di Indonesia seluas mungkin. Hingga 30 September 2022, SeaBank sudah berhasil mencatatkan RPIM (Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial) di kisaran 45 persen, di atas ketentuan minimum regulator yaitu 30 persen.
Untuk UKM ini kami memang memberikan berbagai kemudahan. UKM ini kan kebanyakan masyarakat yang bisnisnya belum terlalu canggih, tidak punya laporan keuangan. Di sinilah perlakukan khusus diperlukan. Kami bekerja sama dengan ekosistem.