Yang Bikin Cemas Usai Libur Panjang: Ekonomi Tetap Loyo, Kasus Corona Melonjak

30 Desember 2020 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga menutup nisan kerabatnya yang dimakamkan dengan protokol COVID-19 dengan plastik di TPU Tegal Alur, Jakarta, Selasa (29/12). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga menutup nisan kerabatnya yang dimakamkan dengan protokol COVID-19 dengan plastik di TPU Tegal Alur, Jakarta, Selasa (29/12). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Libur panjang akhir tahun di masa Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 (Nataru), menyimpan kecemasan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan data, setiap usai libur panjang terjadi peningkatan kasus virus corona COVID-19 hingga 40 persen.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan data yang kami amati, beberapa liburan panjang yang terakhir, selalu ada lonjakan dari infeksi virus corona. Antara 30 sampai 40 persen. Mengapa itu terjadi? Karena memang mobilitasnya yang sangat tinggi," kata Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers, Selasa (29/12).
Pada sisi lain, mobilitas masyarakat yang tinggi pada masa liburan panjang itu, tak membuat ekonomi jadi lebih baik. Karenanya saat Presiden Jokowi meminta pemangkasan cuti bersama akhir tahun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendukung langkah tersebut.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, menyatakan libur panjang saat pandemi justru tidak memberikan perbaikan kepada indikator ekonomi atau tidak terjadi kenaikan konsumsi yang signifikan. Pada sisi lain, libur panjang justru menambah jumlah kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika dua kali libur panjang di Desember ini, yakni saat Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, tak membuat Sri Mulyani optimistis dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2020 yang akan diraih.
Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuanga Si Mulyani berbincang sebelum rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Yang ada, Menkeu justru merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2020, menjadi sekitar minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Sebelumnya, dia pernah mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal akhir bisa mendekati 0 persen.

Lonjakan Kasus Corona yang Mencemaskan

Selain ekonomi yang tetap loyo, yang hampir bisa dipastikan pasca-liburan panjang adalah lonjakan kasus virus corona, seperti yang diungkapkan Menkes. Dari kajian data saat liburan panjang sebelumnya, lonjakan infeksi virus corona akan terjadi antara 10 sampai 14 hari sesudah liburan selesai.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau liburan selesai sekitar tanggal 1 atau 2 Januari, ini (lonjakan kasus) akan terjadi sekitar tanggal 16 Januari," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Budi yang sebelumnya merupakan Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mengungkapkan,
Suasana perawatan pasien terinfeksi virus corona di Istana Es Krylatskoye, Moskow, Rusia. Foto: Maxim Shemetov/REUTERS
Hal inilah yang mengkhawatirkan, karena saat ini pun tingkat keterisian ruang-ruang isolasi khusus COVID-19 dan ICU di rumah sakit, sudah cukup penuh.
"Berbeda dengan kondisi-kondisi sebelumnya, posisi tempat tidur isolasi khusus covid di banyak rumah sakit di Indonesia, sekarang sudah cukup penuh. ICU juga sudah cukup penuh," kata Menkes sambil memampang data tingkat keterisian rumah sakit yang melampaui 70 persen.
Untuk mengantisipasi hal itu, saat sebagian warga banyak menjalani liburan akhir tahun, jajaran Kemenkes serta Pemerintah Daerah harus bekerja keras menyiapkan tambahan fasilitas layanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengimbau, masyarakat yang kembali dari liburan untuk mengisolasi diri antara 5-10 hari. Yakni dengan bekerja dari rumah dan membatasi mobilitas. Hal itu dia yakini bisa mengurangi lonjakan infeksi virus corona COVID-19 sesudah libur panjang.
"Ini akan sangat membantu para tenaga kesehatan, para dokter, para perawat yang harus bekerja sangat keras nantinya kalau ada banyak pasien yang harus masuk rumah sakit," ujar Budi Gunadi Sadikin.