Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
4 Kata-kata Mutiara Juru Taktik La Liga: dari Johan Cruyff hingga Diego Simeone
3 Agustus 2020 18:03 WIB
ADVERTISEMENT
Para pelatih di La Liga seperti Johan Cruyff dan Diego Simeone punya kata-kata mutiara yang kerap diucapkan ketika ditanya wartawan soal kemenangan atau pertandingan.
ADVERTISEMENT
Kata-kata mereka bisa menjadi motivasi. Bagaimana mereka memaknai sebuah kemenangan dan kekalahan.
Segala hal yang terjadi di atas lapangan bola, kadang juga bergantung pada apa yang didengar di ruang ganti. Ingat-ingat lagi cerita Paul Pogba di final Piala Dunia 2018, omongan-omongan ajaib Juergen Klopp, serta hardikan Sir Alex Ferguson.
La Liga memiliki sejumlah pelatih yang punya kata-kata mujarab. Ada yang untuk memecut, meredakan konflik, membalut luka, hingga menyuntikkan energi.
Berikut kumparanBOLA sajikan empat pelatih dengan empat kata-kata yang rasanya sulit buat dilupakan.
Alfredo di Stefano
Alfredo di Stefano pernah berada di persimpangan jalan. Ia pernah diperebutkan dua raksasa Spanyol: Barcelona dan Real Madrid.
Semuanya bermula pada musim semi 1952. Ketika itu, sebuah klub sepak bola asal Kolombia, Millonarios, terbang ke Spanyol untuk mengikuti turnamen persahabatan untuk merayakan hari jadi Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Sepak bola punya segudang kejutan. Madrid justru gigit jari di hari jadi mereka.
Ini ada kaitannya dengan penampilan Di Stefano yang merupakan salah satu striker Millonarios. Madrid kepincut, mereka menggaet Di Stefano dalam bursa transfer.
Namun, Barcelona tak tinggal diam. Mereka menikung dan sampai mengumumkan Di Stefano sebagai rekrutan baru.
Macam-macam persoalan yang melibatkan federasi akhirnya membatalkan transfer Di Stefano ke Barcelona. Ia pun menjejak ke Madrid.
Jika ada satu laga yang paling emosional bagi Di Stefano, itu adalah duel pada 23 Oktober 1953. Pertandingan itu merupakan El Clasico pertama Di Stefano.
Sang striker tak boleh bimbang lagi. Ia harus membawa Madrid pada kemenangan meski ia pernah terlibat cerita rumit dengan sang lawan.
ADVERTISEMENT
Di Stefano menghentak. Ia mencetak empat gol dalam laga yang tuntas dengan kemenangan 5-0 Madrid itu. Sejak itulah ranah sepak bola mengenal Di Stefano.
Di atas lapangan, anak muda yang satu ini tak peduli apa pun selain kemenangan. Baginya kemenangan adalah cuaca cerah di akhir pekan.
Tanpa cuaca cerah, Di Stefano tak bisa bersenang-senang di akhir pekan. Tanpa kemenangan, sepak bola hanyalah kumpulan kisah kelabu bagi Di Stefano.
Prinsip serupa dibawanya sampai ke kariernya sebagai pelatih. Bermodalkan pakem defensif, Valencia dibawanya jadi juara La Liga 1970/71.
Bahkan saat Valencia terjerembap di Segunda Division pun, Di Stefano tak membuang prinsipnya. Hasilnya, Los Ches jadi juara Segunda Division 1986/87 dan kembali ke kasta tertinggi.
Johan Cruyff
ADVERTISEMENT
Johan Cruyff melambaikan tangan ke pada para suporter sebelum menyaksikan laga Timnas Catalunya melawan Argentina di Camp Nou pada 2009 lalu.
Bagi Johan Cruyff kemenangan dan permainan bagus sama pentingnya. Sekadar menang tak akan cukup untuk membikin Cruyff gembira dengan anak-anak asuhnya.
Begitu pula sekadar bermain bagus. Bagaimanapun, sepak bola membutuhkan kemenangan. Gelar juara tak akan datang jika kau berjarak terus dengan kemenangan.
Sebagai pelatih, Cruyff menyempurnakan apa yang dulu pernah diberinya ketika menjadi pemain. Tak hanya meninggalkan gelar yang melimpah, dia meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya: Filosofi dan identitas.
Sebelas gelar juara yang dipersembahkan Cruyff buat Barcelona tak hanya bicara tentang kemenangan demi kemenangan.
ADVERTISEMENT
Lewat pencapaian itu, Cruyff berseru bahwa kemenangan bisa diraih dengan cara yang terhormat, bahwa kemenangan bisa direngkuh dengan cara yang membuatmu akan dikenang selamanya.
Tak berlebihan jika akhirnya Barcelona memuja Cruyff sedemikian rupa. Barcelona Tak cuma mengabadikannya dalam filosofi, tetapi juga dua altar pemujaan: Estadi Johan Cruyff yang merupakan nama baru lapangan latihan serta patung Cruyff yang diletakkan di pelataran Camp Nou.
Luis Aragones
Ketika Luis Aragones datang sebagai pelatih Timnas Spanyol pada 2004, tim ini kacau balau. Mereka memeram permusuhan sejak Piala Dunia 2002.
Yang dilakukan Aragones pertama kali adalah menghancurkan sekat-sekat politis dan permusuhan itu.
Aragones tak butuh konflik, konflik, konflik dalam sepak bola. Ia butuh kemenangan, kemenangan, kemenangan dalam sepak bola.
ADVERTISEMENT
Keberaniannya itu tak sia-sia. Spanyol memang tak langsung menjadi juara. Namun, di bawah didikannya Spanyol merengkuh gelar juara Piala Eropa 2008. Setelah ia hengkang pun, Spanyol jadi juara Piala Dunia 2010.
Kegigihan untuk melahirkan dan merawat kemenangan itu sudah terlihat sejak Aragones melatih di level klub, terutama Atletico Madrid. Jauh sebelum ditunjuk sebagai pelatih Spanyol, ia mempersembahkan enam trofi untuk Atletico.
Prinsip demikian tak cuma dipegangnya saat berlaga di level top. Dengan pemikiran serupa, Aragones membawa Atletico juara Segunda Division 2001/02 dan promosi lagi ke La Liga.
Diego Simeone
Sejak Diego Simeone duduk di kursi kepelatihan pada 2011, Atletico Madrid tak sama lagi.
ADVERTISEMENT
Semangat pekerja yang ia usung, yang merupakan hasil tempaan selama ia masih jadi pemain dan intergrasi dengan semangat pekerja ala Atletico sejak 1919, menjadi injeksi yang secara rutin disuntikkan ke urat nadi Atletico.
Semangat inilah yang membuat Atletico bangkit, serta mengganggu hegemoni Real Madrid dan Barcelona di La Liga.
Musim 2013/14 adalah periode ketika Atletico mulai naik pangkat. Mereka menjadi juara La Liga, mengangkangi Madrid dan Barcelona. Di ajang Liga Champions, mereka berhasil menembus babak final dan menghadapi Madrid.
Ketika ditanya apa yang membikin Atletico jadi juara La Liga 2013/14, Simeone tak punya jawaban spesial. Tak ada penjelasan taktik panjang-lebar yang membikin orang berdecak kagum sekaligus mengerutkan kening.
ADVERTISEMENT
Sambil tersenyum dia cuma berkata bahwa gelar juara itu didapat karena Atletico menjalani pertandingan demi pertandingan. Kalimat dirawat baik-baik, lantas hidup sebagai mantra di atas tanah La Liga.