Ada Jejak Paolo Maldini dalam Sosok Theo Hernandez

16 Januari 2020 14:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Theo Hernandez pembelian tersukses Milan musim 2019/20. Foto: AFP/Miguel Medina
zoom-in-whitePerbesar
Theo Hernandez pembelian tersukses Milan musim 2019/20. Foto: AFP/Miguel Medina
ADVERTISEMENT
Ketika Theo Hernandez pertama kali datang ke Milan, tak sedikit yang meragukan dia bisa meraih kesuksesan. Bukan apa-apa, pemain asal Prancis itu memang dikenal bengal dan sulit diatur.
ADVERTISEMENT
Soal bakat, tak ada yang perlu disangsikan dari diri Hernandez. Bahkan, bakat itu sudah tercium ketika dia berumur sembilan tahun. Lahir dan besar di Vallecas, dia sudah diundang trial oleh Atletico Madrid pada usia tersebut.
Namun, Hernandez bukan anak baik-baik. Tumbuh di lingkungan yang keras dan dibesarkan oleh orang tua tunggal membuat Hernandez seperti selalu menyimpan amarah yang bisa meledak kapan saja.
Suatu kali, dia dan kakaknya—Lucas yang sekarang bermain untuk Bayern Muenchen—pernah terlibat kasus kekerasan terhadap pasangan masing-masing. Akan tetapi, Hernandez muda akhirnya diputus tidak bersalah.
Meski demikian, reputasi bad boy itu kemudian terus melekat. Tak cuma di luar, di dalam lapangan pun Hernandez dipandang sebagai sosok yang bengal dan sulit diandalkan.
ADVERTISEMENT
Theo Hernandez beraksi di pertandingan melawan Lecce. Foto: AFP/Miguel Medina
Reputasi tersebut paling terasa menyulitkan bagi Hernandez ketika dia pindah ke Real Madrid. Oktober tahun lalu, dia bertutur soal ini. Bagaimana dia kerapkali mendapat hinaan atas kesalahan yang dia perbuat pada masa muda.
Singkat kata, Hernandez gagal bersinar bersama Real Madrid. Pada musim perdananya, 2017/18, dia cuma dipercaya turun 13 kali. Kemudian, pada musim lalu dia dipinjamkan ke Real Sociedad.
Bersama Sociedad, penampilan Hernandez sebenarnya tidak buruk dan semestinya itu bisa membuat kesempatannya jadi bek kiri utama Real Madrid terbuka.
Namun, di awal musim ini, Real memilih mendatangkan Ferland Mendy dari Lyon. Dengan kata lain, tidak ada lagi tempat buat Hernandez. Situasi itu dimanfaatkan betul oleh direktur olahraga Milan, Paolo Maldini.
ADVERTISEMENT
Ketika masih aktif bermain dulu, Maldini menjalankan peran seperti yang kini dimainkan oleh Hernandez. Mereka sama-sama bek kiri agresif yang juga tangguh dalam bertahan.
Theo Hernandez tampil produktif sebagai bek kiri Milan. Foto: AFP/Miguel Medina
Maldini melihat potensi besar dalam diri Hernandez. Dengan cek 20 juta euro, Milan kemudian menebus bek berusia 22 tahun itu dari Real Madrid. Rupanya, perjudian itu berhasil.
Sampai dengan pertengahan musim 2019/20 ini, bisa dibilang Hernandez merupakan rekrutan terbaik Milan. Dia tak cuma berhasil menggeser Ricardo Rodriguez, tetapi juga jadi upgrade sempurna bagi bek asal Swiss itu.
Hernandez lebih cepat, lebih kuat, dan lebih tajam daripada Rodriguez. Kelebihan utama Rodriguez, yaitu kemampuan mengeksekusi bola mati, pun dipunyai oleh Hernandez.
Alhasil, Hernandez pun sukses menguasai pos bek kiri Milan. Di situ, dia tidak cuma aktif membuat aksi-aksi defensif tetapi juga sangat rajin berkontribusi dalam serangan tim.
ADVERTISEMENT
Teranyar, Hernandez mampu mencetak satu gol pada laga Coppa Italia menghadapi SPAL 2013, Kamis (16/1/2020) dini hari WIB. Gol itu dia ciptakan lewat sepakan keras dari luar kotak penalti.
Pemain-pemain Milan merayakan gol yang dicetak Theo Hernandez (tengah) ke gawang SPAL 2013. Foto: AFP/Miguel Medina
Bagi Hernandez, itu adalah golnya yang kelima musim ini. Empat gol lainnya dicetak pemain bertinggi 184 cm itu di ajang Serie A. Selain itu, dia juga telah sukses mengemas 2 assist.
Dalam bertahan, Hernandez sanggup mencatatkan rata-rata 4,6 aksi defensif per laga yang meliputi tekel, intersep, dan sapuan. Kemudian, kala menyerang, dia punya catatan 1,1 tembakan, 1,1 umpan kunci, plus 2 dribel sukses per partai.
Dengan torehan seperti itu, Hernandez pun menjadi pemain Milan dengan ponten tertinggi di situs statistik WhoScored. Sebenarnya, ada Zlatan Ibrahimovic yang nilainya lebih tinggi tetapi pemain Swedia itu baru menjalani dua pertandingan.
ADVERTISEMENT
Dalam diri Hernandez, Milan seperti mendapat sosok Maldini baru. Tentu saja, dia masih butuh waktu lama untuk mendekati atau menyamai sang legenda, tetapi setidaknya potensi ke arah sana sudah terlihat.
Sekarang, semuanya tergantung pada Hernandez. Yang jelas, dia sudah punya mimpi besar bersama Milan, yaitu mengangkat trofi Liga Champions. Hanya konsistensi yang bisa membawanya meraih kesuksesan tersebut.