Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Tanpa campur tangan sang legenda Manchester United , Roy Keane , Jordan Henderson takkan bisa menjadi kapten Liverpool seperti saat ini. Bagaimana bisa?
ADVERTISEMENT
Keane pernah melatih Sunderland dari 2006 hingga 2008. Kala itu, Henderson masih menjadi pemain junior Sunderland. Nah, Keane sendiri sudah yakin dengan potensi Henderson sebagai seorang pemain muda. Oleh sebab itu, Keane membimbing Henderson.
"Roy [Keane] membantu perkembangan Jordan [Henderson] dengan bermodalkan pengalaman sebagai seorang gelandang," papar Ricky Sbraglia, yang menjabat sebagai pelatih kepala kala Keane menjadi manajer Sunderland, kepada Daily Mirror.
"Kemudian Jordan menjalani debut bersama tim senior di laga versus Chelsea pada November 2008. Dia tampil di babak kedua dengan kondisi kami tertinggal 0-3. Laga ini berakhir 0-5 buat kami, dan itu tentu merasa menyakitkan bagi tim."
"Terlepas dari itu, Jordan tampil oke. Jordan tak merasa canggung dan berani menghadapi pemain-pemain hebat lain di lapangan. Itu luar biasa," lanjut Sbraglia.
Saat menjadi pemain, Keane dikenal sebagai pemain bermental baja yang tak takut dengan siapa pun. Sikap pantang menyerah ini pada akhirnya juga menurun ke Henderson.
ADVERTISEMENT
Kala Liverpool tampil, Henderson biasa berteriak-teriak kepada rekan-rekannya supaya mereka tak lengah. Dia juga tak ragu untuk melindungi rekan-rekannya ketika terjadi adu mulut di lapangan.
Walau begitu, jalan Henderson untuk menjadi sehebat sekarang tentu tak mulus-mulus saja. Dia bergabung ke Liverpool pada 2011 dengan mahar 16 juta poundsterling.
Henderson sempat dianggap sebagai pembelian gagal, dan inilah yang membuatnya ditawarkan ke Fulham pada 2012. Tawaran ini kemudian ditolak Henderson karena dia yakin masih bisa menjadi figur penting di lini tengah Liverpool.
Pada akhirnya, Henderson memang melejit dalam peran gelandang box-to-box saat Liverpool hampir menjuarai Premier League pada 2013/14. Nahas, dua musim selanjutnya Henderson jarang tampil karena menderita cedera ligamen.
Setelah sembuh, Henderson sempat kesulitan kembali ke performa terbaiknya. Namun, masalah ini mampu diatasi Henderson pada musim 2018/19. Dengan kemampuan mengumpan dan membaca permainan yang kian terasah, dia tak tergantikan buat Liverpool.
ADVERTISEMENT
Soal lesatan karier Henderson ini, Sbraglia sama sekali tak heran. Sebab, Sbraglia sudah melihat bahwa pemain yang kini berusia 29 tahun itu memang sudah punya obsesi jelas sejak masih menjadi pemain junior.
"Apa yang terjadi dalam karier Jordan itu menunjukkan gimana dia saat masih menjadi pemain muda. Dia selalu bertanya-tanya, apa dia bakal main? Apakah dia bisa mengendalikan ombak dalam kariernya atau justru tenggelam?" papar Sbraglia.
"Pertanyaan-pertanyaan itu pada akhirnya membawa Jordan pada satu kesimpulan: Dia harus terus melangkah maju dan belajar. Ini yang sebab alasan kepindahannya ke Liverpool dan kesuksesannya saat ini," pungkasnya.
===
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT
===
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini .