Aji Santoso: Arema, Persebaya, dan Kisah tentang Sepatu Bola yang Disita

6 April 2020 16:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Persebaya, Aji Santoso, memberikan instruksi pada anak asuhnya saat latihan. Foto: Dok. Media Persebaya
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Persebaya, Aji Santoso, memberikan instruksi pada anak asuhnya saat latihan. Foto: Dok. Media Persebaya
Mat Halil, eks pemain Persebaya, pada suatu waktu pernah mengungkapkan jika Aji Santoso adalah sosok yang berjasa dalam kariernya. Berkat Aji, ia mampu jadi seorang wing-back andal.
"Waktu saya magang di skuat Persebaya itu zaman lengkap-lengkapnya [pemain bintang]. Saya diajak sama Aji [Santoso] adu sprint dan pemanasan sebelum latihan lari 50 meter," kenang Halil.
"Sampai sekarang masih saya laksanakan. Itu ilmu dari senior itu, supaya pas latihan kaki lebih ringan," tambahnya.
Zaman dahulu, tradisi ini memang bukan hal aneh di Persebaya. Pemain senior dan muda tak ada sekat. Para senior tak ragu memberi masukan kepada para pemain muda. Rasa kekeluargaan di tim sangat tinggi.
Cara Aji Santoso mengajak Halil untuk ikut serta berlatih mandiri sebelum latihan tim merupakan salah satu contoh rasa kekeluargaan di dalam tim. Hal itu juga jadi bentuk kepedulian Aji kepada Halil yang saat itu masih muda.
Sejak masih jadi pemain, Aji adalah seorang pekerja keras. Hal itu tercermin dari kisahnya dalam merintis karier sebagai pesepak bola.
Aji Santoso, pelatih baru Persebaya. Foto: Dok. Media Persebaya

Ditemukan Arema, Besar di Persebaya

Aji Santoso lahir di Kepanjen, salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. Sedari kecil, Aji memang sudah memiliki mimpi untuk jadi pesepak bola kenamaan. Mimpi itu ia mulai dengan bermain dari satu kampung ke kampung lainnya.
Ketika sudah memasuki usia 16 tahun, Aji mulai lebih serius menekuni sepak bola. Argo Manunggal Sawunggaling (AMS) Kepanjen, Gajayana Malang, dan Persema junior jadi klub-klub tempat Aji muda memulai karier sepak bola.
Pada 1988 atau saat usianya masih 18 tahun, Ovan Tobing dan Lucky Acub Zainal, dua pendiri Arema, menemukan bakat Aji. Ia pun diajak bergabung dengan Arema yang saat itu masih berkompetisi di Galatama.
Talenta Aji berkembang pesat di Arema. Pada 1992/93, ia jadi salah satu sosok penting di balik gelar Galatama yang berhasil direngkuh Arema. Prestasi ini pula yang mengantarkan Aji masuk skuat Timnas Indonesia di SEA Games 1991.
Aji mengantarkan Indonesia merengkuh medali emas, sebuah capaian yang belum mampu terulang hingga kini. Aji bertahan di Arema hingga 1995, sebelum memutuskan hengkang ke Persebaya Surabaya.
Bersama Persebaya, kemampuan Aji tidak menurun. Ia malah jadi panutan bagi para bek sayap lain di skuat 'Bajul Ijo'. Ia bahkan tidak segan berbagi pengalaman dengan para pemain muda Persebaya saat itu, seperti yang ia lakukan pada Mat Halil.
Aji merengkuh prestasi bersama Persebaya pada musim 1996/97. Ketika itu, ia membawa Persebaya meraih gelar Liga Indonesia pertama mereka dengan mengalahkan Bandung Raya di final. Aji sendiri sukses menyumbang gol di laga itu.
Selepas dari Persebaya, Aji hijrah ke PSM Makassar. Bersama 'Juku Eja', kemampuan Aji juga masih teruji. Ditopang pemain apik seperti Kurniawan Dwi Yulianto dan Bima Sakti, Aji mampu membawa PSM juara Liga Indonesia 1999/00.
Aji kembali ke Malang membela Persema, lalu menutup kariernya sebagai pemain di Arema pada 2004. Aji juga rutin membela Timnas Indonesia sejak 1990 hingga 2000. Ia pernah tampil di Piala AFF 1996, 1998, serta 2000.
Dari Arema, Aji mulai menancapkan namanya sebagai salah satu pesepak bola kenamaan Indonesia. Namun, bukan berarti perjalanan Aji sebagai pesepak bola mulus-mulus saja.

Tentang Sepatu yang Disita dan Latihan Naik Turun Gunung

Ketika masih remaja, Aji harus berlatih di Stadion Gajayana yang terletak jauh dari tempat tinggalnya, Kepanjen. Melihat Google Maps, jarak Kepanjen dan Gajayana adalah 19 km.
Dalam acara Arema Goes to School pada 2017, Aji Santoso bercerita tentang pengalaman uniknya menempuh perjalanan Kepanjen-Gajayana. Salah satunya adalah ketika sepatunya disita oleh petugas kereta api.
Ketika itu, Aji ingin naik kereta api untuk menuju Gajayana. Karena tidak memiliki uang, ia memutuskan untuk naik di gerbong barang. Ia mengira, menumpang di gerbong barang tak akan dikenai biaya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.
Ketika mendapati Aji naik di gerbong barang, petugas langsung menyita sepatunya sebagai kompensasi ongkos kereta api yang tidak dibayar Aji. Padahal, ongkos kereta saat itu cuma Rp100.
Aji tidak patah arang. Ia tetap melanjutkan perjalanannya ke Gajayana untuk berlatih. Sesampainya di sana, pelatihnya saat itu, Rohanda, menyadari bahwa Aji tidak memiliki sepatu bola.
Bukannya marah, Rohanda justru membawa Aji kembali ke stasiun. Rohanda memarahi petugas yang menyita sepatu Aji.
Bukan cuma itu. Aji juga ingat pengalamannya digembleng oleh Anatoli Polosin, pelatih Timnas Indonesia di SEA Games 1991. Sosok asal Rusia itu melatih fisik para pemain lewat metode-metode latihan yang berat.
Naik turun gunung dan berlari-lari di pantai untuk memperkuat otot kaki bukanlah hal yang aneh bagi Aji. Berkat metode latihan Polosin ini pula, para pemain Indonesia memiliki fisik yang apik sehingga mampu keluar sebagai juara.
Dua pengalaman ini jadi fragmen tersendiri dalam kisahnya sebagai pesepak bola. Segala perjuangan keras ini membuat Aji jadi salah satu bek kiri terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Aji Santoso Kini, Melanjutkan Karier Sebagai Pelatih

Aji Santoso tidak pernah bisa jauh dari dunia kulit bundar. Setelah pensiun, ia melanjutkan karier sebagai pelatih. Ia melatih Akademi Arema, Timnas U-17, tim PON Jawa Timur, serta Persik Kediri.
Aji juga pernah masuk radar PSSI untuk menangani Timnas Indonesia. Semua dimulai saat ia menjadi asisten pelatih Timnas U-23, hingga mulai melatih Timnas U-23 pada 2014.
Namun, raihannya di Timnas tidak terlalu apik. Pada 2013, ia hanya mampu mempersembahkan medali perak di SEA Games 2013. Setelahnya, ia tak pernah lagi mempersembahkan prestasi bagi Timnas U-23.
Pelatih Persela, Aji Santoso. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Karier kepelatihannya pun berlanjut di Arema, Persela, dan Persebaya Surabaya (periode ketiga). Per 2019. Aji juga kini sudah mengantongi lisensi AFC Pro yang memungkinkannya untuk melatih tim-tim Indonesia yang lain.
Aji juga dikenal andal menemukan bibit pemain potensial. Saddil Ramdani, Muhammad Rafli, Arif Satria, Reza Mustafa, serta Nasir adalah beberapa bakat yang ditemukan oleh Aji. Ia juga mengorbitkan banyak pemain muda Persebaya.
Selain itu, Aji memiliki ASIFA (Aji Santoso International Football Academy) yang dibangun pada 2013 di Malang. Dari sini, ia bisa memantau talenta-talenta sepak bola Indonesia.
***
Itulah sepenggal kisah dari Aji Santoso. Ia ditemukan oleh Arema, berkembang bersama Persebaya, dan jadi tumpuan di Timnas Indonesia. Prestasi kerap menghiasi kariernya sebagai pemain.
Namun, semua itu tentu tak bisa didapat tanpa adanya perjuangan dan kerja keras. Prinsip itulah yang selalu ditanamkan Aji kepada anak-anak asuhnya.
Hari ini, tepat 6 April, Aji Santoso berulang tahun. Mari kita ucapkan selamat. Semoga ia bisa sukses berkarier sebagai pelatih, serta selalu menemukan bakat-bakat baru yang kelak jadi tumpuan Timnas Indonesia.
Happy birthday, Coach Aji Santoso!
===
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!