Lipsus Akhir Kisah STY

Akhir Era Shin Tae-yong di Timnas Indonesia

13 Januari 2025 18:54 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pemecatan Shin Tae-yong (STY) dari kursi pelatih tim nasional Indonesia bak petir di siang bolong bagi Huh Ji-sub. Fisioterapi Timnas era STY itu terkejut bosnya didepak secara tiba-tiba pada Senin (6/1).
ADVERTISEMENT
Padahal Huh punya rencana besar tahun ini di Timnas Indonesia terkait sport science. Ia pun kadung menolak tawaran dari klub luar negeri dan Timnas Korea Selatan pada Desember 2024 demi membersamai STY di Indonesia.
Namun dengan didepaknya STY, Huh bersama 7–9 staf pelatih dari Korsel mau tak mau harus angkat kaki dari Timnas Indonesia, sebab menurut anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga, kontrak mereka sepaket dengan STY yang juga asal Korsel.
“Saya merasa kosong dan kehilangan arah… Semua yang sudah saya rencanakan terasa hancur. Saya tidak tahu lagi apa yang bisa saya lakukan,” kata Huh dalam akun Instagramnya.
Perasaan emosional juga disampaikan putra STY, Shin Jae Won. “Sedih sekali ayah tak lagi melatih Timnas Indonesia. Saya bisa merasakan betapa ayah saya mencintai dan peduli terhadap Indonesia,” ucap Shin di akun Instagramnya.
ADVERTISEMENT
STY—yang sedianya dikontrak hingga 2027—mendapat kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadapnya pada Senin pagi. Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengutus Manajer Timnas, Sumardji, untuk menemui STY di kediamannya. Erick lalu mengumumkan pemecatan kontroversial itu dalam konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta, siang harinya.
“Coach Shin Tae-yong menerima pemutusan hubungan kerja antara PSSI dan STY. Coach Shin juga berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan selama lima tahun dan pesannya semoga Timnas lolos Piala Dunia,” ujar Sumardji.
Meski terkesan mendadak, isu pemecatan STY sudah berembus sejak Timnas Indonesia gagal lolos ke semifinal Piala AFF, Desember 2024. Timnas yang mayoritas diisi pemain di bawah 22 tahun itu dikangkangi Vietnam dan Filipina di babak grup. Erick Thohir ketika itu langsung menyinggung soal evaluasi.
ADVERTISEMENT
“Kalau sudah berikan yang terbaik hingga semifinal lalu kalah, tidak apa-apa. Kalau bicara berikan yang terbaik, harusnya dengan pelatih dan pemain ini, kita bisa minimal lolos semifinal Piala AFF,” kata Erick, 22 Desember.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir bersama pejabat PSSI lainnya dalam konferensi pers terkait perkembangan Timnas Indonesia di Menara Danareksa, Jakarta, Senin (6/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tiga hari setelahnya, tepat pada hari Natal 25 Desember, Erick berada di Eropa dan bertemu Patrick Kluivert, legenda bola Belanda dan Barcelona. Kluivert ditunjuk sebagai suksesor STY.
“Saya sengaja [wawancara calon pelatih] di tanggal 25, yaitu hari Natal. Bukan saya tidak menghormati hari besar, hanya saja itu bagian [dari cara] kita mengetes keseriusan dan komitmen. Dari tiga pelatih, ada satu yang datang. Itu yang saya lihat poinnya lebih,” ucap Erick.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (kanan) memimpin sesi latihan di kompleks Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (12/11/2024). Foto: Muhammad Ramdan/ANTARA FOTO
Didepaknya STY menuai reaksi keras dari publik sepak bola Indonesia, mengingat selama lima tahun belakangan STY mengubah wajah Timnas yang sebelumnya kehilangan asa menjadi penuh puja-puja.
ADVERTISEMENT
Selain itu, STY mampu memenuhi target-target yang dibebankan PSSI era Erick sebelum gelaran AFF 2024, mulai dari lolos 16 besar Piala Asia 2023, semifinal Piala Asia U-23 2024, hingga mencapai ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 yang otomatis membuat Timnas lolos Piala Asia 2027.
“Kita belum pernah mencapai prestasi sedahsyat ini dari seorang pelatih. [Kenaikan] peringkat FIFA hampir menyentuh 50 [posisi], dari [ranking] 173 ke 127. Ini sensasional, dengan susah payah STY bisa membangun sepak bola Indonesia bukan dari nol, tapi dari minus,” ujar pengamat sepak bola nasional Sigit Nugroho, Jumat (10/1).
Kepala Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert pada konferensi pers di Hotel Mulia, Jakarta, pada Minggu (12/01/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kritik publik menderas karena sosok pengganti STY adalah Kluivert. Walau kariernya ketika bermain memesona, namun portofolionya sebagai pelatih masih semenjana. Sebagai pelatih kepala, Kluivert hanya pernah menukangi Timnas Curacao dan klub Turki, Adana Demirspor. Itu pun beberapa bulan saja.
ADVERTISEMENT
Mantan Waketum PSSI Hinca Pandjaitan berpendapat, kecaman publik terhadap pencopotan STY tak lepas dari budaya Korea yang begitu populer di Indonesia. Menurutnya, STY adalah representasi budaya Korea yang berhasil masuk ke sektor olahraga RI, khususnya sepak bola.
“Korea mengembangkan kemampuan entertainment-nya di semua sektor, termasuk sports, yang menyentuh perasaan semua orang. Kalau ditanya apakah budaya atau influence-nya Korea sampai menginfiltrasi ruang ganti atau sepak bola kita, iya… itu nggak bisa ditolak. Jadi kalau begitu banyak pendukung STY di Indonesia, itu logis,” kata Hinca, Kamis (9/1).
Di sisi lain, Arya Sinulingga menduga ada campur tangan asing yang terorganisasi. Mereka tak terima STY dipecat, lalu menyerang pemain diaspora.
Maka, ucap Arya, “Hentikanlah usaha Anda menghancurkan Indonesia. Anda orang Indonesia, bukan antek-antek asing. Ini bangsa kita, Merah Putih. Apa Anda bangsa lain? Anda pecinta Timnas atau pecinta siapa?”
Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga, saat konferensi pers di GBK Arena, Jakarta, pada 26 Maret 2023. Foto: PSSI

Friksi di Ruang Ganti

Romantisme STY dan Timnas Indonesia selama lima tahun telah berakhir. Erick menyebut, keputusan memecat STY salah satunya karena dinamika yang kompleks di Timnas jelang pertandingan melawan China di kualifikasi Piala Dunia pada 15 Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
Erick tak menjelaskan gamblang yang ia maksud dengan “dinamika” itu. Namun, menurut Arya, dinamika tersebut berpengaruh buruk terhadap keharmonisan tim, sampai-sampai ketika itu PSSI sudah sempat berencana mendepak STY.
Sumber-sumber kumparan di internal PSSI menyebut ketegangan terjadi antara STY dengan beberapa pemain, khususnya diaspora, usai laga imbang 2-2 lawan Bahrain pada 10 Oktober 2024. Para pemain meminta diskusi soal taktik, namun STY bergeming dan menganggap hal itu otoritas pelatih.
Lebih lanjut, saat melawan China, beberapa pemain Timnas disebut merasakan dampak “protes” mereka. Entah terkait friksi dengan STY atau tidak, ban kapten Jay Idzes dicopot saat melawan China; diserahkan ke Asnawi Mangkualam.
Thom Haye juga tak menjadi pemain inti dan baru dimainkan di babak kedua. Sementara Sandy Walsh diparkir di bangku cadangan, dan Eliano Reijnders bahkan tak masuk skuad walau sempat debut melawan Bahrain.
ADVERTISEMENT
Situasi di ruang ganti yang tak kondusif dan adanya eksperimen STY membuat Timnas kalah 2-1 lawan China. Padahal targetnya adalah menang.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (kanan) menyalami pemainnya Marc Anthony Klok (kiri) saat latihan di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/9/2023). Foto: Moch Asim/ANTARA FOTO
Marc Klok, pemain naturalisasi yang pernah jadi andalan STY di era awal kepelatihannya, mengatakan gaya kepemimpinan STY di Timnas memang sangat hierarkis. Sistem hierarki ketat itu, menurut Klok, kurang cocok dengan para pemain diaspora yang biasa bersikap terbuka dalam menyampaikan pendapat.
“Banyak pemain asal Belanda bergabung [ke Timnas Indonesia] dan bagi mereka hierarkinya sangat berbeda," ujar Klok dalam wawancara dengan media Belanda, NOS.
Klok mengaku pernah mengajak STY berdiskusi soal strategi permainan, namun tak berbuah positif. Ia kemudian merasa ajakan diskusinya itulah yang membuat dia tak lagi dipanggil ke Timnas, selain juga adanya persaingan ketat dengan para pemain diaspora di posisi gelandang.
ADVERTISEMENT
Klok terakhir kali dipanggil Timnas saat melawan Vietnam di Jakarta pada 21 Maret 2024.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (tengah) memimpin latihan di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/9/2023). Foto: Moch Asim/ANTARA FOTO
Hierarki ketat itu diperparah dengan kendala bahasa. STY hanya bisa berbahasa Korea, sedangkan pemain Timnas berbahasa Indonesia, Belanda, dan Inggris.
“Keterbatasan bahasa menjadi sebuah masalah oleh pelatih sebelumnya (Shin Tae-yong) dan itu membuat banyak pemain [Timnas Indonesia] tak nyaman, serta menyebabkan ketegangan,” ucap Klok dalam wawancara dengan ESPN.
Walau begitu, Klok menegaskan tak punya masalah pribadi dengan STY.
Testimoni Klok itu diamini sumber-sumber kumparan di internal PSSI. Salah seorang sumber menyatakan, pemain-pemain diaspora kerap mengeluhkan kendala bahasa, khususnya saat STY memberi komando di lapangan. Padahal instruksi pelatih di lapangan memengaruhi hasil pertandingan sampai 70%.
Pengamat sepak bola Sigit Nugroho memandang kultur yang berbeda antara STY dengan pemain Timnas—yang mayoritas diaspora—memang berpotensi menimbulkan benturan budaya dan friksi.
ADVERTISEMENT
Kultur sepak bola Korea, negara asal STY, sama seperti Jepang yang sangat menjunjung disiplin dan rasa hormat kepada pelatih atau orang yang berpengalaman. Maka, ketika pemain menyarankan sesuatu kepada pelatih, hal ini dianggap tabu.
Selebrasi pemain Timnas Korea Selatan U-23 usai kalahkan Jepang dalam matchday ketiga Piala Asia U-23 2024 di Jassim Bin Hamad Stadium, Al Rayyan, Qatar, pada Senin (22/4). Foto: KARIM JAAFAR/AFP
Sigit menilai hubungan STY dengan pemain diaspora memang tidak baik-baik saja. Menurutnya, hal itu tercermin ketika STY merespons unggahan perpisahan asisten pelatih Nova Arianto di Instagram dengan pesan “jaga pemain lokal kita.”
“Ini sebuah pesan yang sangat gamblang bahwa dia (STY) sebenarnya lebih respect kepada pemain lokal yang patuh, dan ini sesuai dengan budaya Korea,” ucap Sigit.
Sementara kendala bahasa dianggap Sigit sangat debatable, sebab toh Timnas era STY punya prestasi bagus ada kendala bahasa atau tidak.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, dasar keputusan PSSI merekrut Kluivert agar komunikasi dan kultur dengan para pemain bisa klop, juga bisa diterima.
Pengamat sepak bola lain, Aun Rahman, menjelaskan bahwa kendala bahasa memang bisa menimbulkan misinterpretasi di lapangan. Itu sebabnya ada baiknya bagi sebuah tim untuk memiliki pelatih yang berbahasa sama. Terlebih, sejarah mencatat bahwa Timnas yang menjuarai Piala Dunia selalu ditukangi oleh pelatih lokal.
“Di sisi lain, saya paham situasi STY, sebab enggak semua orang mudah untuk belajar bahasa asing, apalagi di usia segitu (54 tahun),” kata Aun.
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memberikan arahan kepada pemain saat melawan tim Vietnam pada pertandingan lanjutan Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO

Gaya Melatih STY

ADVERTISEMENT
Riak-riak ketidakpuasan terhadap STY juga menyoal gaya melatihnya. Sumber kumparan di lingkaran PSSI bercerita, ada masukan dari pemain diaspora agar STY lebih fokus mengasah taktik ketimbang fisik maupun teknik dasar pemain, terutama saat latihan jelang pertandingan.
ADVERTISEMENT
Para pemain, menurut sumber itu, merasa latihan fisik maupun teknik dasar sudah mereka dapat di klub masing-masing. Mereka menganggap, jika latihan di Timnas masih fokus pada hal tersebut, maka waktu persiapan yang sangat mepet akan makin berkurang. Imbasnya, taktik yang diterapkan di pertandingan jadi terkesan monoton.
Walau begitu, menurut Sigit, faktor gaya melatih itu juga bisa diperdebatkan. Ia mencontohkan fisik Thom Haye yang sering kepayahan di atas menit ke-70. Kondisi itu, selain karena faktor fisik dan jarak tempuh yang jauh (dari Belanda—tempat klubnya berada—ke Indonesia), juga karena cuaca dan tekanan udara yang berbeda antara Eropa dan Indonesia.
Itu sebabnya Sigit berpendapat, permainan taktik tak bisa berjalan tanpa fisik yang mumpuni.
Pemain Timnas Indonesia menjalani sesi latihan di kompleks Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (12/11/2024). Foto: Muhammad Ramdan/ANTARA FOTO
“Sehingga STY menganggap perlu penekanan latihan fisik. Tetapi mungkin para pemain diaspora yang levelnya sudah tinggi merasa berbeda dengan pemain lokal Indonesia,” ujar Sigit.
ADVERTISEMENT
“Pemain lokal Indonesia cenderung penurut karena [memiliki] budaya patuh pada pelatih,” imbuh Sigit.
Lebih jauh, muncul rumor liar yang menyebut ada faktor nonteknis terkait komersial di balik pemecatan STY. Namun, Sigit dan Aun berpendapat faktor-faktor nonteknis tak jadi masalah sepanjang tidak dilarang di kontrak.
kumparan berupaya mengonfirmasi berbagai isu ini kepada STY melalui salah satu asistennya, Yoo Jae-hoon. Yoo menyatakan STY belum bersedia diwawancara siapa pun.
“Beliau [STY] akan cari waktu yang tepat untuk ‘buka’ di media,” kata Yoo.
Sabtu (11/1), STY akhirnya buka suara. Melalui akun Instagramnya, ia tak menampik banyak menghadapi situasi sulit selama lima tahun bersama Timnas.
“Tetapi saya tahu bahwa saya selalu bekerja sama dengan para pemain untuk hasil yang baik,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
STY pun berterima kasih kepada Erick atas dukungannya selama ia menukangi Timnas. Ia berharap Indonesia lolos ke Piala Dunia.

Pertaruhan Besar Erick Thohir

Pencopotan STY di tengah kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi pertaruhan terbesar Erick Thohir sejak memimpin PSSI. Pemecatan itu sekaligus menjadi kulminasi hubungan STY dan Erick yang pasang surut.
STY bukanlah pelatih yang ditunjuk di rezim Erick. Ia pelatih “warisan” PSSI era Mochamad Iriawan alias Iwan Bule. STY dulu bahkan sempat mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan mengancam mundur dari Timnas jika Iwan Bule juga mundur imbas Tragedi Kanjuruhan.
STY diangkat pada Desember 2019 setelah menyingkirkan kandidat lainnya, Luis Milla, pada tahap wawancara dengan para petinggi PSSI. Kala itu Milla tak sanggup menggaransi Indonesia juara AFF jika diberi kesempatan kedua melatih Timnas. Sementara STY dinilai lebih siap ketika diberi target menjuarai Piala AFF.
ADVERTISEMENT
Pun begitu, nyatanya selama tiga kali memimpin Timnas di Piala AFF pada 2020, 2022, dan 2024, STY sama sekali tak mendatangkan gelar juara. Pada tiga gelaran itu, Timnas menjadi runner up, semifinalis, bahkan gugur di babak grup.
Pemain Timnas Indonesia Kadek Arel dan Robi Darwis terduduk usai imbang 3-3 melawan Timnas Laos pada pertandingan Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2024). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
Pasang surut hubungan STY dan Erick salah satunya tampak ketika STY mengaku mendapat tawaran melatih salah satu negara ASEAN pada Januari 2024. Pernyataan itu disampaikan saat STY masih terikat kontrak hingga Juni 2024 dan bersiap memimpin Timnas di Piala Asia U-23. Erick ketika itu menyatakan tak bisa melarang apabila STY hengkang.
Lalu pada Juni 2024, STY terkesan menunda-nunda tanda tangan perpanjangan kontrak hingga 2027. Saat itu nama STY masuk bursa pelatih baru Korsel. Erick pun secara implisit menyampaikan akan mencari pelatih kelas dunia apabila STY memang kembali melatih Korsel. Enam bulan berselang, Erick akhirnya merealisasikan pergantian pelatih. Namun ia menegaskan pencopotan STY bukan karena masalah personal.
ADVERTISEMENT
Aun berpandangan, PSSI dan STY sudah tak satu visi khususnya faktor-faktor di luar lapangan. Menurutnya, Erick ingin mendapatkan hasil yang quick fix dan menancapkan legacy dengan lolos Piala Dunia ditopang para pemain diaspora.
Adapun Sigit menilai pemecatan STY menunjukkan bahwa Erick ingin menjaga ‘investasi’ para pemain diaspora agar tetap antusias membela Timnas Indonesia. Sebab jika tidak dan kedua pihak saling ngotot, kata Sigit, friksi di ruang ganti bisa berkepanjangan. Di samping Erick dinilai ingin membuat tinta emas dengan menunjuk sendiri pelatih Timnas.
Mees Hilgerss berjabat tangan dengan berjabat tangan dengan ketua umum PSSI Erick Thohir. Foto: Instagram/ @Erickthohir
“Jadi inilah yang membuat Pak Erick mungkin waswas, ‘Lebih bagus saya menjaga investasi [di pemain diaspora] yang nilainya tidak kecil’. Memang dimunculkan [narasi] bahwa mereka (diaspora) berangkat tanpa biaya—boleh percaya boleh tidak, walau saya pikir tidak ada yang gratis di dunia bola. Tetapi di Indonesia pendekatannya lebih ke [para pemain diaspora] adalah aset yang tidak mudah dipetik,” jelas Sigit.
ADVERTISEMENT
Ia mewanti-wanti dengan risiko besar yang sudah diambil ini, menjadi wajib hukumnya Indonesia lolos Piala Dunia 2026, bukan 2030. Apalagi Kluivert mewarisi skuad yang hampir jadi.
Menanggapi tuntutan itu, Arya menegaskan sebenarnya lolos ke Piala Dunia 2026 bukanlah target resmi dari PSSI. Ia menyebut dalam kontrak dengan STY, PSSI juga tidak mencantumkan target lolos Piala Dunia 2026, melainkan masuk ranking 100 FIFA.
Namun seiring dengan bertambahnya pemain diaspora yang berkualitas, target berubah dan diharapkan Timnas Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2026 di Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat.
“Secara resmi PSSI targetnya [masuk Piala Dunia] bukan sekarang. Tapi karena kita tambah pemain, ekspektasi naik. Ketika bicara ekspektasi suporter pingin, kami [PSSI] pun pingin. Makanya kami nggak mau kehilangan kesempatan,” tutup Arya.
Lipsus Akhir Kisah STY. Foto: Adi Prabowo/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten