Alasan AC Milan Incar Ralf Rangnick: Murah tapi Tidak Murahan

4 Maret 2020 16:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ralf Rangnick (kanan) saat masih menjadi Direktur Olahraga RB Salzburg. Foto: AFP/Ernst Wutkis
zoom-in-whitePerbesar
Ralf Rangnick (kanan) saat masih menjadi Direktur Olahraga RB Salzburg. Foto: AFP/Ernst Wutkis
ADVERTISEMENT
Kedatangan Ralf Rangnick ke AC Milan seperti tinggal tunggu waktu saja. Kabarnya, Rossoneri telah menyiapkan kontrak tiga tahun untuk pria 61 tahun tersebut. Lalu, apa sebenarnya yang membuat Milan kepincut dengan sosok Rangnick?
ADVERTISEMENT
Sudah hampir empat dekade lamanya Rangnick berkecimpung di dunia kepelatihan. Sudah 37 tahun tepatnya. Karier ini dia mulai sebagai pemain merangkap pelatih di klub kota asalnya, Viktoria Backnang.
Rangnick butuh waktu 16 tahun sampai akhirnya dipercaya untuk menangani klub besar. Adalah VfB Stuttgart yang pertama kali memberi kepercayaan itu kepada Rangnick.
Kebetulan, Stuttgart sendiri merupakan tempat Rangnick pertama kali berkiprah sebagai pesepak bola. Dari 1976 sampai 1979 dia sempat membela Stuttgart II, alias tim cadangan milik klub berjuluk Die Roten itu.
Sebenarnya, sebagai pelatih pun tidak banyak prestasi mentereng yang berhasil dibukukan Rangnick. Ada tiga gelar domestik yang diraihnya bersama Schalke 04 tetapi tak satu pun diraih di Bundesliga.
Justru, bisa dikatakan bahwa catatan terhebat Rangnick didapatkan ketika dia tidak menjadi pelatih. Sejak 2012, Rangnick dipercaya untuk menjadi begawan sepak bola di dua klub Red Bull, RB Leipzig dan RB Salzburg.
ADVERTISEMENT
Alasan terkuat di balik keputusan Red Bull menunjuk Rangnick adalah keberhasilannya bersama Hoffenheim. Ditunjuk menjadi pelatih pada 2006, Rangnick membawa klub desa itu promosi ke Bundesliga dua tahun berikutnya.
Lewat tim Hoffenheim itu, terlihat betul karakter sepak bola Rangnick yang banyak terinspirasi oleh Ernst Happel, Arrigo Sacchi, Valeri Lobanovski, dan Zdenek Zeman. Yakni, sepak bola yang agresif.
Agresivitas itu memang tak membawa Hoffenheim meraih gelar apa-apa tetapi pada akhirnya mereka mampu menjadi penghuni tetap Bundesliga sampai sekarang.
Pelatih legendaris Milan, Arrigo Sacchi. Foto: AFP/Javier Soriano
Oleh Red Bull, Rangnick dianggap bisa menjadi guru sepak bola bagi klub-klub yang bernaung di bawah bendera mereka. Ketika Rangnick bergabung, RB Leipzig yang merupakan proyek flagship Red Bull masih berada di Bundesliga 3.
ADVERTISEMENT
Perlahan, semuanya dibenahi oleh Rangnick. Sebagai direktur olahraga, dia memang punya kewenangan untuk menentukan siapa-siapa yang direkrut, bahkan sampai cara bermain tim.
Itulah yang dia kerjakan dan hasilnya luar biasa. Musim ini, RB Leipzig dan RB Salzburg sama-sama bisa berlaga di babak utama Liga Champions. Leipzig bahkan bisa sampai ke situ di bawah asuhan Rangnick sebagai pelatih pada musim lalu.
Rangnick sendiri saat ini sudah tak berurusan langsung dengan RB Leipzig maupun RB Salzburg. Dia sekarang menjabat sebagai Kepala Pengembangan Sepak Bola untuk semua tim Red Bull.
Ralf Rangnick di RB Leipzig. Foto: AFP/Ronny Hartmann
Nah, keberhasilan Rangnick mengangkat Hoffenheim serta RB Leipzig dan RB Salzburg itulah yang jadi pertimbangan utama Milan. Rangnick dinilai mampu membangun proyek jangka panjang berbiaya murah.
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukannya di Leipzig dan Salzburg memang begitu. Alih-alih membeli, mereka mencetak pemain bintang. Sadio Mane, Naby Keita, dan Timo Werner adalah contohnya.
Elliott Management selaku pemilik Milan menginginkan itu. Tak cuma agar bisa segera kembali ke Liga Champions, mereka juga mau agar 'Iblis Merah' bisa memiliki model bisnis yang sustainable.
Ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi keuangan Milan saat ini yang belum bisa dibilang sehat. Musim ini seharusnya mereka bisa berlaga di Liga Europa tetapi memilih mundur demi melakukan restrukturisasi finansial.
Perbaikan di sektor finansial itulah yang kini jadi prioritas. Apalagi, menurut La Gazzetta dello Sport, gaji pokok Rangnick tidak terlalu tinggi. Insentif baru akan dia peroleh ketika proyeknya sudah membuahkan hasil.
ADVERTISEMENT
Inilah mengapa, Milan langsung berani menyiapkan kontrak tiga tahun plus opsi perpanjangan setahun. GdS juga menyebut bahwa ada penalti besar jika salah satu pihak memutuskan kerja samanya begitu saja.
Jika Milan menunjuk Rangnick, artinya mereka harus siap untuk menjalani revolusi baru. Tentunya, waktu dan dukungan jadi dua hal yang paling dibutuhkan Rangnick nantinya.
Rangnick sendiri, konon, bakal membawa orang-orangnya sendiri seperti Paul Mitchell yang juga pernah bekerja untuk RB Leipzig. Michael Emenalo, eks direktur teknik Chelsea, juga dirumorkan akan menyusul.
Ini artinya Rangnick bakal punya tim sendiri dan, jika ingin proyek ini berhasil, Gazidis beserta kroni-kroninya dilarang campur tangan. Sekali ikut campur tangan, bukan mustahil Rangnick akan angkat kaki dan misi Milan harus dimulai dari nol lagi.
ADVERTISEMENT