Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Tiga pertandingan sudah dilalui Milan tanpa mencetak gol dan laga melawan Sampdoria, Senin (6/1/2020), menjadi bukti bahwa mendatangkan Zlatan Ibrahimovic tak bisa serta merta bisa menyelesaikan masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Seretnya raihan gol Milan ini sebenarnya bukan barang baru. Sudah sejak awal musim mereka kesulitan membobol gawang lawan dan buktinya bisa dilihat di classifica. Dari 18 pertandingan, Milan baru mencetak 16 gol.
Namun, tiga pertandingan terakhir memang seperti menjadi puncak masalah. 'Untungnya', Milan masih bisa menggamit dua poin dari tiga laga itu walaupun di satu pertandingan lainnya menelan kekalahan 0-5 dari Atalanta.
Rentetan nirgol itu diawali dengan laga melawan Sassuolo (15/12) dan dilanjutkan di laga melawan Atalanta sepekan kemudian. Setelahnya, Serie A masuk masa libur musim dingin dan Milan pun melakukan pembenahan.
Pada 28 Desember 2019, Milan resmi merekrut Ibrahimovic dengan status bebas transfer. Pemain asal Swedia itu sebelumnya bermain di Major League Soccer untuk Los Angeles Galaxy.
ADVERTISEMENT
Ibrahimovic sendiri sudah berusia 38 tahun dan tidak bermain di Eropa sejak meninggalkan Manchester United pada awal 2018. Jadi, meskipun cukup produktif di Amerika Serikat, kemampuan Ibrahimovic tetap diragukan.
Namun, pada pertandingan pertama bersama Milan—persahabatan melawan Rhodense—Ibrahimovic langsung mencetak gol. Meski bukan laga sungguhan, gol tersebut memberi harapan kepada Milan .
Gol itu mengisyaratkan bahwa Ibrahimovic bisa langsung nyetel dengan para pemain Milan lainnya. Ia juga jadi bukti bahwa kemampuan sang penyerang dalam membobol gawang lawan masih ada.
Akan tetapi, pada laga resmi perdananya bersama Milan, Ibrahimovic tak mampu berbuat banyak. Tampil selama 35 menit, Ibrahimovic cuma mampu melepaskan satu tembakan. Rendahnya catatan menit itu bisa jadi bahan pertimbangan tersendiri, tentunya.
ADVERTISEMENT
Milan sendiri tidak tampil buruk. Mereka mendominasi penguasaan bola dan mampu melepaskan sampai 19 tembakan dengan 8 di antaranya tepat sasaran.
Akan tetapi, penyelesaian akhir mereka memang sangat buruk. Tidak ada sinergi yang bagus antara para pemain depan mereka. Suso, utamanya, tampak terlalu kemaruk dan tidak percaya pada rekan-rekannya sendiri.
Ini sebenarnya yang harus dibenahi Milan . Pasalnya, boleh dibilang lini tengah Milan sudah bekerja dengan baik. Mereka begitu agresif baik dalam bertahan maupun menyerang dan ini adalah pertanda positif.
Pemain tengah yang tampil impresif dalam laga melawan Sampdoria itu salah satunya Ismael Bennacer. Bermain sebagai regista, pemain Aljazair itu bisa mengontrol laga dengan sangat rapi.
Namun, itu semua tidak akan ada artinya jika penyelesaian akhirnya nol besar. Ketidakmampuan Krzysztof Piatek lepas dari kawalan pemain belakang Sampdoria jadi salah satu penyebab utama kegagalan Milan.
ADVERTISEMENT
Dengan kedatangan Ibrahimovic, Milan punya dua opsi. Pertama, memainkan Ibrahimovic sebagai penyerang tengah yang diapit Suso dan Hakan Calhanoglu. Kedua, menduetkannya dengan Piatek.
Namun, menduetkan Ibrahimovic dengan Piatek bakal memaksa Milan mengubah formasi. Itu bisa membuat daya kreasi mereka berkurang karena satu pemain tengah kreatif mereka bakal menjadi korban. Plus, Ibrahimovic tidak muda lagi dan tidak se-mobile dulu.
Maka, jalan terbaik buat Milan saat ini adalah mencoba memainkan Ibrahimovic sebagai striker utama. Tentunya ini tidak menjamin adanya perubahan drastis tetapi opsi ini adalah yang paling pantas dicoba dalam waktu dekat.