Bek Real Madrid, Marcelo, Berlutut untuk Kematian George Floyd

15 Juni 2020 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcelo berlutut dan mengangkat tinju untuk mengingatkan kita semua akan ketidakadilan rasial. Foto: Pierre-Philippe Marcou/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Marcelo berlutut dan mengangkat tinju untuk mengingatkan kita semua akan ketidakadilan rasial. Foto: Pierre-Philippe Marcou/AFP
ADVERTISEMENT
Apa yang menimpa George Floyd adalah sebuah tragedi sekaligus pengingat bahwa ketidakadilan rasial masih ada. Marcelo paham itu. Maka, bek Real Madrid tersebut pun berlutut dan mengangkat tinju dengan tangan kanannya.
ADVERTISEMENT
Pada 1960-an dan 1970-an, mengangkat tinju tangan kanan dan menundukkan kepala merupakan simbol gerakan 'Black Power'. Serupa dengan gerakan 'Black Lives Matter' yang kita kenal sekarang, 'Black Power' juga memperjuangkan hak orang-orang kulit hitam untuk diperlakukan setara.
Sepak bola sendiri tidak kekurangan kontroversi rasial. Adegan pemain berkulit hitam mogok main karena mendapatkan seruan dan cacian rasialis dari suporter lawan bukan baru satu atau dua kali terjadi. Oleh karena itu, sejumlah atlet dan klub sepak bola merasa perlu untuk mendukung gerakan 'Black Lives Matter'.
Marcelo cuma salah satunya. Begitu membobol gawang Eibar pada pertandingan La Liga, Senin (15/6/2020) dini hari WIB, Marcelo berlutut seraya mengangkat tinju dengan tangan kanannya. Ini adalah dukungan dan suara lantangnya --kendati ia sama sekali tak berucap--terhadap kematian Floyd.
ADVERTISEMENT
Ini bukan pertama kalinya Marcelo bersikap atas ketidakadilan rasial. Pada awal Juni, ia sempat mengunggah seruan 'Black Lives Matter' di akun Instagram-nya untuk menyerukan protes yang sama.
Pada kesempatan lain, bek asal Brasil itu juga mengunggah foto dirinya dengan kaos bertuliskan #StopRacism dan #StopViolence. "Kesamarataan dan keadilan," tulisnya seraya menambahkan ikon kepalan tinju di bagian akhir.
George Floyd, seorang pria Afro-Amerika, tewas setelah lehernya ditindih dengan lutut oleh petugas kepolisian Minneapolis, Derek Chauvin, seorang pria kulit putih.
Sebelum tewas, Floyd sempat berseru bahwa ia tak bisa bernapas karena tindihan lutut Chauvin. Namun, seruannya tak digubris.
Kematian Floyd memantik amarah. Protes besar-besaran tidak hanya terjadi di Minneapolis, tetapi juga di berbagai kota di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!