Capo: Siapa Mereka dan Apa Perannya?

31 Oktober 2018 15:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Partizan (Foto: Reuters/Marko Djurica)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Partizan (Foto: Reuters/Marko Djurica)
ADVERTISEMENT
Bicara mengenai sosok capo, tak bisa lepas dari pembicaraan mengenai sebuah ultras. Mereka berdua adalah dua elemen yang saling berkaitan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Ultras, dalam perkembangannya sebagai salah satu kelompok suporter, memiliki sejarah yang cukup panjang. Memang sejarah ini juga memiliki banyak kesimpangsiuran, karena setiap kelompok suporter di berbagai negara pada masa lampau kerap mengidentikkan diri sebagai ultras. Ultras sendiri secara etimologi, berarti segala sesuatu yang luar biasa dan lebih dari biasanya.
Namun, jika ditelisik, sejarah ultras sebenarnya berasal dari Brasil pada 1939 silam. Ketika itu, di Negeri Samba berdiri sebuah kelompok suporter bernama torcida organizada. Pada Piala Dunia 1950, torcida memperlihatkan dirinya kepada dunia lewat koreografi-koreografi menarik.
Suporter Hajduk Split terinspirasi hal tersebut, dan pada akhirnya membentuk Torcida Split pada Oktober 1950. Torcida Split ini menjadi kelompok ultras tertua di Eropa, sekaligus menjadi cikal bakal kelahiran ultras-ultras lain yang ada di Eropa. Memasuki Italia, ultras ini menghadirkan lagi sosok dan nuansa lain.
ADVERTISEMENT
Selain memunculkan nuansa politik yang begitu kental, dengan aroma sayap kiri yang kerap menghiasi dasar dari pergerakan dan sikap politik yang mereka ambil, ultras di Italia juga menghadirkan istilah baru: capo, atau biasa disebut juga capo tifoso.
Lalu, siapa dan apakah cafo tifoso atau capo itu?
Sejarah Capo/Capo Tifoso
Secara bahasa, jika diartikan, capo tifoso/capo memang berasal dari bahasa Italia. Dia berarti 'pemimpin kelompok suporter'. Pemberian gelar capo tifoso ini juga tak bisa sembarangan. Eddward S. Kennedy dalam bukunya berjudul Sepak Bola Seribu Tafsir menyebut jika gelar capo tifoso diberikan kepada seseorang yang sukses membunuh polisi kala sekelompok ultras bertengkar dengan polisi.
Lebih lanjut, beberapa literatur menyebut jika capo adalah sosok yang memimpin sekelompok ultras di salah satu sudut stadion. Lazimnya, ultras akan mendiami curva, bagian stadion yang melengkung dengan letaknya di tribune utara atau selatan. Maka, nama-nama ultras kerap berkaitan dengan nama tribune utara dan selatan, seperti Curva Nord atau Curva Sud (khusus Italia).
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah lengkungan kurva itulah capo berdiri. Dia memberikan komando kepada para ultras, membuat koreografi, serta meneriakkan suara dukungan bagi para pemain yang ada di stadion. Tapi, tak jarang para ultras, sesuai namanya, melakukan sesuatu yang berlebihan di stadion, seperti menyalakan suar dan cerawat, atau malah memancing keributan di stadion.
Ultras Sepak Bola (Ilustrasi) (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ultras Sepak Bola (Ilustrasi) (Foto: Reuters)
Di balik semua aksi menghibur sekaligus berlebihan dari ultras di stadion, ada sosok capo yang menjadi pemimpinnya. Dalam tulisan yang ditulis oleh Tobias Jones di laman The Guardian berjudul 'Beyond the Violence, The Shocking Power the Ultras Wield Over Italian Football', sosok capo ini digambarkan sebagai sosok yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar.
Namun, sosok capo ini tidak hanya berwibawa dan berpengaruh saja. Sosok capo ini juga mesti bisa menyatukan pendapat dari para ultras yang lain, menghimpunnya, dan menjadikan sebagai sebuah suara dari ultras yang dia pimpin. Maka, tak jarang ultras mengadakan rapat-rapat, serupa rapat politik, untuk mengambil keputusan perihal banyak hal.
ADVERTISEMENT
Intinya, ujar Tobias, ultras berbeda dengan hooligans yang tampak seperti pemuda kuliah yang mabuk. Ultras lebih terorganisir, rapi, garang, dan tentunya berani. Di balik kegarangan dan keberhasilan dari ultras tersebut, ada capo/capo tifoso yang menjadi pemimpinnya.
Bagaimana Capo Mulai Marak di Indonesia?
Dalam kultur sepak bola Indonesia, ultras merupakan sesuatu yang bisa dibilang baru. Kelompok suporter di Indonesia, lazimnya, hadir dari sebuah fenomena masyarakat atau ciri khas dari daerah tersebut, seperti 'bobotoh' (bahasa Indonesia: mendukung) serta Bonek (singkatan dari Bondho Nekat, berarti orang-orang pemberani dan nekat).
Tidak hanya lahir dari sebuah fenomena, kelompok suporter di Indonesia juga biasanya identik dengan nama 'Mania', seperti Jakmania, Aremania, Slemania, Kabomania, dan LA Mania. Kehadiran kelompok suporter di Indonesia tak lepas dari cita rasa tradisional klub tersebut berasal.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring perkembangan zaman, Indonesia jadi lebih terbuka kepada budaya suporter luar. Apalagi, dengan semakin canggihnya teknologi, budaya suporter dari luar dapat diserap dan ditiru sedemikian rupa dengan cepat.
Cukup buka gawai yang Anda miliki, maka Anda bisa melihat koreo di San Siro atau para suporter yang berjalan semarak di jalanan kota Dortmund, sambil membawa cerawat dan bernyanyi.
Lewat jalan inilah, budaya ultras masuk ke Indonesia. Budaya ultras semakin masif memengaruhi gaya mendukung para suporter Indonesia belakangan ini. Beberapa firma beraroma ultras mulai terbentuk di klub-klub Liga Indonesia. Ambil contoh Brigata Curva Sud (BCS), kelompok ultras PSS Sleman, yang masuk jajaran ultras terbaik di Asia.
Selain BCS, sebenarnya ada beberapa kelompok ultras lain yang ada di Indonesia, seperti Northsideboys 12 (Ultras Bali United), Curva Nord Persija, Green Nord 27 (Ultras Persebaya), Bobotoh Famiglia 33 (Ultras Persib), serta Ultras Curva Arema. Mereka semua adalah hasil dari pengaruh budaya ultras yang pelan-pelan merasuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nah, setiap ultras ini, umumnya memiliki capo mereka masing-masing. Salah satu contohnya adalah Green Nord 27 yang memiliki capo bernama Ipul. Tidak hanya Ipul, mungkin ada nama-nama lain yang juga menjadi capo di kelompok ultrasnya masing-masing.
Jadi, hadirnya capo di Indonesia ini sejalan dengan menjamurnya budaya ultras di Indonesia. Khusus untuk Timnas Indonesia, ada nama Ultras Garuda, yang mulai menunjukkan eksistensinya di tribune selatan setiap kali Timnas Indonesia bertanding. Mereka juga memiliki capo sendiri, salah duanya adalah Aples dan juga Rika Amelia.
***
Merunut pada tulisan Tobias, ultras dapat menyajikan banyak kejutan. Arti katanya yang merujuk pada sesuatu yang luar biasa dapat memberikan sesuatu yang tidak terbayangkan. Pun dengan para capo. Bisa saja mereka memberikan perintah yang unik kepada para anggota ultrasnya untuk menciptakan keriuhan dan sesuatu yang di luar ekspektasi.
ADVERTISEMENT
Namun, hadirnya ultras dan capo di Indonesia ini tidak bisa dihindari. Meski memang belum bisa diterima secara luas, kehadiran dari ultras ini memberikan kesegaran baru di dunia suporter Indonesia. Ada cara mendukung lain yang bisa ditempuh, tentunya jika Anda ingin menggunakan cara-cara yang tidak biasa.