Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Bukan rahasia jika Basque dan Catalunya menginginkan kemerdekaan. Hal itu sudah berlangsung sejak lama, berakar mula sejak zaman Jenderal Francisco Franco berkuasa. Ada kebebasan yang direnggut, ada sesuatu yang berusaha untuk dihilangkan, dan tentu saja ada orang-orang yang melawan. Di baliknya, ada ironi yang tersimpan.
ADVERTISEMENT
Basque dan Catalunya adalah dua negara otonom yang berada di dalam wilayah kedaulatan negara Spanyol. Karena bersifat otonom itulah, keduanya memiliki budaya, bahasa, sejarah, dan kebijakan sendiri, tentunya dengan batasan demi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Spanyol.
Namun, batasan-batasan yang diterapkan oleh pemerintah Spanyol tak serta-merta membuat masyarakat Basque dan Catalunya puas. Sepanjang sejarah, terutama setelah era kediktatoran Jenderal Franco usai, keduanya mulai menyuarakan keinginan untuk merdeka. Mereka ingin lepas dari pemerintah pusat Spanyol. Selain karena merasa berbeda, mereka juga ingin bebas dari Spanyol.
Sekilas, keduanya tampak menyuarakan hal yang sama. Mereka menginginkan kemerdekaan, mereka juga menginginkan kebebasan, karena merasa berbeda dan bisa mengatur diri sendiri. Tapi pada dasarnya, ada yang berbeda dari perjuangan keduanya agar mendapatkan pengakuan, termasuk dalam perjuangan menggunakan alat yang cukup manjur: sepak bola.
ADVERTISEMENT
Beda Perjuangan Basque dan Catalunya
Dalam sebuah tulisan di laman Fair Observer, dijelaskan bahwa memang dasar dari perjuangan Basque dan Catalunya itu sama: kebebasan dan kemerdekaan. Selesainya masa opresi Jenderal Franco adalah awal mula perjuangannya.
Tapi jika ditelisik lebih jauh, cara Catalunya dan Basque dalam melawan cukup berbeda. Dari segi dasar cara perlawanan, Basque yang lebih mengedepankan sisi primordialisme, dengan Catalunya yang lebih mengedepankan sisi kebahasaan, dan masih mengizinkan asimilasi, menghasilkan perlawanan yang berbeda.
Di wilayah Basque, sampai saat ini, sisi primordialisme ini masih terlihat. Seperti yang diujarkan oleh Sabino Arana, pionir perlawanan Basque dengan Partai Nasionalis Basque-nya, bahwa "Selama masih ada kamus dan tata bahasa yang baik, bahasa dapat dibangkitkan kembali meski tak ada yang membicarakannya. Ras, sekali waktu hilang, maka dia akan punah."
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang terlihat dari klub Athletic Bilbao, salah satu klub yang berlaga di La Liga Spanyol. Mengutamakan primordialisme, klub yang bermarkas di Stadion San Mames ini sampai sekarang tidak pernah memakai pemain luar Basque di dalam skuatnya. Semua pemainnya asli Basque, atau setidaknya pernah mendapat didikan a la Basque.

Hal berbeda ditunjukkan Barcelona, klub besar asal Catalunya. Karena masih mengizinkan asimilasi, maka banyak pemain-pemain yang tidak asli Catalunya boleh membela Barcelona. Sempat ada masa keemasan La Masia, tapi itu tidak berlangsung lama seiring dengan menuanya para pemain dan hengkangnya Pep Guardiola.
Dari klub sepak bolanya, dapat terlihat beda perlawanan yang ditunjukkan oleh Basque dan Catalunya. Perbedaan yang lahir dari dasar cara melawan yang berbeda, antara primordialisme dan proses asimilasi.
ADVERTISEMENT
Sumbangsih Basque dan Catalunya untuk Sepak Bola Spanyol
Meski merupakan dua negara otonom yang menginginkan kebebasan, bukan berarti Barcelona dan Athletic Bilbao tidak menyumbang sesuatu untuk Timnas Spanyol. Dalam soal sumbangsih ini, Barcelona tentu lebih unggul dibandingkan Bilbao.
Jika pemain-pemain semisal Iker Muniain, Aritz Aduritz, serta Javi Martinez (pengecualian bagi Xabi Alonso), pemain-pemain asal Basque belum memberikan sumbangsih yang begitu berarti untuk Timnas Spanyol. Meski Athletic Bilbao menjadi jajaran tiga tim Spanyol yang tidak pernah terdegradasi ke Segunda Division, tapi mereka tidak pernah menyumbangkan pemain berkualitas ke Timnas.

Hal berbeda ditunjukkan oleh Barcelona. Pernah ada sebuah generasi ketika Timnas Spanyol diisi oleh para pemain Barcelona dengan gaya bermain pass and move a la Barcelona. Timnas ini sukses meraih Piala Dunia dan Piala Eropa dalam selang waktu empat tahun (2008, 2010, dan 2012) dan termasuk ke dalam generasi sukses Timnas Spanyol.
ADVERTISEMENT
Meski pada akhirnya generasi ini selesai dan tergantikan oleh generasi permainan kontinental a la Eropa yang diasuh Julen Lopetegui, tapi generasi 2008 sampai 2012 tersebut akan dikenang oleh pecinta sepak bola dunia.
Dan, generasi tersebut lahir dari tanah Catalunya, tanah yang sempat terpinggirkan soal pemanggilan pemain ke Timnas Spamyol di masa lampau.
***
Perlawanan Basque dan Catalunya masih belum surut. Sampai sekarang, kedua negara otonom itu masih berusaha untuk meraih kemerdekaan mereka. Jika Basque meniti jalannya dengan perlahan, sedikit demi sedikit, Catalunya melawan dengan langsung, seperti gunung api yang memendam lavanya dalam waktu lama dan meletus besar dalam suatu waktu.
Namun, ada sebuah ironi yang juga tampak di dalam perlawanan Basque dan Catalunya ini. Di saat dua negara tersebut menggemakan perlawanan, di bidang sepak bola, mereka memberikan kontribusi kepada skuat La Roja, apalagi sampai mengantarkan Spanyol meraih gelar juara dunia.
ADVERTISEMENT
Jadi, Basque, Catalunya, dan Timnas Spanyol sedang berdiri dalam sebuah satu ironi sekarang ini. Ironi yang perlahan coba dikikis oleh seorang Gerard Pique lewat pengakuannya.