Chelsea vs Eintracht Frankfurt: Serba Bertolak Belakang

9 Mei 2019 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan Eintracht Fankfurt melawan Chelsea di leg pertama semifinal Liga Europa. Foto: Reuters/Lee Smith
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Eintracht Fankfurt melawan Chelsea di leg pertama semifinal Liga Europa. Foto: Reuters/Lee Smith
ADVERTISEMENT
Kontras betul nasib Chelsea dan Eintracht Frankfurt di pertandingan liganya masing-masing akhir pekan lalu. Di saat Chelsea berhasil menang 3-0 atas Watford di Premier League—hasil yang membawa mereka naik ke urutan tiga klasemen, Eintracht dihajar 1-6 oleh Bayer Leverkusen dan terancam kehilangan tiket Liga Champions musim depan.
ADVERTISEMENT
Dua hasil bertolak belakang itu didapatkan setelah kedua kesebelasan bermain imbang 1-1 di laga leg pertama semifinal Liga Europa. Bermodal dua hasil itu pulalah Chelsea dan Eintracht akan bersua kembali pada pertandingan leg kedua, Jumat (10/5/2019) dini hari WIB.
Di atas kertas, hasil imbang 1-1 pada leg pertama akan menguntungkan Chelsea. Sebab, laga leg kedua akan dilangsungkan di Stamford Bridge dan pada laga itu mereka hanya butuh hasil imbang 0-0. Berbekal kemenangan telak atas Watford itu, Chelsea juga memiliki momentum yang lebih baik untuk mendapatkan hasil positif. Akan tetapi, hitung-hitungan di atas kertas itu bisa sama sekali tak mewujud dalam realitas.
Masalahnya, Chelsea akan menjamu Eintracht dengan skuat compang-camping. Tiga pemain kunci mereka—Antonio Ruediger, N'Golo Kante, dan Callum Hudson-Odoi—harus absen karena cedera. Sebaliknya, Eintracht bakal bertandang ke London dengan suntikan darah segar seiring dengan kembalinya Ante Rebic dan Sebastian Haller. Dengan kata lain, kontras nasib itu kini berbalik memihak Eintracht.
ADVERTISEMENT
N'Golo Kante berupaya merebut bola yang tengah dikontrol Makoto Hasebe. Foto: Reuters/Lee Smith
Bagi Chelsea, kehilangan Ruediger dan Kante adalah hal yang sangat merugikan. Pasalnya, dua pemain ini merupakan andalan pelatih Maurizio Sarri sepanjang musim. Ruediger sudah tampil 37 kali di Premier League dan Liga Europa, sementara Kante 45 kali. Adapun, Hudson-Odoi merupakan spesialis Liga Europa yang telah mencatatkan 4 gol plus 2 assist dari 9 laga.
Dari kubu Eintracht, kembalinya Rebic dan Haller berarti kembalinya dua pemain depan yang punya kreativitas serta ketajaman. Total, kedua pemain itu sudah berkontribusi atas terciptanya 11 gol Eintracht di sepanjang turnamen. Haller bahkan merupakan topskorer kedua klub di bawah Luka Jovic yang sudah mengemas 9 gol.
Dengan demikian, Eintracht pun dipastikan bakal turun dengan kekuatan penuh. Dalam balutan formasi 3-4-1-2 yang mengedepankan soliditas dan serangan balik, pelatih Adolf Huetter bisa memainkan tiga pemain terbaiknya di lini depan. Jovic sendiri, tanpa bantuan Rebic dan Haller, sudah bisa mengoyak jala gawang Chelsea pada leg pertama lalu. Secara logis, dengan sokongan dua rekannya ini, kans Jovic untuk kembali mencetak gol bakal lebih besar.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, pertandingan antara Chelsea dan Eintracht ini adalah pertentangan dua gaya yang, lagi-lagi, bertolak belakang. Jika Eintracht memilih untuk mempersetankan penguasaan bola, Chelsea sebaliknya. Di bawah asuhan Sarri, Chelsea bersalin rupa dari tim yang pragmatis menjadi tim yang idealis. Penguasaan bola jadi identitas yang takkan (di)hilang(kan) kecuali terpaksa.
Pelatih Eintracht Frankfurt, Adolf Huetter. Foto: Reuters/Ralph Orlowski
Walaupun harus kehilangan Ruediger, Kante, dan Hudson-Odoi, Chelsea sejatinya masih punya pengganti yang sanggup menunaikan instruksi Sarri dengan apik. Di belakang ada Andreas Christensen yang mahir mendistribusikan bola. Di tengah, absennya Kante bakal memberi jalan bagi Ruben Loftus-Cheek yang punya teknik olah bola serta kemampuan mencetak gol bagus—terbukti dengan 3 gol yang sudah dia kemas. Lalu, absennya Hudson-Odoi juga tidak akan terlalu terasa karena The Blues masih punya Eden Hazard serta Willian Borges.
ADVERTISEMENT
Hazard sudah tak perlu lagi diragukan kualitasnya. Walau belum mencatatkan gol maupun assist di Liga Europa dari 6 pertandingan, pemain asal Belgia itu punya kontribusi 16 gol dan 15 assist di Premier League. Sementara, Willian sejauh ini sudah menyumbangkan 3 gol dan 7 assist di Liga Europa. Dua penyerang sayap ini akan mengapit Olivier Giroud yang punya torehan 10 gol dan 3 assist di Liga Europa.
Dari sini sebenarnya bisa terlihat bahwasanya kedua tim, Chelsea dan Eintracht, memiliki kans sama besarnya untuk keluar sebagai pemenang. Lantas, apa yang bisa mereka perbuat untuk memperbesar kemungkinan tersebut? Well, Eintracht bisa meniru cara yang dilakukan oleh Slavia Praha untuk menyakiti Chelsea. Sedangkan, Chelsea bisa melakukan apa yang sebelumnya diperbuat Benfica untuk membungkam Eintracht.
ADVERTISEMENT
Laga melawan Slavia adalah laga tersulit Chelsea di Liga Europa musim ini. Pun demikian halnya dengan laga kontra Benfica bagi Eintracht. Chelsea kebobolan tiga gol dari dua laga melawan Slavia, sementara Eintracht kemasukan empat gol dan kalah sekali dari perjumpaan dua leg dengan Benfica.
Luka Jovic merayakan gol ke gawang Chelsea. Foto: Reuters/Kai Pfaffenbach
Taktik Slavia sebetulnya sederhana. Mereka kalah segalanya, mulai dari teknik sampai pengalaman. Akan tetapi, soal keberanian, mereka boleh diadu. Dalam dua pertandingan, Slavia mencatatkan total 37 tekel. Hasilnya, Chelsea pun tidak bisa betul-betul menegaskan dominasinya.
Meskipun tetap unggul dalam penguasaan bola (56,5%), Chelsea harus menghadapi kenyataan bahwa Slavia bisa cukup mengimbangi dalam urusan melepas tembakan. Dari dua laga itu Slavia sukses melepas 20 tembakan, berbanding 17 milik Chelsea. Efektivitas akhirnya jadi pembeda karena kualitas pemain Chelsea memang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Eintracht, di atas kertas, memiliki pemain yang lebih bagus ketimbang Slavia. Maka dari itu, dengan pendekatan serupa, mereka pun seharusnya punya kesempatan mencetak gol lebih besar. Apalagi, dua pemain kunci Chelsea yang absen, Ruediger dan Kante, adalah pemain bertahan.
Dari kubu Chelsea, absennya Ruediger dan Kante itu berarti mereka punya opsi lebih sedikit untuk memenangi laga. Kredo 'pertahanan terbaik adalah menyerang' harus mereka pegang teguh. Namun, Chelsea adalah tim yang punya kompetensi lebih dari cukup untuk mewujudkan itu.
Sebastian Haller (kiri) berebut bola dengan Milan Skriniar. Foto: AFP/Miguel Medina
Dengan serangan penuh presisi seperti yang dilancarkan Benfica pada perempat final leg pertama, mereka punya kans untuk menghancurkan pertahanan Eintracht yang sedang cukup goyah. Chelsea wajib secara konstan mengalirkan bola ke daerah pertahanan lawan dan berusaha untuk memperkaya variasi serangan. Tembakan jarak jauh, misalnya, bisa jadi opsi menarik untuk menjebol gawang Eintracht.
ADVERTISEMENT
***
Ada dua kontras nasib yang saling menegasi kans Chelsea dan Eintracht Frankfurt. Chelsea punya modal berharga dari hasil pertandingan terakhir. Sementara, Eintracht akan diuntungkan dengan kembalinya dua pemain depan andalannya.
Oleh karena itu, kendatipun pertandingan akan dilangsungkan di Stamford Bridge dan Chelsea cuma butuh hasil imbang tanpa gol untuk lolos, kedua kesebelasan masih punya peluang sama besar. Siapa yang lolos nanti adalah mereka yang sanggup memanfaatkan detail-detail kecil.
=====
*Chelsea akan menjamu Eintracht Frankfurt dalam laga semifinal Liga Europa leg kedua pada Jumat (10/5) dini hari pukul 02:00 WIB di Stamford Bridge, London Barat.