Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Pep Guardiola sempat kesulitan pada musim perdananya bersama Manchester City. Namun, ia berbenah dan dua musim selanjutnya berisi dengan sederet pencapaian yang layak masuk buku sejarah.
ADVERTISEMENT
Ketika datang ke City pada awal musim 2016/17, Guardiola langsung digadang-gadang bakal membawa tim Manchester Timur itu ke takhta juara. Kenyataannya tidak demikian. Seolah gegar budaya, Guardiola merasakan repotnya beradaptasi dengan gaya permainan Premier League.
Sementara Premier League modern tidak alergi dengan gaya sepak bola kontinental --yang tidak melulu menggunakan fisik--, akar asli dari sepak bola Inggris itu sendiri tidak hilang sepenuhnya. Pada banyak kesempatan, masih saja ada klub-klub Premier League yang mengandalkan agresivitas, umpan-umpan panjang, dan kecepatan.
Guardiola sendiri mengakui bahwa ia kesulitan pada musim perdananya. Pada sebuah kesempatan wawancara, ia menyebut bahwa dirinya jadi belajar soal pentingnya second ball (bola rebound dari duel antarpemain, termasuk adu sundulan). Namun, itu hanya satu persoalan.
ADVERTISEMENT
Persoalan lainnya, Guardiola merasa bahwa barisan pertahanan dan full-back-nya tidak cukup mumpuni untuk membawa timnya menjadi juara. Oleh karena itu, pada musim keduanya di City, ia menghabiskan 100 juta poundsterling lebih untuk membeli sejumlah full-back.
Itu masih belum termasuk persoalan di sektor penjaga gawang. Buruknya Claudio Bravo dalam menjadi palang pintu terakhir menutupi kenyataan bahwa ia adalah sweeper-keeper yang dibutuhkan Guardiola. Ya, buat apa bisa melepaskan umpan dengan baik kalau tidak bisa mengawal gawang dengan becus?
Alhasil, Guardiola mendatangkan Ederson Moraes dari Benfica pada 2017. Dari situ City-nya Guardiola relatif komplet, meski ia selalu punya keinginan untuk melapis, memperbaiki, dan memperdalam skuat. Hasilnya? Dua gelar juara liga beruntun pun ia genggam.
ADVERTISEMENT
Setelah mengakhiri musim perdananya di City dengan finis di urutan ketiga, Guardiola sukses mengantarkan The Citizens menjadi juara pada 2017/18 dan 2018/19. Berturut-turut, City mengoleksi 78 poin, 100 poin, dan 98 poin. Total, 276 poin ia raih dengan 198 di antaranya sukses mengantarkan City menjadi juara.
"Melihat tim ini meraih apa yang berhasil kami dapatkan, rasanya sungguh luar biasa. Meraih 198 poin sejak memulai liga dua tahun lalu, dan mengakhiri musim dengan torehan gelar juara beruntun, buat kami ini adalah musim yang luar biasa," ucap Guardiola di situsweb resmi klub.
Guardiola belum puas. Baginya, City masih bisa lebih baik lagi. Oleh karena itu, ia sudah membidik sejumlah pemain untuk memperkuat timnya musim depan. Salah satu nama yang masuk radar adalah Rodri. Per laporan Telegraph, City bersedia membayar 60 juta poundsterling untuk gelandang bertahan Atletico Madrid itu.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Rodri bisa melapis Fernandinho yang kini sudah berusia 34 tahun. Selain itu, Guardiola juga mengincar pemain yang punya tinggi menjulang. Menurutnya, pemain-pemain City saat ini belum cukup tinggi untuk menghadapi duel udara, terutama ketika menghadapi set-piece.
Live Update