Dari Psywar ke Psywar: Para Penggoyang Psikis di Sepak Bola

10 Januari 2018 15:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mourinho mengawali karier sebagai penerjemah. (Foto: Christophe Simon/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mourinho mengawali karier sebagai penerjemah. (Foto: Christophe Simon/AFP)
ADVERTISEMENT
Psywar (psychological warfare), atau perang urat saraf, sebenarnya bukan barang baru. Taktik menggoyang psikis lawan ini sudah dilakukan oleh para penakluk sejak zaman baheula. Vlad the Impaler, misalnya, yang kemudian menjadi inspirasi bagi tokoh fiktif Dracula, menebar teror dengan cara menyula mayat tentara musuh. Tujuannya, untuk memberi efek kejut bagi pasukan Sultan Mehmed II dari Turki Usmani yang jumlahnya jauh lebih besar.
ADVERTISEMENT
Psywar memang tidak melulu dilakukan dengan cara Dracula itu. Ada banyak sekali cara untuk melakukannya, termasuk dengan memaksakan asimilasi kultural seperti yang dilakukan Alexander Agung. Kemudian, ada pula taktik psywar yang melibatkan propaganda lewat pesan-pesan subliminal. Dengan kata lain, pengaplikasian taktik ini bentuknya bermacam-macam meski tujuannya cuma satu: melemahkan psikis lawan.
Dalam sepak bola dan olahraga pada umumnya, psywar pun sudah jadi cara klasik untuk memperbesar kans meraih kemenangan. Jelang final NBA 2016/17 lalu, misalnya, ada sebagian pemain Cleveland Cavaliers yang menyebut bahwa center Golden State Warriors, JaVale McGee, tidak layak tampil di final karena "tidak terlalu cerdas". Psywar itu tentunya tak berhasil karena akhirnya, Warriors-lah yang sukses menyegel gelar juara NBA.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan di sepak bola? Nah, di sini kami bakal menyampaikan riwayat perang urat saraf dari lima pelatih yang doyan sekali melakukan hal ini.
1) Sir Alex Ferguson
Bagi Man. United, selalu enak zaman Ferguson. (Foto: Youtube)
zoom-in-whitePerbesar
Bagi Man. United, selalu enak zaman Ferguson. (Foto: Youtube)
Haram hukumnya membicarakan perang urat saraf di sepak bola tanpa membicarakan Sir Alex Ferguson. Pada Desember 2017 lalu, dalam acara di BT Sport, Rio Ferdinand pernah membocorkan salah satu taktik psywar Alex Ferguson yang sebelumnya belum banyak diketahui orang.
Sebelumnya, psywar Fergie yang kerap dibicarakan adalah bagaimana dia mempermainkan psikis manajer lawan sebelum bertanding. Namun, dalam kesaksian Ferdinand itu, ceritanya lain.
Di situ, Ferdinand berkisah bahwa sebelum laga melawan Newcastle United, dia pernah ditampar oleh Sir Alex ketika berada di dalam bus. Ferdinand yang bingung cuma bisa diam.
ADVERTISEMENT
Sir Alex kemudian berkata, "Heh, Craig Bellamy ngata-ngatain kamu, tuh. Dia bilang ke orang-orang kalau dia bakal bikin kamu malu. Kamu siap, nggak? Jangan balik ke sini kalau dia berhasil bikin kamu malu."
Apakah Bellamy memang melakukan itu, tak ada yang tahu. Yang jelas, menurut Ferdinand, taktik itu berhasil.
Lalu, bagaimana dengan psywar Ferguson dengan manajer lain? Ini menarik karena dalam riwayatnya, sosok berusia 77 tahun ini sudah kerapkali memancing amarah manajer lain di muka publik.
Namun, yang paling legendaris tentu saja adalah ketika dia membuat Kevin Keegan murka pada musim 1995/96. Ketika itu, Newcastle asuhan Keegan sedang memimpin liga dengan keunggulan 12 angka atas Manchester United. Melihat itu, Fergie yang selalu merasa bahwa trofi Premier League itu adalah miliknya seorang tak terima. Dia pun mengibaratkan Newcastle asuhan Keegan dengan kuda Devon Loch.
ADVERTISEMENT
Devon Loch adalah kuda pacu milik Ratu Elizabeth yang dikenal karena melompat keluar lintasan hanya 30 meter dari gari finis. Padahal, saat itu dia sedang memimpin lomba. Sejarah mencatat bahwa Keegan kemudian naik pitam dan akhirnya, Newcastle pun benar-benar melompat keluar lintasan hanya 30 meter dari garis finis.
2) William Shankly
Bill Shankly, pahlawan rakyat. (Foto: Dok. Shankly Hotel)
zoom-in-whitePerbesar
Bill Shankly, pahlawan rakyat. (Foto: Dok. Shankly Hotel)
Entah ada apa dengan pelatih Skotlandia dan psywar, tetapi tampaknya ini memang jadi cara khas mereka untuk meraih kejayaan. Jauh sebelum Alex Ferguson meneror dunia sepak bola dengan psywar-nya, William Shankly sudah lebih dahulu mempraktikannya.
Soal Shankly, cara yang digunakannya memang sedikit lebih berkelas. Bahkan, terkadang metode manajer legendaris Liverpool ini terhitung jenaka.
Contoh psywar paling terkenal dari Shankly adalah saat dia berusaha untuk meyakinkan Bobby Charlton untuk tidak bermain. Ketika itu, Liverpool sedang menjamu Manchester United di Anfield pada 1967. Setelah United tiba di stadion, Shankly kemudian menyapa Charlton.
ADVERTISEMENT
"Hai, Bobby. Senang sekali bertemu denganmu, tetapi demi Tuhan, kamu kok kelihatan pucat? Apa kamu sakit?" kata Shankly.
"Aku? Pucat? Sakit?" jawab Charlton yang bingung.
"Iya, Bobby, kamu kelihatan tidak enak badan. Kalau aku jadi kamu, sekembalinya ke Manchester nanti, aku bakal langsung berobat."
Sesaat kemudian, Sir Matt Busby mengumumkan sebelas awal Man. United dan di sana, tidak ada nama Bobby Charlton. Ketika ditanya alasannya, Busby berkata, "Bobby Charlton sakit."
Tak cuma itu, Shankly pun doyan sekali menebar psywar terhadap Everton. Saat Neil Armstrong mendarat di bulan, misalnya, dia berkata, "Ya, di bulan sama seperti dengan di Goodison Park. Sama-sama tidak ada atmosfernya."
Lalu, cara lain yang dilakukan Shankly adalah dengan mengata-ngatai pemain lawan di ruang ganti timnya. Hal ini ditujukan untuk memompa rasa percaya diri pemain-pemainnya.
ADVERTISEMENT
3) Arsene Wenger
Arsene Wenger marah-marah lagi. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Arsene Wenger marah-marah lagi. (Foto: Reuters/John Sibley)
Well, Arsene Wenger saat ini memang kerapkali jadi bahan olok-olokan. Namun, sebenarnya sampai sekarang pun mulutnya masih tajam.
Musim ini, Wenger memang lebih kerap berurusan dengan federasi karena kritik tanpa hentinya terhadap wasit. Akan tetapi, memang begitulah Wenger. Siapa pun yang menurutnya jadi batu sandungan Arsenal, bakal dihantamnya. Sekarang, subjeknya memang wasit, tetapi pada zaman dahulu, ketika Arsenal masih benar-benar bisa bersaing, sasarannya adalah manajer lawan.
Alex Ferguson dan Manchester United, selaku seteru berat Wenger, pun paling kerap mendapat "tembakan" darinya. Pada 1997, misalnya, Wenger dengan blak-blakan menyebutkan bahwa jadwal liga menguntungkan United. Kemudian, pada 2002, sebagai respons dari pernyataan Ferguson bahwa United adalah tim terbaik di liga, Wenger berkata, "Semua orang juga berpikir kalau istrinyalah yang paling cantik."
ADVERTISEMENT
Namun, bukan Fergie saja yang jadi musuh Wenger. Jose Mourinho pun begitu. Pada 2005, dia mengritik Mourinho soal taktik parkir busnya.
“Saya tahu hanya ada yang menang dan kalah dalam dunia olahraga, tetapi ketika ada orang mendorong timnya agar tidak melakukan inisiatif, maka dunia olahraga tengah dalam bahaya," kata Wenger.
Lalu, pada 2010 lalu, ketika Mourinho tengah membesut Real Madrid, Wenger melihat adanya kesengajaan dari Mourinho untuk menginstruksikan dua pemainnya agar mendapat kartu kuning. Dua pemain yang dimaksud itu adalah Xabi Alonso dan Sergio Ramos.
Melihat itu, Wenger pun berkata, "Anda pasti mengatakan itu tidak sengaja tapi dari tayangan televisi, terlihat bahwa itu tindakan yang tak pantas. Tidak selayaknya klub besar melakukan hal-hal seperti itu."
ADVERTISEMENT
Sayangnya, upaya psywar Wenger ini lebih kerap menemui kegagalan karena nyatanya, Ferguson dan Mourinho justru mampu lebih sukses darinya.
4) Jose Mourinho
Mourinho kala masih membesut Chelsea. (Foto: BEN STANSALL / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mourinho kala masih membesut Chelsea. (Foto: BEN STANSALL / AFP)
Siapa lagi biang psywar di dunia sepak bola saat ini kalau bukan Jose Mourinho? Apa yang dilakukannya terhadap Antonio Conte baru-baru ini jadi buktinya. Dengan menyebut Conte (dan Juergen Klopp) sebagai badut, dia sukses menggoyang psikis Conte sampai akhirnya itu semua berujung pada dibawa-bawanya tuduhan match fixing yang sebetulnya tak terbukti itu.
Psywar, bagi Mourinho, memang sudah jadi metode yang tak terpisahkan dari kesuksesannya. Dari awal, terutama ketika dia mulai melatih di Inggris, Mourinho sudah langsung terlibat perang urat saraf dengan manajer lawan. Setibanya di Chelsea, dia langsung mengata-ngatai Claudio Ranieri yang tidak lancar berbahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ketika Arsene Wenger mengkritik belanja besar-besaran Chelsea dulu, Mourinho kemudian mengatakan bahwa manajer asal Prancis itu adalah tukang intip (voyeur) yang selayaknya dilaporkan ke polisi.
Di Inggris, lawan Mourinho adalah Wenger dan Rafael Benitez. Dengan Sir Alex Ferguson, Mourinho memang hampir tidak pernah terlibat perseteruan karena dia terlalu menghormati mantan manajer Manchester United itu. Adapun, perseteruannya dengan Wenger masih bisa dilacak sampai pada 2014 lalu, yakni ketika dia menyebut manajer Arsenal itu sebagai spesalis kegagalan.
Sementara itu, dengan Benitez, semua bermula pada 2005 ketika "gol hantu" Luis Garcia membuat Chelsea tersingkir dari Liga Champions. Kala itu, Mourinho berkata, "Tim terbaik sudah kalah lewat gol yang dicetak hakim garis."
ADVERTISEMENT
Lalu, ketika Benitez menggantikan Mourinho di Internazionale, sebuah candaan meluncur dari mulut istri Benitez
"Kami akan membereskan kekacauan yang dia tinggalkan," kata istri Benitez kala itu.
Namun, Mourinho tidak terima. Dia pun kemudian membalas, "Perempuan ini agak bingung sepertinya. Satu-satunya klub di mana suaminya menggantikanku adalah Inter dan dalam enam bulan, dia menghancurkan segala yang kubangun."
Well, kini relasi Mourinho-Benitez sudah membaik dan dengan Wenger pun dia belum lagi terlibat masalah. Namun, apa yang terjadi dengan Conte ini menunjukkan bahwa Mourinho sama sekali belum berubah.
5) Iwan Setiawan
Pelatih PBFC, Iwan Setiawan. (Foto: Dok. PBFC)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih PBFC, Iwan Setiawan. (Foto: Dok. PBFC)
Ya, sampailah kita ke dalam negeri. Di Indonesia, psywar memang jarang sekali terjadi karena pelatih-pelatih lebih suka bicara normatif seperti "kami sudah berusaha" dan lain-lain. Namun, Iwan Setiawan ini lain, dan celakanya, psywar yang dilakukannya justru kerapkali menjadi bumerang.
ADVERTISEMENT
Perang urat saraf ala Iwan ini kemudian membuatnya dijuluki "The Special Wan". Julukan ini berasal dari julukan Jose Mourinho, The Special One, yang dikorup. Ini semua sudah bermula sejak dia menjadi pelatih Persija dan kini masih berlanjut bersama Pusamania Borneo FC. Namun, segala tingkah polah Iwan itu baru benar-benar mencapai puncak kala ia menukangi Persebaya. Pasalnya, psywar ala Iwan ini justru membikin Bonek kesal.
Sebelum pertandingan Liga 3 melawan Madiun Putra, misalnya, Iwan berkata bahwa tim lawannya itu memainkan sepak bola kampung. Pada laga itu, Persebaya hanya bisa bermain imbang 1-1.
Ketidaksesuaian sesumbar Iwan dengan capaian prestasinya itulah yang kemudian membuat Bonek kesal. Apalagi, setelah Bonek menyampaikan kekesalan itu, Iwan justru membalas dengan acungan jari tengah. Alhasil, Iwan pun kemudian didepak manajemen.
ADVERTISEMENT