Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Meski tidak ada musim yang sempurna, bukan berarti tak ada musim yang terbaik. Setelah sekitar 26 tahun malang-melintang di atas lapangan bola, Cristiano Ronaldo akhirnya merasakan sendiri seperti apa musim terbaik itu.
ADVERTISEMENT
Pada usia 33 tahun, Ronaldo memberanikan diri angkat kaki dari Real Madrid. Bukan keputusan yang mudah. Memulai segalanya di tempat yang benar-benar berbeda dalam usia yang tak lagi muda sama dengan mempertaruhkan sisa hidup.
Perjalanan di Juventus tidak dimulainya dengan mulus. Ia melewati tiga pekan Serie A 2018/19 tanpa gol untuk Juventus.
Tidak mencetak gol di dua hingga tiga pertandingan awal seharusnya bukan persoalan. Tapi, yang kita bicarakan di sini adalah Ronaldo. Manusia yang rasanya dilahirkan memang untuk mencetak gol.
Kematangan tidak hanya membuat Ronaldo paham harus berlari-lari kencang dan melakukan dribel, kapan ia harus bersiaga di dalam atau sekitar kotak penalti lawan. Sederhananya, Ronaldo mengerti betul kapan harus menjadi winger yang merepotkan, kapan menjadi striker mematikan.
ADVERTISEMENT
"Tidak mudah bagi saya untuk meninggalkan Real Madrid setelah bermain di sana dalam waktu lama. Apalagi, saya tiba di liga yang sanga berbeda seperti Serie A. Belum lagi dengan teman-teman baru dan usia saya yang sudah 33 tahun," jelas Ronaldo.
"Inilah yang membuat saya percaya bahwa saya menjalani musim terbaik. Saya menjuarai scudetto dan Piala Super Italia di Juventus. Pun dengan gelar juara Nations League bersama Portugal. Jadi, ada tiga trofi yang saya angkat dalam satu tahun ini," ucap Ronaldo.
Musim 2018/19 adalah periode menakjubkan bagi Ronaldo. Tapi, trofi 'Si Kuping Besar' yang menjadi kawannya dalam tiga musim terakhir tak berhasil diangkatnya. Bersama Madrid, Ronaldo mengalami sendiri seperti apa rasanya menjuarai Liga Champions dalam tiga musim berturut-turut, sejak 2015/16 sampai 2017/18.
ADVERTISEMENT
Tapi, klub Eropa mana pula yang tidak ingin menutup musim dengan gelar juara Liga Champions? Juventus boleh memburu dengan mendatangkan Ronaldo sebagai amunisi utama. Masalahnya, yang bersiap bukan cuma Juventus. Masih ada klub-klub jagoan lainnya. Bahkan Ajax Amsterdam yang tidak diunggulkan saja berhasil menjungkalkan Juventus dan Madrid.
"Hanya ada satu tim yang bisa menjuarai Liga Champions dan saya harap musim depan tim itu adalah Juventus. Meski demikian, Liga Champions bukan obsesi. Saya tenang-tenang saja karena melihat sendiri seperti apa kami bekerja setiap harinya. Saya yakin Juventus bakal menjuarainya. Kalau tidak musim ini (2019/20), ya, musim berikutnya," ujar Ronaldo.
Seperti itulah musim terbaik bagi Ronaldo. Terbaik tak harus sempurna. Lagi pula, apa gunanya musim yang sempurna bila kesempurnaan cuma membuat seseorang kehilangan hal yang bisa dikejar?
ADVERTISEMENT