Di Balik Kebangkitan Leicester City, Ada Determinasi Tinggi

25 Desember 2017 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perayaan gol Leicester City. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan gol Leicester City. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
ADVERTISEMENT
Tiga musim terakhir adalah tiga musim yang gila bagi Leicester City. Pada musim 2015/16, mereka berhasil menjuarai Premier League bersama manajer asal Italia, Claudio Ranieri. Di musim 2016/17, mereka hampir degradasi, yang berujung pada pemecatan manajer berjuluk The Tinkerman itu.
ADVERTISEMENT
Ranieri kemudian digantikan oleh asistennya, Craig Shakespeare. Shakespeare berhasil menyelamatkan musim Leicester dengan membawa tim berjuluk “Si Rubah” ini finis di peringkat 12. Di musim berikutnya, tepatnya pada Oktober 2017, Shakespeare juga dipecat karena ia mengantarkan tim ini ke bibir jurang degradasi.
Shakespeare kemudian digantikan oleh Claude Puel. Untungnya, usai ditunjuknya Puel sebagai manajer Leicester, semua kegilaan ini mulai mereda.
Di tangan eks-manajer Southampton itu, Leicester berhasil menembus peringkat kedelapan Premier League musim ini dengan torehan 27 poin. Hal itu mereka raih lewat tujuh kemenangan, enam hasil imbang, dan enam kekalahan.
Kalau Anda ingin melihat seberapa garangnya Leicester di bawah Puel, mungkin laga terakhir kontra Manchester United yang berlangsung pada Minggu (24/12/2017) dini hari, bisa dijadikan acuan.
ADVERTISEMENT
Di laga tersebut, Leicester City harus bermain dengan 10 pemain. Daniel Amartey menggantikan Danny Simpson yang mengalami cedera. 12 menit berselang, ia mendapatkan kartu kuning pertamanya akibat pelanggarannya kepada Marcus Rashford.
Empat menit kemudian, ia mendapatkan kartu kuning kedua. Dengan situasi tertinggal 1-2, segalanya tampak mustahil. Namun, Leicester tak menyerah. Mereka menunjukkan determinasi. Mereka terus menyerang hingga akhirnya, Harry Maguire bisa mencetak gol penyama kedudukan di menit akhir.
Puel pas untuk Leicester. (Foto: Reuters/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Puel pas untuk Leicester. (Foto: Reuters/Darren Staples)
Sementara Jose Mourinho mengutuk dan berbicara ini-itu tentang timnya sendiri, Puel tentu saja senang atas hasil itu. Puel mengatakan ia senang atas performa timnya yang tak hanya menunggu kala melawan tim besar, serta berupaya keras meski harus bermain dalam situasi 10 lawan 11.
ADVERTISEMENT
“Kami menghadapi situasi sulit di pertandingan itu. Namun. kami melihat semangat dan karakter pemain yang begitu fantastis,” puji Puel. “Para pemain membuktikan bahwa mereka bisa menciptakan hal baik di lapangan karena mereka percaya hingga menit akhir bahwa mereka bisa mengambil sesuatu (poin, red) dari pertandingan.”
Pada Boxing Day, Selasa (26/12), Leicester akan menghadapi Watford. Dengan mentalitas Leicester yang kini tengah memuncak, bukannya tak mungkin Watford akan kalah di kandangnya sendiri. Pasalnya, selain sedang meningginya moral para pemain The Foxes, Watford kini juga sedang dalam tren buruk. Dari lima pertandingan termutahir, mereka mendapat satu hasil imbang dan empat kekalahan.