Dicari: Pembeli Saham Mayoritas PSS Sleman

15 Desember 2019 17:46 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yevhen Bokhashvili dan rekan-rekannya di PSS Sleman merayakan gol. Foto: dok. LIB
zoom-in-whitePerbesar
Yevhen Bokhashvili dan rekan-rekannya di PSS Sleman merayakan gol. Foto: dok. LIB
ADVERTISEMENT
PSS Sleman menjadi salah satu tim mengejutkan di Liga 1 musim 2019. Sebagai klub promosi, pencapaian 'Super Elang Jawa' terbilang mentereng.
ADVERTISEMENT
Hingga pekan ke-32, anak asuh Seto Nurdiyantoro bertengger di posisi kedelapan klasemen. Mereka masih memiliki dua laga sisa dan kemungkinan besar masih sanggup finis di papan tengah.
Tentunya, raihan itu jauh lebih baik ketimbang dua klub promosi lain, Semen Padang dan Kalteng Putra. Keduanya cuma menumpang lewat di Liga 1 dan dipastikan terdegradasi ke Liga 2 musim 2020.
Bertahannya PSS di Liga 1 mendapat sorotan. Soalnya, materi pemain boleh dibilang tak ada yang berlabel bintang. Malah, 'Super Elang Jawa' menyumbang satu pemainnya, Irkham Zahrul Milla, ke Indonesia U-23 yang tampil di SEA Games 2019 Filipina.
Kolektivitas menjadi kunci sukses PSS bisa bersaing dengan klub tradisional lain di Liga 1. Tak cuma bicara teknis di lapangan, dari sisi manajemen mereka bisa dikatakan berhasil.
Pemain PSS Sleman, Jepri (kanan), berupaya melewati pemain Bali United, Ricky Fajrin. Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Meski hitungannya masih meraba Liga 1, klub kebanggaan warga Sleman itu sanggup menghadapi segala tantangan di kompetisi yang berbeda jauh dengan Liga 2.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari cerita sukses itu, PSS tengah berada di posisi limbung. Pemilik saham mayoritas 'Super Elang Jawa' berniat menjual semua sahamnya.
Dialah Soekeno, sang pemilik 70% saham PSS sekaligus Komisaris Utama PT Putra Sleman Sembada—perusahaan yang menaungi PSS Sleman.
Keinginan Soekeno ‘melepas’ PSS disampaikan kepada kumparanBOLA di Yogyakarta. Ia saat ini masih mencari siapa yang ingin membeli saham mayoritas PSSI.
“Siapa pun yang mau silakan datang ke saya. Saya juga sudah bilang ke suporter. Dari pertengahan tahun kemarin sampai sekarang harganya belum berubah,” tutur Soekeno.
Soekeno tak menyebut detail besar angka yang ditawarkan untuk membeli saham itu. Ia hanya memberi kisaran hampir Rp20 miliar.
CEO PSS Sleman, Soekeno. Foto: Ferry Adi/kumparan
Ia juga menuturkan sudah ada beberapa orang yang datang untuk bernegosiasi. Namun, hingga berita ini diturunkan belum ada kata sepakat.
ADVERTISEMENT
“Salah satu bos klub Liga 1 juga ada yang datang. Sudah salaman dengan saya dan deal dengan harganya. Saya tunggu, tapi tidak ada kabarnya lagi. Ada juga yang membawa investor asing, tapi kemudian hilang. Beberapa partai politik juga mendekati. Saya pikir arahnya tidak jauh mencari panggung politik,” kata Soekeno.
Meski banyak yang kepincut, Soekeno tak ingin asal jual. Ia mencari orang yang benar-benar serius membangun PSS.
“Saya tidak mau meninggalkan begitu saja. Pengganti harus yang lebih benar juga,” ujarnya.
Hasrat Soekeno pergi dari PSS Sleman didasari beberapa alasan. Ia menuturkan banyak orang yang menginginkan PSS dan menendang Soekeno dengan cara tidak sehat. Alhasil, riak-riak pun muncul untuk mengganggu keharmonisan manajemen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Soekeno merasa miris melihat kondisi persepakbolaan Indonesia. Ia menegaskan masih adanya klub yang ditunggangi politik dan pengaturan laga sehingga membuatnya gerah dan segera meninggalkan sepak bola.
CEO PSS Sleman, Fatih Chabanto. Foto: Ferry Tri Adi Sasono/kumparan
“Banyak yang menggeser saya dengan cara tidak baik. Kalau mau baik, silakan ambil alih saham saya. Banyak yang ingin saya pergi. Saya tidak bisa main-main dengan duit perusahaan. Apakah memang seperti ini industri sepak bola? Kalau memang begitu berarti saya salah terjun. Ini pilihan, saya harus angkat kaki,” tutur pebisnis yang bergerak di bidang perhotelan itu.
Mendengar kabar ingin hengkangnya pemilik saham mayoritas, CEO PSS—Fatih Chabanto—menanggapi dengan santai. Ia menilai hal itu sah-sah saja.
“Sebagai pemilik saham itu tidak masalah. Ketika klub sepak bola ini sudah menjadi perseroan terbatas (PT), jual-beli saham hal yang lumrah. Apalagi kalau sudah IPO (Initial Public Offering),” kata Fatih.
ADVERTISEMENT
Terpenting menurut Fatih ialah pemilik saham anyar harus punya visi dan misi jelas soal sepak bola. Bahkan, kehadiran pemilik saham baru seharusnya bisa mendongkrak kinerja PSS.
“Dia harus meyakinkan soal sepak bolanya. Jangan hanya jadi batu loncatan, apalagi politik. Sleman ini terkenal sepak bolanya. PSS menjadi karakter di Sleman. Ciri khas dan karakter itu harus dipertahankan. Pemilik saham harus melanjutkan bahkan memperbaiki,” ujar Fatih.