Eduard Ivakdalam Blak-blakkan soal Boaz & 'Budaya' Mabuk Persipura

26 Agustus 2021 10:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Persipura Jayapura Boaz Solossa. Foto: Dok. Liga Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persipura Jayapura Boaz Solossa. Foto: Dok. Liga Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Liga 1 segera bergulir, tetapi Persipura kini tak lagi memiliki Boaz Solossa dan Yustinus Pae. Keduanya dilepas manajemen dengan alasan indisipliner.
ADVERTISEMENT
Legenda 'Mutiara Hitam', Eduard Ivakdalam, ikut buka suara terkait polemik di tim yang telah dibelanya selama 1995-2010 itu. Ada rumor yang menyebut bahwa indisipliner yang dimaksud adalah kebiasaan mabuk-mabukan keduanya yang sudah tak dapat ditolerir manajemen Persipura.
Ivakdalam mengatakan persoalan tersebut sejatinya adalah hal lama.
"Saya pikir, indispliner pemain Persipura seperti masalah minum [minuman beralkohol] itu sesuatu yang sudah menjadi barang yang biasa dalam tim kami. Boaz dan Tinus sudah berulang-ulang kali melakukan ini," kata Eduard ketika berbincang dengan kumparan.
"Namun, momen yang kemarin itu langsung diambil keputusan [untuk melepas mereka]. Jadi, masyarakat di sini berpikir, mungkin mereka dari usia [sudah tak lagi muda], makanya mereka dibuang karena momen seperti begini," tuturnya.
Eduard Ivakdalam, legenda Persipura. Foto: Dok Eduard Ivakdalam
Lebih lanjut, Eduard Ivakdalam mengatakan Boaz dan Tinus sudah suka minum minuman beralkohol sejak dulu. Namun, saat keduanya sedang hebat-hebatnya, manajemen Persipura tidak pernah menegur dan melepas mereka.
ADVERTISEMENT
"Iya, sudah dari lama. Kami di sini, anak-anak Papua sendiri, dari zaman dulunya saya pikir tidak bisa buang kebiasaan ini. Namun, tanggung jawab mereka di luar lapangan itu luar biasa," tegas pria kelahiran 19 Desember 1974 ini.
"Mereka pemain profesional. Mereka 'minumnya' kuat, latihan dan bertandingnya mereka tahu kapan, dan bisa menjaga tanggung jawab. Mereka bisa membuat masyarakat bahagia dengan prestasi, sehingga semua tertutup kalau kami menang terus," tambahnya.
Menurut Eduard, para suporter sendiri tidak bisa menerima dan memercayai manajemen Persipura yang melepas Boaz dan Tinus dengan alasan indispliner. Masyarakat meyakini itu isu yang dibuat-buat pelatih dan manajemen.
Pemain Persipura Jayapura Tinus Pae berebut bola dengan pemain Al-Qadsia Kuwait pada pertandingan semifinal AFC Cup di Stadion Kuwait, Kuwait pada 16 September 2014. Foto: YASSER AL-ZAYYAT/AFP
"Masalahnya kenapa baru sekarang? [indisipliner Boaz dan Tinus Pae dipermasalahkan] pas momen Persipura kalah [dalam laga uji coba] dari Persita itu?" kata Eduard.
ADVERTISEMENT
Ya, Persipura dan Persita menghelat laga uji coba pada 13 Juni 2021. Di laga itu, wasit terpaksa menghentikan laga pada menit ke-70 dengan keunggulan Persita 3-1 atas Persipura karena terjadi kericuhan di lapangan.
"Jadi, pelatih jangan 'kambing hitam'-kan pemain dan pemain itu dilepas. Ini yang masyarakat tak bisa terima. Kalau memang Persipura kalah, harusnya kalian sendiri di dalam yang tahu itu," jelasnya.
"Manajemen Persipura harus bisa mengatasi itu. Kalau memang kalah dan ada pemain yang bermasalah, sebaiknya dipanggil untuk berbicara secara kekeluargaan."
"Sebab, anak-anak Papua itu 'minum' kalau sedang ada masalah, karena mereka tidak bisa bicara itu. Jadi, untuk melatih tim seperti Persipura dan Papau, itu harus diperhatikan kami punya budaya," tambahnya.
Pemain Persipura Jayapura Boaz Solossa berebut bola dengan pemain Al-Qadsia Kuwait pada pertandingan semifinal AFC Cup di Stadion Kuwait, Kuwait pada 16 September 2014. Foto: YASSER AL-ZAYYAT/AFP
Eduard kemudian mengacu kepada gaya melatih Rahmad Darmawan yang bijak menyikapi budaya mabuk pemain Persipura. Ia mengaku salut dengan sosok pelatih yang membawa Black Pearl menjuarai Liga Indonesia 2005 itu.
ADVERTISEMENT
"Dulu, Pak Rahmad itu banyak bicara mengenai ini. Jujur, saya ingat momen pertandingan pertama Liga Indonesia 2005, Persipura kalah dari Persijap di Jepara," kenangnya.
"Habis itu, banyak pemain yang pulangnya dalam keadaan mabuk. Namun, Pak Rahmad tidak mencoret pemain. Pak Rahmad justru bilang, 'Bagaimana kalian mau juara kalau kalian macam begini?'"
Saya sebagai kapten, saya lalu sampaikan, "Bapak, ini sudah selesai [mabuknya]. Karena banyak teman-teman pemain Papua main di Jepara, jadi reuni macam begini'. Namun, besoknya kami sudah tanggung jawab."
Pada pertandingan berikutnya di kandang lawan, Eduard mengatakan bahwa Persipura mampu meraih kemenangan. Setelahnya, kepercayaan Rahmad disebut meningkat pada skuad Persipura.
Rahmad Darmawan. Foto: Alan Kusuma/kumparan
"Akhirnya, Pak Rahmad punya satu pemikiran bahwa memang kami itu bertanggung jawab. Jadi, Pak Rahmad sendiri, meski dia marinir TNI Angkatan Laut, dan pelatih kiper juga waktu iru anggota Kostrad, tidak menerapkan disiplin dari tentara ke tim," ujar Eduard.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Eduard juga kadang harus turun tangan langsung menegur Boaz Solossa dan pemain muda lain macam Christian Warobay dan Korinus Fingkrew jika mereka mabuk. Untungnya, kata dia, mereka mau mendengar teguran dari senior.
"Saya tegur mereka waktu itu di kamarnya Pak Metu [Duaramury, Asisten Pelatih Persipura Jayapura]. Saya bilang, 'Kalau kamu cari mati ini bagaimana?'. Saya tegur mereka, 'Kalau ada apa-apa nanti bagaimana, ayo?'," ungkap Eduard.
"Boaz tuh waktu 2005 memang sudah tahu 'minum' itu. Bukan baru-baru sekarang ini muncul, tetapi sudah berjalan sampai berapa belas tahun. Saya pikir, orang-orang sudah tahu siapa Boaz dan siapa Tinus," pungkasnya.