Erick Thohir: Tak Cuma Solusi, Butuh Nyali Bersihkan PSSI dari Tangan Kotor

15 Januari 2023 12:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
23
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erick Thohir mendaftarkan diri sebagai Ketum PSSI berikutnya di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta pada Minggu (15/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Erick Thohir mendaftarkan diri sebagai Ketum PSSI berikutnya di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta pada Minggu (15/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Erick Thohir sudah resmi mencalonkan diri sebagai Ketua Umum (Ketum) PSSI usai menyambangi kantor PSSI di GBK Arena, Jakarta, Minggu (15/1), untuk mengembalikan formulir.⁠ Pria yang menjabat Menteri BUMN RI itu bertekad ingin membersihkan PSSI.
ADVERTISEMENT
Erick dicalonkan oleh komunitas sepak bola nasional untuk maju sebagai calon Ketum PSSI. Kepastian itu ditandai dengan penyerahan mandat dari mayoritas pemilik suara dalam Kongres Luar Biasa PSSI. Ia menegaskan pembenahan sepak bola nasional membutuhkan keberanian untuk bersih-bersih dari praktik kotor.
"Sudah banyak riset dan studi soal solusi dari masalah-masalah sepak bola Indonesia. Yang dibutuhkan sekarang bukan cuma solusi, tapi nyali untuk mengeksekusi solusi-solusi tersebut. Butuh nyali membenahi PSSI dari tangan kotor," ujar Erick lewat keterangan persnya kepada wartawan, Minggu (15/1).
Setelah dicalonkan, Erick pun diantar oleh komunitas sepak bola nasional untuk mengembalikan berkas pendaftaran sebagai calon Ketua Umum PSSI. Ia diantar oleh lebih dari 50 pemilik suara dalam kongres. Ikut dalam rombongan itu pemilik Rans Nusantara FC, Raffi Ahmad; dan Atta Halilintar yang mewakili FC Bekasi City.
Erick Thohir mendaftarkan diri sebagai Ketum PSSI berikutnya di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta pada Minggu (15/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menurut Erick Thohir, nyali untuk membenahi persoalan dalam persepakbolaan adalah mutlak. Selama persoalan yang menyangkut kompetisi, pembinaan usia muda, dan disiplin masih mendera, maka selama itu pula sepak bola Indonesia akan tertinggal dengan negara lain.
ADVERTISEMENT
Dengan pengalamannya yang malang melintang di sepak bola dunia, Erick bertekad untuk menerapkan standar tinggi pada profesionalisme pengelolaan sepak bola nasional.
"Sudah saatnya sepak bola Indonesia naik kelas. Dengan pondasi profesionalisme, saya optimistis kita akan mampu bersaing di pentas yang lebih tinggi," ujarnya.
"Tentu dengan komitmen, kerja keras, dan tentunya keberanian kita sangat optimistis bahwa dari 270 juta rakyat bangsa ini akan ada 11 pemain di atas lapangan dengan lambang garuda di dada yang akan merebut gelar juara bagi Indonesia, baik itu di level Asia Tenggara maupun level yang lebih tinggi," tambahnya.
Erick Thohir mendaftarkan diri sebagai Ketum PSSI berikutnya di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta pada Minggu (15/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Erick menjelaskan bahwa selama ini dia berutang kepada publik yang selalu memintanya terlibat di PSSI. Menurutnya, pembenahan sepak bola nasional memang bukan perkara mudah, banyak tantangan. Namun, Erick optimistis dengan transparansi dan profesionalisme, maka masa depan sepak bola Indonesia bisa semakin baik.
ADVERTISEMENT
"Mungkin kalau saya buka isi pesan yang masuk kepada saya salah satu yang paling banyak adalah permintaan agar saya ikut terlibat di PSSI, maka pada hari ini saya punya kesempatan untuk menjawabnya dengan menerima amanah dari teman-teman perwakilan pengurus, klub, hingga komunitas sepak bola nasional," tutur Erick.
"Saya bukan orang yang terbiasa berjanji. Tapi saya akan memastikan bahwa sepak bola mesti dibangun di atas pondasi transparansi dan profesionalisme yang standarnya mesti sama dengan negara dunia. Tanpa itu sepak bola kita akan selalu tertinggal," lanjutnya.
Erick Thohir pun mengajak anak muda untuk ikut terlibat dalam mengelola sepak bola nasional. Baginya, selama ini banyak anak muda yang memiliki gagasan dan terobosan menarik untuk sepak bola Indonesia, seperti Raffi, Atta, hingga Kaesang Pangarep.
ADVERTISEMENT
"Jangan biarkan gagasan para pemuda itu hanya berakhir di sosial media, saatnya anak muda terlibat penuh, berkarya untuk negaranya dalam mengelola sepak bola nasional. Mengelola sepak bola dengan nyali," tandas Erick.