Eriksson: Mungkin Lebih Baik Saya Menolak Timnas Inggris dan Tetap Melatih Lazio

15 Mei 2020 12:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sven Goran Eriksson. Foto: Khaled DESOUKI / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sven Goran Eriksson. Foto: Khaled DESOUKI / AFP
ADVERTISEMENT
Segala sesuatu yang diyakini orang tentang sepak bola Inggris--kemewahan, nama besar, prestise, kekayaan, histori--akan selalu membawa Sven-Goran Eriksson pada pertanyaan paling memuakkan yang muncul dalam kepala manusia: Apakah dia membuat keputusan yang benar atau salah?
ADVERTISEMENT
Lazio berpesta di Olimpico pada 14 Mei 2000. Mereka menutup Serie A 1999/2000 dengan Scudetto. Keunggulan satu poin atas Juventus, sang runner-up, adalah alasan mengapa mereka berhak meluapkan segalanya di pengujung laga melawan Reggina.
Itulah cara terbaik untuk merayakan 100 tahun kehidupan Lazio. Bagi Eriksson, itulah hari terbaik yang dialaminya sebagai pelatih.
Simone Inzaghi mendapatkan arahan dari Sven-Goeran Eriksson. Foto: AFP/Gabriel Bouys
"Saya tetap menjadi pengagum Lazio. Mereka adalah tim terkuat yang pernah saya latih. Di waktu-waktu itu Lazio mungkin merupakan salah satu tim terbaik di dunia," tutur Eriksson kepada Radio Radio, sebagaimana dilansir Football-Italia.
"Kami memenangi banyak gelar juara selama 3,5 tahun. Mungkin sebenarnya kami bisa merengkuh lebih banyak gelar juara. Namun, tanpa keraguan sedikit pun saya menyebut masa-masa itu sebagai pengalaman paling membahagiakan buat saya secara profesional," jelas Eriksson.
ADVERTISEMENT
Pelatih asal Swedia ini secara resmi melatih Lazio sejak 1 Juli 1997. Ia meninggalkan Sampdoria dan mengikat kontrak bersama klub asal Roma tersebut.
Tentu saja perjalanan Eriksson tak selalu mulus bersama Lazio. Ia bahkan pernah menjadi musuh bersama karena menjual penyerang subur Lazio, Giuseppe 'Beppe' Signori (126 gol dalam 195 laga), ke Sampdoria.
Signori bahkan menghabiskan waktu cuma setengah musim ke Sampdoria. Untunglah ia pada akhirnya menemukan tempat di Bologna dan menghabiskan waktu enam tahun di sana.
Meski demikian, Eriksson berhasil meracik tim dengan filosofinya sendiri. Formasi 4-4-1-1 andalannya begitu ampuh saat diisi oleh pemain-pemain, seperti Juan Sebastian Veron, Sinisa Mihajlovic, Diego Simeone, Simone Inzaghi, hingga Roberto Mancini. Delapan gelar juara dipersembahkan Eriksson untuk Lazio.
ADVERTISEMENT
Tangan dingin Eriksson memantik penasaran Timnas Inggris. Penawaran diberikan kepada Eriksson. Pada Januari 2001, Eriksson meninggalkan Lazio dan mulai membesut The Three Lions.
"Beberapa kali saya berpikir, mungkin situasinya akan lebih baik jika saya menetap di Lazio, tinggal di Italia. Namun, penawaran dari Timnas Inggris 'kan seperti kesempatan yang datang sekali seumur hidup. Kalau menolaknya, saya pikir saya akan menyesal seumur hidup," papar Eriksson.
Sven Goran Eriksson. Foto: AFP
"Mungkin saya melakukan kesalahan, tetapi mungkin juga tidak. Siapa yang tahu, 'kan? Itulah yang terjadi dan saya memang tidak bisa mengubah apa-apa," pungkasnya.
Eriksson memimpin Timnas Inggris selama lima tahun. Dalam kurun tersebut, timnya turun arena 67 kali dengan merengkuh 40 kemenangan dan menelan 10 kekalahan. Tentu saja tanpa gelar juara.
ADVERTISEMENT
Barangkali perjalanan tanpa jejak mentereng itulah yang terkadang membuat Eriksson bertanya tentang benar atau tidaknya keputusan tersebut. Namun, dia bisa apa lagi? Tawaran untuk membawa Timnas Inggris yang masyhur, tetapi minim prestasi, ke singgasana juara memang menggoda.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!