Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Evaluasi untuk Timnas U-22: Benahi Kombinasi di Lini Serang
7 Februari 2019 10:08 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bertempat di Stadion Patriot Chandrabhaga, Rabu (6/2/2019) sore WIB, Timnas U-22 dan Bhayangkara FC bersua dalam uji tanding. Sempat unggul 2-0 lewat gol Andy Setyo dan Gian Zola, Timnas U-22 harus rela meraih hasil imbang usai Bhayangkara FC membalas via gol Ilham Udin dan Mahir.
Permainan Timnas U-22 sebenarnya tidak terlalu buruk. Meski memang berisikan pemain-pemain baru, plus ditambah beberapa pemain yang juga baru dipanggil ke Timnas, chemistry antara pemain terbangun seiring proses latihan dan jalannya laga. Permainan ala Indra Sjafri yang mengedepankan umpan-umpan pendek sudah terlihat.
Tidak hanya itu, ada nilai tambah lain yang bisa dilihat dalam permainan Timnas U-22 ini: kemauan untuk menekan. Meski tidak intens sepanjang laga, tekanan yang dilepas pada menit-menit tertentu merepotkan lawan. Dua gol yang tercipta diawali dengan keberanian para pemain Indonesia untuk menekan lebih agresif.
Namun, ada beberapa kelemahan yang juga perlu digarisbawahi dan dijadikan bahan evaluasi untuk ke depannya. Berikut adalah beberapa kelemahan yang tampak dari Timnas U-22 .
Panik ketika Ditekan
Penyakit yang biasa ditemui di Timnas Indonesia adalah panik ketika menerima tekanan. Alih-alih tenang menguasai bola sembari mencari rekan yang pas untuk mengalirkan bola, pemain Indonesia kerap gelagapan ketika menerima tekanan dari lawan. Contohnya, pemain Timnas U-19 ketika ditekan oleh para pemain Timnas Jepang di Piala Asia U-19.
Hal ini terlihat kembali dalam skuat Timnas U-22 dalam laga melawan Bhayangkara FC. Ada beberapa momen dalam permainan ketika para pemain Timnas U-22 panik ketika ditekan. Mereka malah tidak tahu harus mengumpan ke mana. Sekalipun melepas umpan, umpan tersebut langsung dapat dimentahkan oleh para pemain Bhayangkara FC.
ADVERTISEMENT
Kepanikan yang kerap melanda para pemain inilah yang juga berefek pada kesulitan pemain Timnas U-22 untuk melakukan 'build up' serangan dengan baik. Alhasil, pola serangan yang semestinya bisa terbangun dengan rapi, pada akhirnya malah berakhir jadi umpan lambung dan umpan jauh yang sia-sia.
Beruntung, Bhayangkara FC tidak mampu memanfaatkan kesempatan ketika mereka beberapa kali merebut bola. Jika berhadapan dengan lawan yang lebih ahli dari luar negeri, mungkin ceritanya akan lain.
Kerap Meninggalkan Ruang di Area Sepertiga Akhir
Indra Sjafri mengungkapkan dalam sesi jumpa pers seusai laga bahwa ia menganut filosofi sepak bola dengan menekankan umpan-umpan pendek. Ia juga mengungkapkan bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang. Ia juga menyebutkan pertandingan jadi bisa lebih dinikmati ketika melihat para pemainnya memegang bola daripada ketika bola dikuasai lawan.
Ini filosofi yang tidak salah. Toh, Pep Guardiola dan Johan Cruyff juga memercayai hal tersebut. Tapi, untuk menguasai permainan, diperlukan juga kerapatan jarak ketika melakukan umpan-umpan pendek, sehingga umpan itu akan sulit dipatahkan lawan. Jarak yang rapat ini juga akan jadi sebuah senjata tersendiri ketika menekan lawan. Lawan akan sulit bergerak jika jarak antar pemain rapat.
ADVERTISEMENT
Di laga tadi, Timnas U-22 sebenarnya mampu menekan dengan rapi dengan jarak antar-pemain yang tidak terlalu jauh. Rapinya tekanan para pemain Timnas U-22 ini terlihat pada awal-awal babak kedua, setelah Billy Keraf dan Rafi Syaharil dimasukkan. Dua gol juga sukses mereka ciptakan.
Namun, tekanan yang terus dilepaskan malah meninggalkan ruang di area sepertiga akhir, karena adanya jarak yang tercipta antara gelandang dan bek. Ilham Udin dan Mahir mampu mencetak gol lewat sepakan jarak jauh karena di area itu tidak ada yang mengawal. Sebenarnya, jika serangan dan tekanan dilakukan secara satu unit dengan jarak yang rapat, hal ini tak mesti terjadi.
Kombinasi yang Masih Kurang di Lini Depan
Dalam sesi jumpa pers, Indra juga mengungkapkan bahwa ia belum puas melihat timnya menyusun serangan. Memang, di laga ini, ketika membangun serangan seolah ada hal yang kurang. Ada kalanya ketika serangan terlalu bertumpu pada Gian Zola. Ada juga kalanya ketika Witan Sulaeman sama sekali tidak mendapat aliran bola.
Hal-hal seperti itu tentu mesti diatasi karena serangan yang terlalu memusatkan pada individu berisiko besar untuk dihentikan, terutama menghadapi tim dengan sistem pertahanan yang rapi.
ADVERTISEMENT
Kombinasi di lini serang perlu diperbaiki. Tiga pemain yang ada di depan, plus distributor bola di lini tengah, mesti berkombinasi dengan baik sehingga serangan akan susah ditebak arah dan tujuannya oleh lawan.
Di laga tadi, hal itu jarang terlihat, sehingga serangan-serangan Timnas U-22 bisa digagalkan para pemain Bhayangkara yang secara pengalaman jauh lebih baik. Gol-gol yang hadir pun berasal dari situasi bola mati untuk Timnas U-22, lain dengan dua gol Bhayangkara yang bermula dari 'open play'
Pembenahan kombinasi lini serang akan jadi pekerjaan rumah dan evaluasi yang harus dilaksanakan oleh Indra, di samping kelemahan-kelemahan lain yang juga harus diperhatikan. Tapi, setidaknya ini hal bagus, karena sebelum melawan Arema FC pada Minggu (10/2/2019), Timnas U-22 tahu apa yang harus mereka benahi
ADVERTISEMENT