Exco PSSI di Sidang Kanjuruhan: Fanatisme Suporter Kental, Pendidikan Kurang

21 Januari 2023 16:25 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Exco PSSI, Ahmad Riyadh menjadi saksi dalam sidang pemeriksaan saksi tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya, Jumat (20/1/2023) Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Exco PSSI, Ahmad Riyadh menjadi saksi dalam sidang pemeriksaan saksi tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya, Jumat (20/1/2023) Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Sidang pemeriksaan saksi kasus Tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jumat (20/1), menghadirkan Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Ahmad Riyadh. Ia menyoroti soal polisi yang semestinya tak boleh masuk lapangan dan kurangnya pendidikan suporter.
ADVERTISEMENT
Menurut Riyadh, pendidikan terhadap suporter di Indonesia tidak seperti di luar negeri. Dia juga menyebut, suporter merupakan bagian dari klub, sedangkan klub adalah bagian dari PSSI. Usai Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 korban jiwa tersebut, pihaknya akan meningkatkan pendidikan suporter.
"Idealnya nonton sepak bola di luar negeri seperti nonton konser, dengan mengajak anaknya. Di kita fanatismenya kental, pendidikan kurang. Padahal suporter ini bagian klub, klub bagian PSSI. Makanya kami merangkul semuanya," ungkapnya.
Tangkapan layar video AFPTV yang diambil pada 1 Oktober 2022 ini menunjukkan gas air mata di tengah orang-orang berlarian di lapangan usai pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Foto: AFPTV
Sidang kali ini juga menghadirkan dua terdakwa, yakni Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, Abdul Haris; dan Security Officer Suko Sutrisno, secara langsung atau offline. Dalam kesaksiannya, Riyadh mengatakan, secara aturan FIFA, petugas kepolisian sebenarnya dilarang berada di dalam lapangan stadion.
ADVERTISEMENT
"Polisi di luar stadion, baru boleh masuk kalau ada sesuatu yang emergency," ujar Riyadh.
Riyadh juga mengaku, PSSI telah menjalankan aturan FIFA terkait pengamanan dan keselamatan pertandingan sepak bola. Selain itu, Riyadh menegaskan, terkait penggunaan gas air mata dan peralatan senjata dilarang dibawa masuk ke dalam lapangan.
"Security Officer berhak menegur [bawa gas air mata]. Steward harusnya jaga, kalau ada gas air mata dibawa ke dalam stadion," tegasnya.
Suasana kerusuhan dipertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022. Foto: Putri/AFP
Lebih lanjut, Riyadh menuturkan bahwa keamanan dan keselamatan selama pertandingan sepak bola merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari panitia pelaksana (panpel) klub.
Namun, Riyadh mengaku saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada tanggal 1 Oktober 2022, pihak panpel dan kepolisian telah melakukan simulasi pengamanan 10 hari sebelum pertandingan berlangsung.
ADVERTISEMENT
"Saya tahu itu, 10 hari sebelum pertandingan ada persiapan simulasi, bahkan melebihi standar pengamanan," pungkasnya.
Reporter: Farusma Verdian