Guardiola: Terima Kasih Banyak, Liverpool!

13 Mei 2019 3:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pep Guardiola merayakan kemenangan melawan Brighton and Hove Albion. Foto: REUTERS/Toby Melville
zoom-in-whitePerbesar
Pep Guardiola merayakan kemenangan melawan Brighton and Hove Albion. Foto: REUTERS/Toby Melville
ADVERTISEMENT
Manchester City menjadi juara Premier League dengan cara istimewa. Bagaimana tidak, mereka mengoleksi 98 poin setelah menang 4-1 di kandang Brighton and Hove Albion, Minggu (12/5/2019) malam WIB.
ADVERTISEMENT
Okelah jika menyebut dominasi tersebut bukan hal baru. Menengok kembali musim lalu, Manchester City juga keluar sebagai kampiun dengan membukukan 100 angka. Inilah rekor raihan poin sepanjang sejarah Premier League.
Yang membuat musim ini terasa spesial adalah prosesnya. Karena City harus menjalani persaingan ketat dengan Liverpool yang menutup liga dengan selisih satu poin saja.
Ya, sembilan pekan pemungkas dilalui The Reds dengan menyapu bersih kemenangan. Terakhir, Wolverhampton Wanderers menjadi korban lewat kekalahan 0-2 di Stadion Anfield, Minggu. Andai saja terpeleset dalam kurun tersebut, City tentu gagal mempertahankan gelar.
Para pemain Manchester City merayakan kemenangan menjadi juara Liga Premier. Foto: REUTERS/Toby Melville
Diakui pula oleh Pep Guardiola sebagai pelatih City, rantai kemenangan City di akhir kompetisi tak akan tercipta tanpa tekanan besar dari Liverpool. Maka atas konsistensi sang rival, Guardiola melayangkan apresiasi.
ADVERTISEMENT
"Kami harus mengucapkan selamat dan terima kasih banyak kepada Liverpool. Mereka mendorong kami untuk meningkatkan standar dengan persaingan sengit," tutur Guardiola sebagaimana dilansir oleh BBC.
"Raihan 198 poin dalam dua musim dan kesuksesan mempertahankan gelar juara, ini luar biasa. Liverpool membuat City untuk terus konsisten. Karena untuk meraihnya, kami harus mencatatkan 14 kemenangan beruntun.
"Perlu disadari bahwa tim ini bisa saja kehilangan poin dalam dua atau tiga bulan terakhir. Jadi, inilah gelar juara tersulit sepanjang karier saya," ujar pelatih Spanyol itu.
Silakan menggarisbawahi peningkatan standar yang diucapkan Guardiola. Aspek ini bisa dilihat dari bagaimana City tetap solid meski tampil tanpa para pemain kunci. Dengan kata lain, tak ada ketergantungan terhadap pemain tertentu.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh Kevin De Bruyne. Peran gelandang Belgia ini begitu vital musim lalu dengan membukukan menit bermain tertinggi untuk kategori non-kiper di City. Dia juga bersaing dengan Mohamed Salah untuk penghargaan pemain terbaik versi Asosiasi Pesepak Bola Profesional (PFA).
Namun, City mampu mencatatkan kemenangan beruntun saat De Bruyne menderita cedera cukup serius di akhir musim ini. Pun demikian menyoal Fernandinho yang dianggap sebagai kunci pertahanan, City mampu menemukan pengganti dalam diri Danilo atau Ilkay Guendogan.
"Kami tak memiliki pemain spesifik yang bisa menjadi pembeda. Kami melakukannya sebagai tim. Itulah rahasia sukses tim ini. Kami mendorong satu sama lain. Saya mendorong pemain, sementara pemain juga mendorong saya dan staf pelatih," ucap Guardiola yang menjalani musim ketiga bersama Manchester City.
ADVERTISEMENT