Hal-hal Berikut Ini Bikin FIFA 20 Jadi Enggak Enak Buat Dimainkan

2 April 2020 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Game sepak bola FIFA 20. Foto: EA
zoom-in-whitePerbesar
Game sepak bola FIFA 20. Foto: EA
Banyak ‘obat’ yang bisa dikonsumsi untuk mengatasi kerinduan terhadap sepak bola menyusul penangguhan hampir semua kompetisi akibat virus corona. Mulai dari membaca buku, menonton film, sampai bermain video game yang bertemakan sepak bola.
Karena kumparanBOLA sudah membahas beberapa film soal sepak bola, kini giliran saatnya kami berbicara tentang gim. Yang ingin kami bicarakan tentu gim sepak bola yang bisa dibilang paling populer saat ini, FIFA 20.
FIFA 20 sejatinya menyenangkan. Ada mode Volta alias sepak bola jalanan yang membuat FIFA 20 lebih variatif.
Mode sepak bola jalanan di FIFA 20. Foto: EA
Namun, FIFA 20 tak benar-benar memuaskan buat kami. Mengapa? Simak alasan-alasannya di bawah ini.

Tak Adanya The Journey

The Journey adalah gim mode di FIFA yang bertipe narasi. Ceritanya tentang perjalanan karier sepak bola Alex Hunter, tokoh fiktif yang dikreasikan dengan apik oleh EA Sports.
The Journey dimulai di FIFA 17, di mana Hunter memulai kiprahnya di sebuah klub Premier League sampai akhirnya dipinjamkan ke klub divisi bawah. Kisah Hunter terus berlanjut sampai akhirnya di FIFA 19, ia terdaftar sebagai pemain Real Madrid.
The Journey FIFA 18. Foto: Dok. EA
The Journey mengasyikkan karena kita bisa mengatur bagaimana karier Hunter berjalan—klub apa yang kita pilih, tipe pemain seperti apa Hunter, hingga bagaimana cerita Hunter berlangsung.
Sayangnya, The Journey ditiadakan di FIFA 20. Menjadi semakin bermasalah karena ending The Journey di FIFA 19 agak ‘gantung’. Kalian yang mengikuti The Journey pasti paham yang kami bicarakan.

Server yang Kerap Bermasalah

Buat para pemain FIFA yang bermain secara daring (online)—terutama pemain FIFA Ultimate Team (FUT)--FIFA 20 cukup menguji kesabaran. Pasalnya, server yang disediakan EA Sports untuk FIFA 20 kerap tak berfungsi alias down.
Server yang bermasalah tentu mengganggu permainan. Gangguannya bermacam-macam. Seperti yang dipaparkan Bleacher Report, mulai dari penundaan (lag), hingga tak ada sinkronisasi antara user dengan AI.
Tak hanya itu, kami beberapa kali gagal bermain eksibisi (friendly) secara online. Problem ini bisa diatasi dengan mengubah pengaturan IP di Playstation masing-masing menjadi static mode. Namun, mengubah IP cukup rumit dan belakangan ini, cara tersebut tak berhasil.
Game FIFA 20. Foto: EA
Problem ini semakin parah dalam beberapa hari terakhir. Ketika kami berada di menu, beberapa kali sambungan kami terputus dengan server. Kami harus terus memencet R3 agar tetap tersambung dengan server.
Maaf, malah curhat. Namun, jujur saja, server EA Sports untuk FIFA 20 benar-benar payah.

Career Mode yang Begitu-begitu Saja

Bagi kami, Career Mode adalah mode yang paling mengasyikkan di FIFA. Sayangnya, tak ada peningkatan atau variasi yang signifikan yang dibuat EA Sports di Career Mode FIFA 20.
Satu-satunya variasi yang diciptakan EA Sports di Career Mode FIFA 20 adalah adanya konferensi pers. Masalahnya, konferensi pers ini begitu monoton, bahkan kerap tak masuk akal.
Informasi Egy Maulana Vikri di game FIFA 20. Foto: FIFA 20
Selain itu, bisa dibilang semua fitur di Career Mode FIFA 20 serupa dengan edisi-edisi FIFA sebelumnya. Belum lagi ditambah dengan problem dalam negosiasi pemain, jadwal, dan permintaan pemain yang kerap tak masuk akal.
Pebasket NBA, Joel Embiid, sempat meminta EA Sports untuk membuat perubahan yang substansial di Career Mode FIFA. Kami, tentu saja, sepakat dengan Embiid.

Lisensi

Piemonte Calcio? Apa itu?
Masalah lisensi ini sebenarnya bukan murni salah EA Sports. Lisensi beberapa tim, seperti Juventus, Boca Juniors, dan River Plate, dipegang oleh Konami, yang notabene rival EA Sports sebagai developer gim sepak bola.
Dari situ, muncullah Piemonte Calcio, Buenos Aires, dan Nunez. Untungnya, pemain-pemain di tiga tim tersebut masih asli.
Menyoal pemain asli, ini menjadi masalah di tim-tim Liga Brasil. Hampir semua pemain di tim-tim Liga Brasil fiktif alias palsu. Masalah ini, tentu saja, disebabkan oleh lisensi.

Gameplay

Kunci untuk memenangi pertandingan FIFA 20 sebenarnya simpel. Gunakan taktik drop back, lalu pukul balik lawan dengan serangan balik.
Namun, tentu saja, ini menjadi masalah. Permainan menjadi miskin variasi. Rebut bola, lalu kirim dengan umpan lambung alias L1+Segitiga. Dribel sedikit, bam, bam, gol.
Miskinnya variasi semakin terlihat karena umpan silang menjadi sulit dan sundulan hampir selalu tak efektif. Begitu juga dengan tendangan jarak jauh. Di satu sisi, serangan balik dengan pemain kencang terlalu efektif.
AI juga kelewat ‘pintar’ ketika bertahan. Inilah yang membuat variasi serangan hampir tak ada.
Masalah gameplay ini tentunya amat mengganggu. Ketika sepak bola di dunia nyata sudah menampilkan berbagai variasi taktik, mengapa FIFA paling mutakhir justru terbelakang?
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!